chapter 14: Tragedy

2.8K 155 14
                                    

Tokyo, Jepang. ( 3 hari sebelum pesta ulang tahun kerabat Kiba.)

Shoya memandang pantulan cermin yang menampakan bayangan dirinya, dengan anggun ia menyisir rambut panjangnya yang mulai terdapat rambut putih yang menghiasi kepalanya, pandanganya teralihkan pada sosok tegap sang suami yang masih tertidur pulas. Senyumnya mengembang saat menyadari betapa tampanya wajah damai sang suami saat sedang tidur.

Ponselnnya yang berada di sampingya tiba-tiba bergetar menandakan seseorang menghubunginya. alis Shoya mengerut saat mengetahui bahwa sang penelpon merupakan sekertaris suaminya, Ashuma.

" Hallo " sapanya 

" Nyonya, maaf mengganggumu pagi - pagi sekali. " 

" Tak apa Ashuma, ada apa kau menghubungiku ? "

" Aku mengabarkan berita duka, Ayahku, maksudku, pengacara  Suratobi Hiruzen mengehembuskan nafas terakhirnya beberapa jam yang lalu. aku mencoba menghubungi No presdir Hiashi, tapi No nya tidak aktif. "

Shoya menutup mulutnya terkejud dengan apa yang dia dengar 

" Oh Kami-sama, aku turut sedih dengan kepergian Hiruzen. jangan Khawatir, kami akan  segera pergi kesana "

Shoya langsung memutuskan sambungan teleponya sepihak, dia berlari kecil menuju kasur tempat suaminya yang masih bergulat dengan Mimpi.

Shoya membelai lembut wajah suaminya mencoba membangunkanya, dan lenguhan Hiashi merespon sentuhanya. perlahan mata Hiashi terbuka menampilkan mata indah Khas Hyuga.

" Ada apa ? kau mengganggu tidurku." Ucap Hiashi serak dengan suara Khas bangun tidurnya.

" Cepat bangun Anata, kita harus mengunjungi suatu tempat sekaranng juga " titah Shoya pada suaminya.

" Kemana ?" tanya Hiashi malas sambil menutup kepalanya dengan lengan kekarnya berencana tidur kembali.

" salah satu orang kepercayaanmu sekaligus pengacara Hyuga, sudah tidak ada. dia meninggal subuh tadi " ucap Shion yang sontak membuat Hiashi terperanjat dari tidurnya dan menatap istrinya lekat-lekat mencari kebenaran atas apa yang di ucapkanya tadi.

" kenapa itu bisa terjadi ? " tanya Hiashi tegas

" aku tidak tahu, aku langsung menyudahi percakapanku dengan Asuma setelah mendengar kematian ayahnya dan langsung membangunkanmu "

" perintahkan Kou utuk menyiapkan mobil, kita berangkat sekarang juga " titah Hiashi 

***

Hiashi dan Shoya tiba di rumah duka, mereka langsung memberikan penghormatan terakhir kepada Hiruzen, nampak Neji, Tenten , Hizashi dan istrinya baru sampai. Shoya langsung menghambur menyambut mereka semua. 

" bagaimana ini bisa terjadi ? " tanya Hiashi pada Asuma  yang duduk bersila di samping peti jenazah ayahnya.

" dia mendapat serangan jantung saat kami berdebat dan memperebutkan sesuatu. aku tidak sengaja membentaknya,dan dia jatuh pingsan kepalanya membentur meja kerjanya. dan menurut tetanggaku yang seorang dokter, dia mengalami pendarahan otak yang sangat hebat sehingga saat aku membawanya ke RS dia sudah tak bisa tertolong lagi" jelas Asuma dengan nada penyesalan dan air mata yang sidak bisa ia bendung.

Hiashi mengusap wajahnya kasar, Nafas Hiashi terdengar kasar menahan emosinya.

" sebenarnya apa yang kau perdebatkan sehingga kau bisa membunuh Ayahmu ! " ucap Hiashi dingin.

" k-kami memperdebatkan soal dia yang ingin menikahkanku pada seorang wanita yang tidak ku cintai, dan aku mecoba membujuknya agar dia mendengarkan keinginanku, tapi dia bersikukuh dengan ucapanya. aku tidak bisa mengontrol emosiku karena aku terlalu marah dengan sikap ayah yang menurutku salah. dan aku tak sengaja membentaknya "

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang