Chapter 12

2.9K 158 30
                                    

Tokyo , Jepang.

Tenten menuntun Neji keluar dari Shinkansen, mereka baru saja tiba di Ame.

" kita harus menghubungi paman Hizasi, cari telepon umum dan hubungi dia" ucap Neji pada kekasihnya.

Mereka menemukan telepon umum, dan Tenten menekan beberapa nomor yang diluar kepalanya, seperti biasa dia memberikan teleponnya pada Neji bila sambungan telepon nya sudah terhubung.

" Paman, ini aku Neji. Paman aku dan Tenten berada di Ame, aku lupa lagi alamat rumah paman, bisakah paman memberi tahu alamat rumah paman ?".ucap Neji pada Hizasi yang berada di sebrang sana.

" apa kau sedang di Ame ? Dimana posisimu sekarang Nak, paman akan segera menjemput mu ."

"sekarang aku sedang berada di stasiun. tidak usah repot-repot paman, kami bisa naik taksi kesana." tolak Neji sopan

" tunggu di pintu utama stasiun, aku akan segera menjemputmu."

Hizasi menutup pembicaraanya dengan keponakanya.

Tenten menuntun Neji untuk duduk di bangku kosong yang berada di tengah-tengah kerumunan orang yang berlalu lalang.

" paman menyuruh ku untuk menunggu di pintu utama statsiun, dia akan menjemput kita " ucap Neji.

" lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya Neji" tanya Tenten

" pertama, aku akan menghubungi Hinata, dan memberi tahunya apa yang terjadi. Kemudian kita meminta bantuan paman Hizashi untuk melangsungkan pernikahan kita besok, kita juga akan menghubungi Itachi lagi. Dia akan menjadi saksi pernikahan kita, maaf karena saat kau menikah denganku, kau tidak akan memakai pakaian yang orang lain pakai saat pernikahan mereka, tapi aku janji setelah situasi ini membaik, aku akan membuat pesta megah untuk resepsi Pernikahan kita, hmm ? " ucap Neji pada Tenten

Tenten menggenggam tangan Neji erat, menatap wajah kekasihnya. Entah mengapa setiap Tenten menatap wajah Neji, rasa cinta dan keinginan untuk melindungi dan berada selalu di samping nya semakin besar.

" Aku tidak mempermasalahkan apa yang kupakai saat hari pernikahanku, yang ku khawatirkan, apakah paman Hizashi akan membantu kita ? Aku khawatir jika ayahmu berbuat yang tidak- tidak untuk memisahkan kita." ucap Tenten.

Neji memeluk Tenten mencoba menenangkanya.

" berhentilah mencemaskan apa yang akan di lakukan ayahku, selama kau mau memegang tangan ini dan tidak melepasnya, aku yakin dia tidak akan melakukan perbuatan apapun padamu "

" berjanji lah kau yang takan melepaskan tanganku Neji"

" bodoh, aku yang seharusnya berbicara seperti itu. Aku takut kau lelah dengan keadaanku yang seperti ini, karena aku akan selalu menyusahkanmu."

" dari pada kau terus berbicara seperti itu, lebih baik kita pergi ke pintu utama stasiun ini. Kita tidak boleh lebih menyusahkan paman dengan menunggu kedatangan kita hmm ?" ajak Tenten

Neji mengangguk dan mereka berjalan menuju pintu utama untuk menunggu Hizasi yang akan menjemput mereka.

Hizasi sampai di stasiun setelah menghabiskan waktu 45 menit perjalanan dari rumahnya menuju stasiun.

Pandanganya terhenti saat melihat sosok keponakan yang sangat dia sayangi sedang di tuntun oleh seorang wanita yang tak dia kenal.

Hizasi meneriakan nama keponakanya sambil melambaikan tanganya, menyuruh Neji utuk menyebrang dan masuk kedalam mobilnya.

"Neji !!!" panggil Hizasi di sebrang jalan.

" sepertinya itu suara Paman " ucap Neji yang mendengar remang-remang suara pamanya.

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang