Mad

21 8 0
                                    

"Waktu nya 120 menit. Jangan ada yang mencontek," ujar Bu Prima.





Kami tengah dalam ulangan harian kali ini. Aku duduk di belakang Hyera dan Jimin ada di belakang ku.

Tapi rasanya aku malas sekali siang ini.

Saat aku berangkat sekolah hari ini. Ku bertemu dengan Hyera. Dan akhirnya kami berjalan bersama, dan tanpa Hyera sadari JiHyo ada di belakang kami. Menyakitkan untuk JiHyo bukan?


Dan menyakitkan untukku pula.


Di jalan Hyera terus saja membicarakan Jimin, Jimin,Jimin. Aku tertawa, tersenyum, mengikuti alur biacaranya.

Aku terus menahannya sampai rasanya aku ingin memukul pipi mulus Jimin.






"Tae, pulpen!" bisik Jimin sambil mendorong kursiku dari belakang.

"Tae buruan!"

"Bawa satu doang gue," jawabku.

"Ala.. jangan gitu dong," lagi-lagi dia menendang kursiku.

Dan aku hanya diam.

"Tanya in ke Hyera dong," bisiknya sekali lagi.

Tapi kakinya terus saja mendorong kursi ku tanpa henti.








"LO BISA DIEM NGGA?" teriak ku sambil berdiri dari kursi dan menatap tajam ke arah Jimin.










"Taehyung? Lo?" ucap Jimin terkejut.



Sontak semua siswa melihat heran padaku.

Karena aku dan Jimin berteman baik. Dan kami tak pernah bertengkar.




Apa yang sedang kulakukan barusan? Membentak sahabatku?

Aku membuang nafas ku kasar, dan menutup mata sejenak.





"Jimin ,Taehyung? Kalian ada apa teriak-teriak?" tanya Bu Prima dengan nada tajam.






"Maaf Bu, ini salah s...."

Sebelum Jimin menyelesaikan perkataannya aku langsung memotongnya.

"Saya yang salah Bu," ucapku.



"Keluar kamu, ke ruang BP sekarang," teriak Bu Prima.



Aku langsung melempar pulpen ke arah Jimin.

"Nih.. Sorry brother. Kerjain yang bener ya," suruhku pada Jimin.

Jimin menatapku bingung, saat aku mulai beranjak keluar dari kelas.

Tak luput, tatapan bingung juga terlihat jelas di wajah Hyera.

✏✏✏
Papan penanda ruangan yang bertuliskan "Ruang BP" tidak membuatku takut sama sekali.

Dengan langkah mantap, aku membuka pintu ruangan itu.

"Wah? Duduk gih. Si rajin kenapa kesini?" tanya Guru Lee.

Ingat ? Guru yang menangkap basah aku yang membawa vape milik Doyoon dulu kan.


"Ngga kok Om," ujarku.

Dia adalah tetangga ku dulu sekaligus kakak Ibuku. Aku dekat dengan keluarganya. Terutama anak nya yang bernama Taehee. Dia seumuran denganku. Bahkan bulan lahir kami pun sama, maka dari itu nama kami sama-sama Tae. Tapi kini Taehee sudah meninggal. Istri dan anak paman meninggal karena kecelakaan tunggal.

"Sudah lama ngga kesini? Masalah apa lagi? malas masuk kelas ya? Apa gara-gara Ayahmu lagi hm?" tanya Paman Lee.

"Ah.. ngga ko. Aku lagi usil aja ngerjain temen di kelas," jawabku.

"Kamu kalo bo'ong jangan sama Om deh. Kamu lagi marah sama siapa? Sok di tutup-tutupi segala," jelasnya.

"Hehe," ucapku.

"Marah sama?" tanya Paman.

"Engg..."

"Sama?" tanya Paman lagi.


Fuh... Aku membuang nafas.
Memang tak ada gunanya bersembunyi di balik mata Paman Lee.

"Aku marah sama orang tapi privasi ya om. Dan aku juga ngerasa ga di sayang sama Tuhan. Ga da seupil pun kebahagiaan yang nyantol di hidup aku Om. Hehehe. Kapan sih aku bahagia Om," jelasku.

"Hidup itu anugerah lo. Bukan cuma seupil tuh, karunia bisa hidup itu sebongkah berlian. Karena kematian bisa dateng kapan aja Tae... Maafin aja deh semua hal yang kamu anggap salah. Bahagia tuh pasti ada kalo kamu bisa liatnya. Nanti juga kamu ngerti,"


"Puitis banget sih om,"


"Jadi Taehyung, apa yang barusan kamu lakukan di kelas?" tanya paman Lee, dengan nada serius. Sambil menendang kaki ku di bawah meja.


"Ha? Maksudnya ?" tanyaku.


"Kamu ngga sopan banget ya jadi anak," ucap Bu Prima di belakangku.

"Huehe.. ibu?" ujarku.

Lagi-lagi akting lagi.


____________
Hari ini update lebih cepet ya?
Seru ga?
Komentar ya, biar ku bisa memperbaiki.

Etapi Hari ini akan double update.

Tunggu ya. Tun akan kembali jam 11 nanti.

🌟🌠Vote and comment. 💜💙

HwiparamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang