Tak terasa sudah seharian aku di tempat ini."Ayo Taehyung, kita pulang. Sudah jam 8 malam." Teriak Jimin sambil melemparkan bola basket ke badanku.
"Ayo.." jawab ku singkat.
Kami berdua berjalan ke tempat parkir .
Sambil menenteng tas runsel, aku dan Jimin menyusuri koridor.
"Ya sudah ya... Kita berpisah di sini. Hati-hati di jalan ya Brother." Kata Jimin sambil menepuk bahuku.
Kulangkahkan kaki ke mobilku .
Tujuanku selanjutnya adalah pulang.Dalam beberapa menit aku sampai di rumah. Aku berjalan masuk dan berharap tidak ada sapaan, atau pertanyaan dari orang di dalamnya. Aku hanya ingin bersantai dan tidur malam ini.
Harapanku rupanya terkabul ,hari ini tiada orang di rumah.
Masih dengan mulut terkunci, aku naik ke kamarku.
Tapi tidak semuanya terkabul hari ini.
Kulihat anak si nenek sihir sedang menuruni tangga tarik loteng. Selanjutnya dia berjalan masuk ke kamar Eunji. Sepertinya dia melihat ku mematung di tangga. Dia sempat bingung harus melakukan apa. Ini terlihat dari gerak-gerik nya.
Kini langkah yang dia ambil adalah mundur dan tersenyum kepadaku. Dan parahnya lagi dia menyapaku.
"Wah.. Tae.,maksudku Kak Taehyung sudah pulang. Ak......"
Tanpa mendengarkan sepatah kata lagi dari mulutnya. Aku langsung bergerak masuk dan mengurung diri di kamar.
"Ah.. menjijikkan. Kenapa dia di kamar Eunji? Sudahlah. Sekarang aku ingin membersihkan diri dan pergi tidur."
Hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Dari jendela kamarku , sinar matahari yang masih samar dan angin yang masih terasa sejuk menyapaku pagi ini.
Aku membuka buku, mengerjakan pr yang sempat ku tinggalkan kemarin karena malas berada di rumah.
Tapi, ada satu hal lagi yang ingin ku lakukan.
Ku langkahkan kaki turun ke lantai bawah. Keadaannya masih sepi. Aku yakin mereka semua masih tidur. Kumanfaatkan kesempatan emas ini untuk mengambil makanan dari kulkas. Bahkan aku sempat membuat susu coklat hangat pagi ini.
Kembali kulangkahkan kaki naik ke lantai atas.
Aku menjatuhkan semua makanan kemasan ke tempat tidurku.
"Hahaha... Apakah aku pencuri? Ah.. Siapa peduli." Ujarku
Lalu kunikmati susu coklat hangat yang sedari tadi ku bawa dengan tangan kanan.
Tapi buku di meja itu seakan memanggil nama ku, dan memohon agar aku mencoret-coret nya.
Dalam 15 menit pr ku sudah selesai.
Setelah menyelesaikan pr dan menghabiskan susu coklat tadi, aku segera mandi dan bersiap berangkat sekolah.
Tapi...
Suasana pagi yang tenang, mungkin mulai hari ini akan berubah.
Suara alarm anak nenek sihir mengacaukan pagi heningku. Suaranya sangat keras dan tidak kunjung berhenti.
"Aih.. berisik sekali. Apa gadis itu tidak berniat mematikannya?" Ujarku.
Akhirnya alarmnya berhenti saat aku sudah selesai mandi dan bersiap.
Jam dinding di kamarku menunjukan pukul 6 pagi. Sebenarnya aku ingin segera berangkat tapi baterai Handphone ku tak kunjung terisi penuh.
Ku putuskan menunggu 10 menit lagi.
Akhirnya pukul 6.13 aku selesai dengan semuanya. Dengan roti di tangan ,aku turun dari kamarku ke lantai bawah.
Tapi ini masih terlalu lambat.
"Taehyung.. ayo sarapan dulu." Nenek sihir menyapaku.
Nenek sihir dan pria itu sudah ada di meja makan dengan banyak makanan tersaji di atasnya. Tapi tetap saja aku tidak ingin menyantap makanannya walau hanya sebutir nasi.
Ku tarik Earphone dari leherku dan menaikkannya ke telingaku. Sebelum sempat mengatur lagunya. Anak nenek sihir itu turun dari lantai dua .
Lalu si pria tua berkata padaku untuk berangkat ke sekolah bersama Ih Yo atau Lee Hyo itu lah.
Ah.. aku memang bodoh. Kenapa aku mematung disini? Sudah lah pergi saja.
Tanpa memperdulikan omongan mereka aku keluar dari rumah.
Kali ini, aku berangkat ke sekolah dengan jalan kaki.
Di sekolah masih belum banyak anak yang berangkat. Suasana sekolah yang sepi ini membuatku merasa tenang. Entah kenapa akhir-akhir ini aku menyukai suasana seperti ini. Padahal sebelumnya aku lebih suka suasana yang ramai.
Mungkin ini kebiasaan baru di kehidupan baru.
___________________________________
Jangan lupa vote dan komen ya Readers.... Makaseh.. 😪😪😪😪😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwiparam
Short Story#856 Short Story 27-05-17 Dia kembali. Gadis itu kembali dengan perubahan pada dirinya dan diriku. Senyum di wajah gadis berambut coklat itu, selalu terbayang di benakku. Apa aku menyukainya? Hidupku di berkahi Tuhan dengan perantara gadis itu. Tapi...