Chapter 8
Kupandang pantulanku di cermin lemari Blake untuk yang ketiga kalinya, dari sudut mataku aku bisa melihat Blake sedang mengamatiku juga dari sudut ruangan. Beatrice meminjamkan beberapa bajunya untukku, dan aku bersyukur Ia mempunyai selera fashion yang sama denganku: jeans, blus, dan kaos. Warna rambutku yang berubah menjadi lebih terang masih terasa asing untukku, kuputuskan untuk mengepangnya dengan asal-asalan. Sebenarnya seluruh perubahan di wajahku masih terasa asing bagiku, aku masih menahan refleksku untuk memekik histeris setiap melihat pantulanku di kaca. Blake mengenakan setelan jas berwarna biru tua dan kemeja putih, tanpa dasi. Aku yang memilih warna jasnya, kutahan keinginanku untuk tersenyum seperti orang idiot. Kulirik lagi Blake yang sekarang sedang duduk dan sibuk dengan blackberrynya, rambut hitamnya yang masih setengah basah disisir kebelakang dengan asal-asalan sedangkan dua kancing teratas kemejanya masih terbuka. Sekali lagi aku harus mengakui bahwa Blake Leighton adalah mahkluk paling tampan di kota ini, dan Ia milikku. Rasa bangga perlahan menghangatkan hatiku. Kualihkan pandanganku ke cermin lagi, sepasang mata bening berwarna hijau zamrud balas menatapku. Kutarik kedua sudut mulutku ke bawah, walaupun sekarang ada perubahan pada wajahku tapi tetap saja aku tidak masuk ke dalam level seorang Blake Leighton. Blake memiliki apa yang setiap perempuan di dunia ini inginkan, image yang mengintimidasi, suara baritonnya, rambut hitamnya –yang ternyata lembut-, sepasang mata hitamnya -yang dapat membuat setiap perempuan dalam radius sepuluh meter meleleh di tempat-, alisnya yang tebal, dan sedikit image bad boy dalam dirinya. Kuhembuskan nafasku sambil meliriknya dari pantulan kaca lagi, kali ini kedua mata hitamnya balik memandangku. Kualihkan mataku lagi dengan secepat kilat.
“Ada yang salah denganku, Miss Phillips?” tanyanya sambil mengantongi blackberrynya. Uh-oh, tertangkap basah.
“Kau tidak membutuhkan dasi, Boss?” tanyaku dengan pipi memerah. Sore ini Ia akan mengantarkanku ke flatku sementara Ia akan meeting dengan klien yang meminta perubahan jadwal meeting mendadak. Jadi selama aku berkemas, Blake akan meeting di restauran satu blok dari flatku. Tiba-tiba aku merasa bersalah sudah membiarkannya mengurus semuanya sendirian. “Kau yakin aku tidak perlu membantumu nanti?”
“Yeah, bukan meeting yang penting. Mungkin hanya memerlukan waktu setengah jam, aku akan menjemputmu dan membantumu berkemas setelah semuanya selesai.“ jawabnya, Blake mengambil sebuah jam titanium berwarna silver dari laci mejanya lalu mengenakannya. “Kau sudah siap?”
-----------------------------------------------------------------------------------------
Perjalanan menuju flatku hanya memerlukan waktu lima belas menit menggunakan mobil Blake. Ia memikirkan mobilnya di depan gedung flatku lalu keluar bersamaku, “Setengah jam lagi aku kembali, lalu berkemas, setelah itu makan malam di restauran pasta. Jangan keluar dari flatmu.” Kedua mata hitamnya menatapku dengan pandangan mengintimidasinya untuk memastikan aku mematuhinya, aku berusaha untuk tidak memutar kedua bola mataku mendengar kata-katanya. Mr. Bossy. “Okay, Boss!” jawabku sambil mengangkat tanganku untuk memberi hormat. Blake tersenyum melihatku, Ha!, Blake-Frowny-Leighton tersenyum.Tangannya bergerak ke arah pipiku lalu tiba-tiba Ia menariknya lagi secepat kilat.
“Isabelle?” tubuhku membeku mendengar sebuah suara yang sangat kukenal memanggilku dari belakangku.
“Dad?” kubalikkan badanku ke arahnya, Dad berdiri di depan pintu mobilnya yang diparkir tepat di belakang mobil Blake. Jantungku berdebar dengan keras melihatnya berjalan ke arahku. “Apa yang kau lakukan disini?”
Dad berhenti di depanku tapi pandangannya belum bertemu denganku sama sekali, kedua matanya fokus pada sosok di belakangku. Uh-oh.