Kadang aku ingin mengatakan pada diriku
Untuk menatap ujung dari kegelapan ini
Aku melangkah di jalan yang asing ini
Inilah satu-satunya jalan yang ku miliki..-
Mask-
Tokyo,15 tahun yang lalu
Seorang Bocah berusia 10 Bersurai Indigo sedang menatap Langit yang Berwana Jingga di Balkon Kamarnya. Matan Amnesty-nya terpejam menikmati hembusan Angin yang bertiup, Dengan Sentuhan Lembut Angin Sore itu Mebelai Kulit Wajahnya. Kegiatan nya terhenti saat Ia Mendengar Pintu Kamarnya Terbuka dan menampakan Sosok Laki-Laki dengan Mata amnesty Yang Sama dengan nya berjalan Menuju Keaarahnya, dengan cepat Gadis itu membungkuk 45° Saat Laki- Laki itu sudah ada di hadapanya.
"S-Selamat Sore, Touchan," Sapanya gugup dan langsung menundukan Kepalanya, tidak berani memandang Wajah ayahnya.
"Hn" Jawabnya Singkat
"A-da A-apa T-Thouchan Kemari ? " Tanya nya dengan Gagap.
" Hinata,..." ucapnya sambil menatap kearah Putrinya Yang Masih senang tiasa Menundukan kepalanya " Bereskan Pakaianmu, Mulai Besok Kau tidak akan Lagi Tinggal disini" Ucapnya dingin.
Hinata terkejut dengan Ucapan Ayahnya, Langsung Mengangkat Kepalanya Menatap Wajah Ayahnya yang sedang Menatap Kedepan,
" Ke-kenapa Thouchan ? Apa Hinata Membuat Kesalahan ?" tanyanya dengan Pelan, tapi masih bisa terdengar Oleh Lawan bicaranya.
" Cih, Dasar Anak Tidak tau Diri." ucapnya kesal sambil menatap KeArah Hinata.
dengan melihat dari Raut muka Ayahnya, Hinata Sudah tau bahwa Saat Ini Ayahnya Memang sedang Marah, tapi dia tidak tau Apa yang membuat Ayahnya hingga semarah Ini.
" aku sudah Muak ! Aku tidak bisa lagi memasang Topeng ini ! Karena kau, Aku kehilangan Orang yang Paling Aku Sayangi !, Karena Kau Neji Harus Kehilangan Kasih Sayang dari Ibunya ! Karena Kau Aku Tidak Bisa Lagi bertemu dengan Orang Yang paling Aku Cintai ! , Dan Karena Kau, Karena Kau Hinata ! Neji Harus Menanggung Kesialan Karena Berada di Sekitarmu!"
Dengan Lantang dan keras Hyuga Hiasi Membentak Anak keduanya, Hingga Airmata Hianata pun Membendung dan Akhirnya membuat anak Sungai di Pipi Gembilnya.
"Ma-maaf .. Hiks.. Maafkan Hi-Hinata Thouchan, " Ucapnya pilu, sambil bersujud di bawah kaki Sang Ayah Hiasi Hyuga.
Mengingat Kondisi sang Kakak yang berusia 5 tahun lebih Tua darinya, Kaka tercintanya satu- satunya yang selalu melindungi hinata dari amukan Hiasi, Harus Rela Kehilangan Matanya. Pada suatu ketika saat Hiasi Hendak Menamparnya, hinata membelakan Mata saat tahu Nejji menjadi Tamengnya, hingga Tamparan keras mengenai pipi mulus sang Heirs Hyuga, hingga Nejji hilang keseimbangan dan akhirnya Jatuh kesamping dan wajahnya, tepat di bagian mata terbentur ujung meja, hingga akhirnya Nejji tidak Dapat Merasakan Cahaya.
" Hianata A-Akan Melakukan Ap-Apa Saja, A-Asalkan Thousan Ma-Mau Memaafkan Hinata." Ucapnya dengan mempertahankan Posisi Sujunya dengan Air Mata yang terus Mengalir membasahi Pipi gembilnya.
"Hn, Memang Seharusnya begitu. Kau akan ku kirim Ke Paris Bersama Chiyo. Dia akan mengurus dan membesarkanmu, Saat Usia mu Menginjak Dewasa aku Akan Membiarkanmu Hidup Mandiri". Ucapnya Tegas
" Olehkarena itu, aku perintahkan agar kau membereskan pakaianmu, dan Persiapan Keberangkatanmu ke Paris Besok Pagi. Jika Bisa, Kau Tidak Usah kembali ..." setelah selesai mengucapkan kata terakhirnya Pemilik Hyuga company itu Bergegas Meninggalkan putrinya yang masih Bersujud.Hinata mencoba berdiri saat terdengar Pintu Kamarnya Tertutup, ia tahu bahwa ayahnya telah meninggalakan kamarnya. Dengan langkah gontai gadis itu menuju Meja yang Diatasnya Terdapat Pigura berisi Foto Seorang Wanita dengan mata dan Rambut yang sama Dengan nya, Gadis itu langsung mendekap pigura Foto mendiang Ibunya kedalam dekapanya.
Hinata menangis sejadi-jadinya hingga Dia terduduk Lemas Sambil menat Foto yang ada di genggamanya
"Kaa-chan,apa yang Harus Hinata Lakukan ? Hinata ingin tetap di samping Ayah dan Nejji-Nii, dan juga Shion. Mereka Teman bermain Hina, Mereka saudara Hina , Hinata Ingin tetap disini.." Ucapnya pilu hingga Gadis Itu tertidur karena Lelah dengan posisi punggung yang bersandar pada sisi Meja sambil memegang pigura Foto mendiang Ibunya.
-Mask-
Disebuah Ruangan Hyuga Mansion
Hiasi sedang memandang Langit sore di balik Jendela ruang Kerjanya, Badanya mulai menegang saat tangan seseorang seseorang melingkar di pinggangnya, Hiasi Berbalik menatap Sesrorang yang memeluk nya dari berlakang.
" Kau melakuakan Hal yang Benar Annata" ucap wanita paruh baya yang masih senangtiasa memeluk Suaminya.
" Apa Yang Harus Aku Lakukan dengan Mata Nejji ? Anak Sial itu sudah merebut penglihatan neji, dan Nejji Tetap saja Membelanya meskipun Penglihatan nya Telah di rusak Oleh anak sial itu." ucapnya tegas sambil menggeram karena mengingat keadaan Heirs Hyuga Company itu.
Ya, Hyuga Company merupakan Salah satu perusahaan yang berpengaruh di dalam Perindrustrian Obat Di Jepang, Hyuga Hiasi yang sekarang Menjabat sebagai Direktur Utama Hyuga Company akan Menwariskan semua perusahaan nya kepada Anak Laki-Laki semata wayangnya dari Istri pertamanya sekaligus Dari wanita yang sangat di cintainya, mereka bagaikan hal yang paling berharga, Selang 5 tahun, Saat Sang Istri memberikan Kabar bergembira lainya saat ia sedang hamil anak kekeduanya, senyum kebahagiaan hiasi selalu terukir di setiap harinya hingga akhirnya Senyum itu Hilang seketika saat mengetahui bahwa Istrinya Meninggal saat persalinan anak keduanya.
Hiasi menjadi gelap mata, bukan karena dia buta. Tapi karena Rasa sedih karena di tinggalkan Oleh Orang yang palinh berarti bagi Hidupnya. Hingga Dia selalu menghabiskan hari-harinya di rumah Bordir dan Bertemu dengan Miko Shoya. Karena anak-anaknya membutuhkan figur seorang Ibu, akhirnya Hiasi menikah dengan Shoya dan Melahirkan Putri pertamanya Hyuga Shion, dan Kebetulan sekali Mereka Mempunyai Kemiripan Layaknya Anak Kembar, Hanya saja Warna Rambuy dan Warna Mata yang menjadi pembeda di antara keduanya, Hinata Memiliki Rambut yang berwarna Indigo gelap dengan Warna Mata yang menyerupai Hiasi, Sedangkan Shion Memiliki Mata menyerupai Shoya, seperti Lautan.
Shion dan Hinata berbeda beberapa Bulan, Karena Shion merupakan Bayi Prematur, Shoya tidak senja terpeleset saat berlari menghapiri Hinata yang menangis di kamarnya. Untungnya Shoya cepat mendapat tindakan medis dan Shion di lahirkan tanpa cacat meskipun Harus di inkubator selama beberapa hari. Setiap hal yang Terjadi di tengah-tengah Keluarganya, Hiasi Selalu menyalahkan Hinata. Mengatainya dengan "Anak Pembawa Sial".
-mask-
"Tenanglah Anata, Ada Shion yang akan Menjadi Mata Nejji. Dia pasti tidak akan keberatan Untuk Menjadi Mata Kakanya" dengan manja Shoya menarik Lengan Hiasi dan medudukan Hiasi di Kursi kerjanya dan Shoya duduk di pangkuan suaminya.
"Hn, Kurasa Shion Lebih percaya padanya dan Lebih Baik dari pada si "anak pembawa sial" itu". Ucapnya masih dengan nada geram saat menginat Hinata di benaknya
"Hem, baiklah. Aku harus Mengurus Shion , melihat keadaan Nejji dan Membantu Persiapan Hinata" Shoya hendak melangkah Pergi meninggalkan suaminya, sebelum tangan kekar milik Hiasi menahan nya.
" Jika Kau mau mengurus Shion,dan melihat keadaan Nejji aku Izinkan. Tapi, jika Kau mau membantu anak sialan itu, lebih baik kau penuhi "Jatah"Mingguanku" Ucapnya di samping Telinga Shoya,
"Baiklah anata, setelah aku mengurus Shion. Aku akan Memberikan Jatah Mingguanmu" Shoya tersenyum nakal dan pergi meninggalkan Hiasi di Ruang Kerjanya.
-Mask-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask
FanfictionRasanya ingin sekali bersembunyi di balik tirai Hitam yang bisa menutupi semua Keluh kesahku... Bukan ku ingin melarikan diri, Hanya saja Perasaan ini Terlalu berat Untuk di Pertontonkan ..