No Father

115 12 1
                                    

"Plak.. "
Suara tamparan itu terdengar sampai ruang tengah tempat aku menemani Eunji bermain. Tiba - tiba ayah ku keluar dari kamarnya.

"Ada apa ayah? " Tanyaku memastikan

"Ibu mu itu baru saja memfitnah ku, dia berfikir aku selingkuh . Ada apa dengan nya. " Jawab ayah lalu berjalan meninggalkanku.

Di waktu yang bersamaan tangan kecil Eunji memegang bagian bawah kemeja ayah. " Ayah mau kemana? Ayah kok ngga pernah di rumah? " Tanya Eunji

Dengan senyum yang di paksakan ayahku menjawab jika ia sedang sibuk bekerja. Tangan besarnya mengelus kepala adikku dengan lembut lalu berjalan pergi dengan tergesa - gesa. Sedang aku berjalan menghampiri ibuku yang sedang menangis di kamarnya.

" Ibu, sudahlah, ibu jangan berkata seperti itu pada ayah, ibu juga tidak ada bukti kan? Apa kalian tidak ingin berbaikan? Bukankah itu lebih baik? Ayah sangat menyayangi kita mana mungkin dia melakukan hal itu. " Kata ku

" Taehyung , teman ibu melihatnya sendir........ "

Sebelum dia selesai dengan kalimatnya, aku memeluk ibu dengan penuh cinta, aku juga menghapus air mata ibu yang terus mengalir.

✍✍
Di hari selanjutnya hal ini terulang lagi, kali ini aku sedang berjalan pulang dari sekolah, kebetulan sekolah ku tidak jauh dari rumah jadi aku menghemat bensin mobilku dan memilih untuk berjalan kaki.

Saat itu, aku berjalan pulang bersama Jimin sahabatku. Rumahnya cukup jauh dari rumahku tapi hari ini dia bersikeras untuk jalan kaki bersamaku.

Saat aku dan Jimin sampai di depan rumah ku aku melihat Eunji yang menangis di depan pintu rumahku.

" Taehyung , ada apa dengan Eunji? " Tanya Jimin sambil memiringkan kepalanya

"Entahlah!! " Aku mempercepat jalan ku

Sedang Jimin berpamitan pulang dengan berteriak. Dan aku hanya menjawabnya dengan lambaian tangan

"Eunji, kau kenapa cantik, jangan menangis! Nanti jelek lo! " Hiburku

"Ayah dan Ibu mereka bertengkar, aku takut Kak."

" Tunggu di sini ya , jangan kemana- mana dan jangan menangis. "

Aku masuk ke ruang tengah dan melihat mereka sedang beradu mulut.

" Hei , bisakah kalian tidak seperti anak kecil? Apa kalian tidak malu bertengkar di depan Eunji yang masih berumur belum genap 7 tahun? " Suara teriakku berhasil membuat mereka terdiam.

Lalu mereka mulai ribut lagi dengan mengatakan opini mereka yang mencoba menjelaskan padaku. Keributan mereka membuat ku reflek  memegang kepalaku dengan kedua tangan dan menarik rambutku  "Diaam...Ada apa dengan kalian? Selesaikan dengan cara yang baik? Apakah itu susah?? "

Tanpa mendengar kata kata mereka lagi aku bergegas berjalan ke depan rumah lalu menggandeng Eunji untuk naik ke lantai dua.

" Eunji jika besok mereka bertengkar lagi, kamu masuk ke kamar saja ya. " Pintaku pelan. Dia pun mengerti dengan menganggukan kepalanya. Tapi aku masih melihat raut muka nya yang cemas.


Cemas.  Lima hari terakhir ini badai besar sedang hinggap di rumah ini. Keluarga kami sebelumnya tidak pernah mengalami hal semacam ini. Sebenarnya bukan kedua orang itu yang ku cemaskan , tapi adik ku .


" Eunji kau suka game di Handphone kakak kan? Nah Handphone ini sekarang milik mu, jangan berikan Handphone ini pada siapapun oke! Jika kamu ingin menelepon kakak ,kamu bisa memencet ini ..................."
Aku menjelaskan pada Eunji bagaimana cara menggunakan Handphone yang ukurannya lebih besar dari jari - jari nya itu.

HwiparamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang