Chapter 23 : Truth

1.3K 89 18
                                    

Itachi, dan Sasuke kembali ke Rumah Sakit tempat Itachi dirawat sebelumnya, Sasuke yang berjalan di belakan Itachi dengan Ponsel yang sedang sibuk ia mainkan, tak menyadari jika sedari tadi Kakaknya sedang mengamati sebuh keganjalan. HIngga akhirnya Sasuke menubruk punggung Itachi yang berhenti berjalan di hadapannya.

" Ada apa Aniki ?! " tanya Sasuke setelah hidung mancungnya bertubrukan dengan punggung kekar Itachi.

" Sasuke, lihat baik-baik pria berjas dokter itu, sepertinya terlihat mencurigakan" Ucap Itachi menanggapi perkataan adiknya.

Sasuke mengikuti arah padang kakaknya, awalnya ia merasa cuek dan tak tertarik dengan apa yang di ucapkan kakanya, namun saat ia menangkap sesuatu yang membuatnya tertarik untuk lebih memperhatikan apa yang di tunjukan kakaknya, Sasuke memperhatikan objek yang tertangkap oleh indra penglihatannya.

seorang Wanita yang tak sadarkan diri di atas kursi roda, dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, dan selimbut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, sedang di dorong oleh seseorang yang berpakaian seperti Dokter, namun yang lebih membuat Sasuke tertarik memperhatikan objeknya adalah seorang bocah yang menangis dengan ciri fisik yang sama dengan seseorang yang di kenalinya.

"Aniki, jangan-jangan... "

" jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan Sasuke, aku tahu jika bocah yang  menangis di gendongan pria itu, yang menjadi pusat yang mengambil perhatian kita. namun, jika mereka benar-benar orang yang sama dengan apa yang kita pikirkan, kenapa Neji tidak berhasil menemukannya ? "

" jangan pikirkan masalah itu dulu Aniki, untuk jawaban dari pertanyaan mu. Neji yang akan menjawabnya,sekarang yang harus kita pikirkan tentang langkah berikutnya,   kita harus berbuat apa ? entah mengapa perasaan ku mengatakan jika wanita itu adalah Tenten."

" Ikuti mereka Sasuke, aku ingin mencari tahu lebih dalam, dan aku ingin memberitahukan nya pada Neji."

Sasuke mengangguk mengiyakan perintah kakaknya, dengan apik dan dengan cara sembunyi-sembuyi Sasuke mengikuti orang-orang yang di curigainya.

Itachi menekan beberapa Nomor yang sudah terlapal di luar kepalanya, beberapa detik ia menunggu sambungan panggilan dan tak lama orang yang di hubunginya menerima panggilannya.

" Neji..."

***

Tenten sadar dari pinsannya, tangan dan kakinya sekarang sudah terikat dan mulutnya di supal oleh kain. mendengar tangisan sang putra Riko yang sedang di gendong Orochimaru, Tenten mencoba berontak dan melepaskan ikatan yang melilit di tangan dan kakinya.

" Diamlah.. sstt.. anak manis tidak boleh menangis ..." ucap Orochimaru pada bocah yang belum genap 2 tahun yang berada di pangkuannya itu.

" Kaa-Chan... Kaa-chan ... " Rengek Riko sambil mencoba menggapai ibunya.

" Baiklah.. baiklah paman akan mengantarkan mu pada ibumu. tapi jangan menangis lagi hmm ? " bujuk Orochimaru.

Riko di turunkan dari gendongan Orochimaru, tangan nya langsung terentang meminta pelukan dari sang ibu, namun apa daya tangan dan kakinya masih terikat jadi ia hanya bisa menangis meratapi kedatangan anak nya yang kian mendekat.

" Kaa-Chan, jangan Nanyis ..." Ucap bocah hyuga itu, menenangkan ibunya." Paman, oyang baik,lepas-kan, Kaa-chan kecakitan, dia menanyis... " Pinta Riko polos pada Orochimaru sambil menunjuk ke arah ikatan yang mengikat tubuh sang ibu.

Orochimaru menghampiri bocah itu, ia membelai sayang pada Riko. lalu bergantian menatap Tenten yang memandangnya sinis.

" turunkan pandangan sinis mu itu, atau kau takan pernah bisa melihat dunia lagi. atau mungkin putramu takan pernah bisa melihat ayahnya." Ancam Orochimaru.

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang