Aku lupa bagaimana aku menyukai baju berwarna hitam.
Terlihat foto pria itu tengah tersenyum di bingkai indah. Tepat di atas tempatnya beristirahat.
Tangis Hyera kini mulai surut. Dia tau, tangis nya tak membuat Jimin kembali. Beberapa orang menangis. Salah satunya yang menangis di sana adalah Bu Prima. Guru yang sering memarahi ku dan Jimin. Dan yang lainnya adalah fan-fan Jimin di sekolah.
Semua orang yang datang memberi setangkai bunga dan mendoakan Jimin.
Semua orang datang, Ayahku, Ibu tiriku, bahkan Paman Lee datang.
Tapi dalam beberapa menit mereka pergi.
Hanya beberapa orang terdekat Jimin yang tinggal termasuk aku. Tapi aku ada di barisan paling belakang dari kerumunan yang masih tinggal.
"Tae?" seseorang menepuk punggungku dari belakang.
Aku pun menoleh.
Melihat nya membuatku tak dapat menahan air mata.
"Ibu..." lirihku dan langsung memeluknya.
"Kak Taehyung!!! Eunji kangen.." ucap Eunji yang langsung ku peluk dan ku gendong-gendong.
"Jimin anak baik," ujar ibuku.
"Iya kita tau itu kan," jawabku.
"Ibu tinggal di mana?" tanyaku.
"Di depan rumah Paman mu," jawabnya sambil tersenyum.
"Ah ibu.. membuat ku khawatir saja," aku merasa di bodohi.
"Itu Hyera?" tanya ibu sambil menunjuk Hyera.
"Hem," jawabku.
"Cantik banget ya," kata ibu.
"Iya lah. Aku aja sampe suka sama Hyera Bu.. Tapi Hyera sukanya sama Jimin," kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku.
"Yalah.. Kan Jimin unyu gitu," ibu justru membela Jimin. "Ya udah kamu bilang aja. Kamu suka sama Hyera tapi jangan di paksa kalo Hyera ga suka sama kamu. Kelar kan. Yaudah Ibu pulang dulu ya. Ayo Eunji pulang," kata Ibu.
"Da.. dadah Eunji.. nanti Kaka dateng mampir deh," ujarku sambil melambaikan tangan.
Lalu aku kembali ke kerumunan keluarga Jimin.
"Hyera pulang yuk," ajak Bibi Myun Ju.
"Nanti dulu Bi. Bibi duluan aja," jawab Hyera.
Aku yang berdiri di belakang Hyera juga menolak ajakan Bibi Myun Ju yang hendak pergi dengan Paman dan Doyoon.
Berjam-jam Hyera berdiri tanpa suara.
Dan aku tetap berdiri di belakangnya.
"Da Jimin. Entar kita ketemu lagi ya.. Aku pulang dulu," katanya dengan volume minim.
Akhirnya dia berbalik.
"Eh Tae, ngapain lo masih disini?" tanya Hyera.
"Gue mau ngomong sama lo," jawabku.
"Apa ?" sambung Hyera.
Langsung ku pegang kedua tangannya.
"Tangan lo dingin banget." ucapku.
"Hem,"
"Lo inget ga Ra.. waktu pertama kali lo bilang lo suka sama Jimin di jalanan pinggir komplek," tanyaku.
"Iya kenapa?" Hyera balik bertanya.
"Itu sebenarnya gue mau nembak lo," ujarku.
Sontak dia langsung menarik tangannya.
"Trus kenapa lo ga bilang?"
"Ya masa gue bilang gue suka lo padahal kan lo suka sama Jimin,"
"Tapi sekarang gue juga masih sukanya sama Jimin Tae. Sorry,"
"Iya gue tau. Sekarang gue mau bilang," kataku sambil memegang tangan Hyera kembali, "Gue suka sama lo Ra. Gue ga paksa lo buat suka sama gue kok. Intinya lo tau aja,"
"..."
"Gue tau lo masih suka sama Jimin. Lo ga perlu berhenti suka sama Jimin kok. Tapi biarin gue berjuang. Biarin gue cari kuncinya sendiri. Dan jangan suruh gue berhenti suka sama lo juga," kataku.
"Eh si kentang romantis juga," ucapnya meledek ku.
"Yaudah pulang yuk Ra. Habis ini makan trus tidur. Dari kemaren lo nangis terus, entar lo jadi kurus. Jimin ga suka cewe kerempeng tau,"
"Jimin apa lo yang ga suka?"
"Dua-duanya sih..."
"Ya si kentang,"
"Kok lo panggil gue kentang si?"
"Ya kan mirip,"
Mulai saat itu, hidup ku terus berjalan. Hubungan dengan ayah dan ibu tiri juga membaik intinya gak seburuk dulu. Tapi kadang-kadang gue diem ae kalo di tanyain ayah. Hehehe. Jihyo juga mengatakan padaku semuanya. Rencananya tentang sesuatu yang jahat. Tapi aku memaafkannya. Bijak banget ga si?? Lalu soal Ibu sama Eunji, tiap hari aku ketemu kok. Kalo kangen tinggal ngacir.
Tapi yang paling spesial. Hubungan persahabatanku.
Gue sama Hyera. Adehew.. ga mau cerita ah. Pokoknya anu deh.
Dan hubungan gue sama Jimin. Dia emang udah ga ada. Tapi dia ada di hati gue.
Asek ah..
Menurut lo bener? Bermanfaat? Lo suka? Lakuin!
-Taehyung Teguh Jalan Emas-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwiparam
Short Story#856 Short Story 27-05-17 Dia kembali. Gadis itu kembali dengan perubahan pada dirinya dan diriku. Senyum di wajah gadis berambut coklat itu, selalu terbayang di benakku. Apa aku menyukainya? Hidupku di berkahi Tuhan dengan perantara gadis itu. Tapi...