chapter 2

3.5K 201 7
                                    

Inilah Jalan Takdirku, Sebagai Anak Pembawa sial.
Aku akan rela menebus semua kesialanku yang menimpa orang lain. Karena dengan Cara ini setiadaknya aku Bisa Menebus setiap Dosa-Dosaku kepada mereka yang Telah Kubuat Sial Hidupnya Termasuk Thocanku yang Paling Ku Cintai .

-Mask -

-mask-

Hinata Pov

Suara kicauan Burung membuatku terbangun dari tidur pulasku, cahaya matahari menerobos masuk dari pintu Balkonku yang terbuka Lebar. Dengan panjang ku tarik nafas dan menghembuskan oksigen yang tadi kuhirup secara perlahan.

Kusimpan Foto Ibuku satu-satunya dan duduk di hadapanya menyamakan tinggi ku dengan tinggi Meja tempat ku letakan Foto Ibu.

Dengan Khusu Aku menggenggam kedua tanganku dan mulai berdoa,
" Ohayo kaa-chan, terimakasih Untu Kesempatan yang Kami-sama berikan kepadaku sehingga aku masih bisa bernafas Hari ini. Doa Ku hari ini, Semoga Thoucan, Shoya Kaa-chan, Nejji-nii, dan Shion -chan selalu Bahagia, Kaa-san juga. Semoga Kaasan bahagia di alam sana, Amin"

Aku lekas berlari menuju Lemari Kayu yang berisi Baju-Bajuku, terdapat Koper Besar di Bawah Lemari itu, ku tarik Koperku dan mengisinya dengan Baju dan Beberapa Benda Kesayangan ku. Setelah kegiatan Berkemasku selesai.

Aku pergi ke Kamar mandi untuk membersihkan Tubuhku, masih terlihat jelas Mataku yang masih terlihat bengkak karena Tangisanku semalam.

Hingga tidak perlu Waktu lama aku telah siap dengan Pakaian Lengkapku dan turun menuju Ruang Makan untuk mengisi Perutku yang mulai kerocongan.
Dengan Pelan aku mulai menuruni tangga dan Berjalan Menuju Ruang makan, Aku bisa melihat Nejji-ni sedang menikmati Sarapanya dengan Pandangan kosong. Aku berjalan dengan pelan Menghampiri Kakaku Bermaksud membantunya, Dengan Cepat ku Tarik Kursi kosong di Hadapan Kakaku, ku tatap wajah Nejji Langsung Sumringah saat Aku sudah duduk di Hadapanya, Sepertinya Batinku dan Kak Nejji memang Kuat, Dia Langsung bisa merasakan Bahwa aku yang datang.

"Hinata ! Ohayo.." Sapanya dengan Hangat seperti biasa tak lupa dengan senyuman kehangatan yang selalu dia berikan padaku .

"O-Ohayo Ne-Nejji-nii " ucapku membalas Sapaanya dan mulai mengambil Potongan roti dan mengolesi roti itu dengan selai Anggur. Seorang pelayan datangbdengan Susu dan Menuangkanya pada gelas kosong di sampingku.

Tidak lama kemudian datang Shion dan Ibu Tiriku dan Langsung duduk di Sampingku.

"Ohayo Nejji-nii, Ohayo Hinata " Ucapnya Ramah sambil memeluku seperti Rutinitas setiap hari.

"O-Ohayo Kaa-san, Kemana Thouchan ? " tanya ku saat ibu mengampiri meja dan duduk di samping Nejji.

" Ohayo Hina-Chan, Ayah Kalian Sudah Berangkat Pagi- pagi Sekali, Dia Mempunyai Meeting penting. Oleh karena itu dia Juga tidak Bisa Mengantarmu Kebandara Hinata-Chan. Sebagai gantinya Ibu yang akan mengantarmu" ucapnya sambil memungut Roti dan Langsung memakanya tanpa Olesan Selai.

" Memang Hinata akan Pergi kemana ? Baa-san " tanya nejji menghentikan aktifitas sarapanya. "Baasan" merupakan panggilan Nejji kepada Shoya, Lain Denganku. Aku memanggilnya Ibu Karena Memang dia salah satu Ibuku. Oh ya, Aku mempunyai 2 Ibu, ibu yang melahirkan ku, dan Ibu yang Mengajariku Akan Hal yang ada di Dunia ini.

" Hinata-chan Akan Berlibur Di paris Untuk Beberapa Saat. Benarkan Hinata-chan" Dustanya sambil menatap ke arah Hinata dengan Senyum Simpulnya
" I-Iya Nisan, A-aaku Ingin Liburan Ke Paris, dan A-ayah memperbolehkan nya" ucapnya bohong
"Kaa-chan, Aku juga ingin pergi bersama Hinata ! Aku Juga Ingin Liburan Ke Paris !!!" Shion merengek dan terhenti saat mendapat sorotan mata tajam dari Shoya sang ibu.
"Kenapa Hinata hanya pergi sendiri, aku juga akan Ikut bersama Hinata! " Ucap nejji sambil berdiri hendak meninggalkan Ruang Makan,aku tau apa yang akan Kakaku itu lakukan di pasti akan Berbenah dan Ikut Kemana pun aku Pergi.
tapi langkahnya terhenti saat sebuah Suara Terdengar terdengar menggema di Ruang Makan. 'Ayah' ucapku dalam batinku
" Tidak ada Yang Boleh Pergi dari Rumah ini kecuali Hinata dan Chiyo. Kembali duduk dan nikmati sarapanmu Nejji " perintahnya dengan tegas
Neji Menoleh ke Arah Asal Suara
" Kenapa Hanya Hinata yang Boleh Pergi ! Aku ingin bersama Adiku Thouchan, Aku akan selalu menjaga Adiku, Kemanapun Hinata Pergi aku akan bersamanya "

#Brak

Ayah memukul meja Makan dan menghampiri Nejji dengan Langsung Mengguncang Tubuhnya.

" Ingatlah Nejji ! Siapa yang telah Membuatmu Buta ! Anak Pembawa sial itu Telah merenggut Penglihatanmu, dan Telah menghancurkan Harapanku ! Kumohon Sadarlah, Jangan terus Membelanya ! Biarkan Dia Pergi dari Sekeliling Kita sebelum Terjadi Kehancuran yang lebih buruk" ucapnya dengan Tegas.

dan aku hanya bisa Menunduk Menyembunyikan Air Mataku yang sudah tak kuatbku bendung Lagi. Aku Tak percaya Ayah akan Mengatakan Kalimat Yang sangat menyakitkan.

" Tapi Ayah, Hinata Adiku. Dia Hal yang paling berharga Peninggalan Ibu, Jangan salahkan Hinata Karena kesalahanmu ! Aku benci Ayah ! Aku Benci !!! Pokonya aku akan Pergi bersama Hinata !"
Suasana Ruang Makan Menjadi Hening, semua Aktifitas terhenti saat Ayah Menggebrak Meja dengan Keras.

Aku hanya tertunduk sambil meneteskan airmataku, hingga tangan mungil Shion yang Menggenggam Tangan ku, aku tau maksudnya dia mencoba menenangkanku dengan senang hati aku menatapnya Dan tersenyum kearah nya "Arigato"ucapku tanpa suara dan dia balas dengan kedipan maata dan Senyumanya.

"Hinata, Bawa Barang-Barangmu dan Cepat Pergi dari sini. Mobil yang akan mengantarmu ke bandara sudah Siap. Dan Chiyo sudah Berada di Mobil Menunggumu." itu perintah ayah yang tak bisa aku Bantah dengan mencoba tegar aku berjalan melewati ayah dan kakaku. Langkah ku terhenti saat kakaku Berteriak dalam dekapan ayah.

"Hinata !!! Jangan Pergi kumohon... Hinata ! Hinataaa !"Nejji Menangis Sejadi- Jadinya, meneriakan namaku, Mencoba meronta melepaskan Genggaman ayah, Dia Tidak bisa apa-apa karena Ayah Sudah mengunci pergerakan Nejji dengan Pelukan yang sangat Erat.

Dengan menundukan Kepala menuju kamar dan Mengambil Koper Yang Sudah Kusiapkan Tadi, Tak Lupa Foto Ibu yang Kubawa dan Kumasukan Kedalam Tas Gendongku.

Aku kembali lagi ke Ruang Makan dan Masih Tetap seperti Semula, Ayah masih mendekap Nejji, Ibu Shoya yang menikmati Sarapan nya dan Shion yang menatap kedatanganku.

" A-ayah, I-ibu, Shion, dan N-Nejji-niii. Aku Pamit " Ucapku sambil membungkukan badanku.

Aku berharap ayah akan memberikan Pelukan Selamat tinggal kepadaku, tapi Harapanku Sirna saat melihat Tatapan Ayah yang tidak Memperdulikanku dan malah membuang Muka.

Shion langsung Turun dari Kursi dan Menghampiri dan memeluku Erat. Dia Menangis Untuk Kesekian kalinya di Hadapanku.

" Aku Akan Merindukanmu Nee-Sama. Berjanjilah akan selalu memberikan kaabar " shion melepas pelukanya dan berlari meninggalkan Ruang Makan.

Untuk pertama kalinya dia memanggilku dengan kata kakak, karena sebelumnya, dia paling tidak mau karena kelahiran kami yang berbeda beberapa bulan. Sementara Kupandang Nejji dia Sudah Tak sadarkan diri dalam dekapan Ayah.
Ibu Shoya mengahampiriku dan Memeluku dengan erat.

" Jaga Kesehatanmu Baik-baik. Jadilah anak pernurut, Ibu janji. Kita akan bertemu Lagi " bisiknya di samping telingaku dan melepaskan pelukanya tersenyum sambil meraih tangan dan koperku " Biar ibu antar sampai Depan" tawarnya sambil Menarik tanganku meninggalkan Ruang Makan itu.

Aku masih setia memandang Ayah yang sedang memeluk Kak Nejji yang tak sadarkan diri. Padangan nya mengarah entah kearah mana, yang jelas Ayah sedang membuang Muka tak ingin bertatapan denganku. Hingga Lemari kaca memutuskan Pandanganku pada Ayah dan Kak Nejji.

Ibu Shoya mengantarku sampai Pintu utama, dia memeluku sekali lagi dan mempersilahkan ku untuk Masuk kedalam mobil.

Aku masuk dan duduk di Belakang di samping Wanita Parubaya yang di Tugaskan Akan mengurusku. Wanita itu memakaikanku Savetebalt, dan tidak lama mobil yang ku kendarai berjalan meninggalkan Kediaman Hyuga.

Hinata Pov End

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang