Sudah sekitar 14 jam setelah kejadian. Tapi doktwr yang menangani Jimin belum keluar dari ruangan Jimin di rawat. Sedang di luar kamar Jimin, JiHyo dan Hyera terus saja mengutuk diri mereka karena kejadian ini.
"Jimin maaf, gara-gara aku di rampok lo jadi kayak gini. Hiks.. hiks.. gue.. gue minta maaf... " kata JiHyo yang duduk di samping kananku.
"Ini salah gue. Kalo gue balik bareng kalian, gue bisa bantuin kalian buat.. hiks.. buat.. hiks... Taehyung.. ini salah gue, apa guna gue ikut taekwondo kalo kayak gini," ujar Hyera yang duduk di sebelah kiri ku.
"Udah lah ini takdir namanya," kataku sambil memegang tangan keduanya.
"Lah lo udah ga papa?" tanya Hyera menunjuk luka di wajahku.
"Iya gue dah baikkan, tadi malem udah di obatin," jawabku.
Usai dengan percakapan kami. Dokter keluar dari kamar Jimin dan memperbolehkan kami untuk masuk karena keluarga Jikin sedang pulang sebentar.
"Jimin.. ga parah kan lukanya?" tanya JiHyo.
"Ga parah ko," jawab Jimin.
"Janji lo bakal sembuh," kata Hyera.
"Lo dateng? Gue kira ga dateng, hehehe," kata Jimin dengan senyum terbaiknya.
"Lo bikin gue khawatir tau ngga? Hiks.. hua..." sontak Hyera langsung memeluk Jimin yang masih terbaring.
"Sorry gue.. hiks.. gue yang salah. Maaf Jimin gue.. gue ngacangin lo. Gue ga tau mau ngomong apa," jelas Hyera.
"Aku keluar aja dulu ya," kata JiHyo.
"Jim, kenapa darah lo ga berhenti-berenti? Tuh perban tambah merah aja. Lo juga pucet banget. Anemia tuh," tanyaku.
"Biarin aja yang penting masih ganteng. Ciye.... Calon dokter," jawab Jimin sambil bergurau.
"Jimin lo janji bakal sembuhkan?" tanya Hyera yang di jawab senyuman dari Jimin.
"Lo udah ketemu Mama lo?"
"Udah Ra. Mama udah ngerti ko aku sakit kenapa," jelas Jimin.
"Kok gue ga konek si Jim," kata Hyera.
"Gue mau ngomong aja sama kalian," kata Jimin.
"Taehyung inget yang waktu kemaren gue mimisan?"
"Iya gue inget," jawabku.
"Dan kenapa kok darah gue ngalir terus dan ga berhenti-berenti?" tanya Jimin lagi.
"Apa sih? Gue ga ngerti?" tanya Hyera.
Jimin tidak mungkin menderita Leukimia.
"Sebenernya gue ga boleh luka. Soalnya gue bakal susah berhenti darahnya. Trus liat deh darahnya warna merah terang kan? Gue tau lo ngerti gue sakit apa Tae... Tebakan Lo bener kok. Gue kena Leukimia," jelas Jimin.
"Kalo darah gue udah habis nantinya, berarti kita ga bisa ketemu lagi," lanjut Jimin.
"Kenapa gitu? Golongan darah lo kan ngga langka. Gue panggil dokter aja," akh langsung bergegas, namun tangan Jimin menghentikanku dengan senyum miringnya. Tak ketinggalan gelengan kepalanya menandakan ta ingin.
"Lo jahat.. hiks.. lo.. Jimin., Lo ga bisa gini in gue, lo.. hua.." Hyera langsung saja memeluk Jimin erat.
Aku juga tak bisa menahan air mata.
"Udah jangan nangis. Ini takdir namanya. Kita bahagia aja, karena idup gue tinggal sebentar kan. Nah sekarang kita ketawa aja. Ya gue tau.. kalo gue ga akan pernah ngelihat kalian lagi. Makanya biarin gue liat kalian ketawa," kini air mata juga ada di mata Jimin.
"Hyera. Lo tau ga, Taehyung suka sama lo tau," kata Jimin lagi.
Hyera langsung menatapku.
"Lo?hiks... Trus lo sendiri? Lo ga suka gue?" tanya Hyera.
"Gue mau jujur aja deh. Ini kan hari terakhir gue. Jadi... Ra gue suka sama lo. Gue cinta sama lo Ra... Gue pernah bilang kalo lo ga akan bahagia sama gue kan? Karena gue sakit kanker ini, jadi sorry dah bikin lo nangis kemaren... Hehehe,"
Tangis Hyera semakin pecah.
"Udah jangan nangis, kesan terbaik musti kita kasih ke Jimin dong Ra. Jangan nangis oke.." kataku dan di jawab senyuman dari Jimin.
Hyera terus saja menunduk dan menangis di samping tempat tidur Jimin. Dan akhirnya Jimin pun turun tangan.
Dia mengangkat dagu Hyera dan.
Mencium bibirnya singkat.
Dan Hyera langsung diam.
"Udah jangan nangis. Gue udah ga kuat liat lo nangis.. Lo mau gue pergi lebih cepat gitu ya?" masih dengan gurau nya.
"Park Jimin ogeb... Tolol... Hiks.... Btw, lo ganteng. Lo ga bonyok kayak Taehyung, Lo emang jagoan, lo keren, gue suia sama lo," kata Hyera dan kini Jimin yang menangis.
"Lo mau foto bareng gue ga hiks..?" ajak Hyera.
"Gue ga diajak nih?" tanyaku.
"Yuk," kata Jimin.
3... 2.... 1.... Cekrek.
"Oke ya.. Kalo gitu, gue boboan di sini ya. Kalian ga boleh pergi sampe gue yang pergi dulu," kata Jimin.
Kini dia terbaring sambil menggenggam tangan ku di kanan dan tangan Hyera di kiri. Genggamannya erat sekali.
Kadang matanya terbuka. Lalu tertutup. Bibirnya bercerita, terdiam bernyanyi. Wajahnya kadang menahan sakit. Dan terkadang tersenyum. Saat bibi Myun Ju, Paman Park Seo, dan Doyoon datang Jimin hanya tersenyum. Seolah mereka tau hari ini akan terjadi.
Bibi Myun Ju sangat kuat. Dia tidak menangis bahkan dia berkata bahwa dia bangga dengan Jimin yang menolong JiHyo.
Sedangkan Doyoom tetus menangis. Tapi Paman, paman sama kuatnya dengan bibi.
Tak lama Bibi, Paman, dan Doyoon, meninggalkan Jimin dengan Hyera dan Aku karena itu permintaan Jimin sendiri sebelumnya.
Kira-kira empat Jam aku dan Hyera juga beberapa dokter ada di ruangan Jimin. Dengan air mata di mata Hyera yang mulai mengering karena terus menangis. Dan dengan aku yang terus memperhatikan tangan Jimin yang menggenggam ku erat.
Tapi kini genggamannya melemah. Dan mesin rumah sakit berbunyi keras. Menandakan sahabatku pergi meninggalkan ku dan Hyera.
Tangis Hyera kini pecah, begitu pun dengan ku.
Tapi ini sudah takdir.
Dah... Jimin si tembem pendek dan sipit. See ya..
_________________
Masih ada 1 part lagi. Tapi update nya besok...Jangan lupa vote dan Comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwiparam
Short Story#856 Short Story 27-05-17 Dia kembali. Gadis itu kembali dengan perubahan pada dirinya dan diriku. Senyum di wajah gadis berambut coklat itu, selalu terbayang di benakku. Apa aku menyukainya? Hidupku di berkahi Tuhan dengan perantara gadis itu. Tapi...