Chapter 18.5
Kubuka pintu kamar hotel dan masuk ke dalam sebelum menutupnya, mataku terpaku pada tembok di seberangku. Retakan sebesar kepalan tangan menghiasi tembok berwarna putih bersama dengan sedikit bercak darah.
“Blake?” panggilku setengah berbisik, aku tahu Ia bisa mendengarku dari dalam kamar mandi. Beberapa detik kemudian Ia keluar dari balik pintu kamar mandi, kedua lengan kemeja putihnya dilipat hingga ke siku. Aku bisa melihat kepalan tangannya yang masih memerah. Ia menutup pintu kamar mandi lalu menyandarkan punggungnya, ekspresi marahnya sudah menghilang dari wajahnya. Berganti dengan ekspresi bersalah.
“Hey.” Sapaku sambil melangkah ke arahnya, Blake sedikit membuka lengannya untukku sebelum aku memeluknya. Ia meletakkan pipinya di puncak kepalaku selama beberapa saat lalu menarik nafas dalam-dalam. “Kau tidak apa-apa?” tanyaku sambil menempelkan kepalaku di dadanya, debaran jantungnya terdengar jelas di telingaku.
“Aku tidak akan membiarkannya menyentuhmu, Isabelle.” Blake mengatakannya seperti sedang berjanji, kedua tangannya melingkari pinggangku lebih erat.
“Blake-“
“Aku tahu apa yang akan dilakukannya padamu.” Kalimat Blake membuatku terdiam. “Ia ingin menciptakan mahkluk yang lebih kuat dari Valerina dan Slayer. Karena itu Ia butuh Valerina yang kuat.”
Aku mengangkat kepalaku menatapnya, “Ia ingin menciptakan…?” lalu aku menyadari arti kata-kata Blake, Jack Hyde ingin membuat keturunan campuran antara Valerina dan Slayer. Denganku. Aku melepaskan pelukanku dari Blake lalu berjalan menjauh darinya, untuk sesaat rasa jijik dan panik di dadaku membuatku tidak bisa bernafas.
“Ia berencana membunuhku, kemarin.” Kataku dengan suara bergetar. Rahang Blake menegang selama beberapa saat, Ia terlihat menahan amarahnya dengan susah payah.
“Ia belum tahu kau adalah mateku.” Jawab Blake sambil menggertakan giginya.
Aku membalikkan badanku menghadap jendela, memunggungi Blake. “Aku lebih memilih mati daripada menjadi-“
“Satu-satunya yang akan mati hanya Jack Hyde, Isabelle.” Potong Blake dengan nada dingin.
“Aku tahu.” Gumamku sambil memandang langit yang mulai berubah jingga di balik jendela lalu melipat kedua tanganku di depan dadaku. “Aku tahu, Blake.”
----------------------------------------------------------------------------------------------
Aku hampir bisa merasakan hangatnya api perapian di kulitku, seorang pria berdiri memunggungiku beberapa meter di depanku, rambutnya yang sangat hitam dan berantakan berkilat karena pantulan cahaya dari api perapian. Ia mengenakan kemeja flannel berwarna biru dan celana jeans hitam, aku bisa merasakan senyumanku yang perlahan terbentuk di wajahku. Pria itu sedang memandang keluar jendela, kegelapan malam dan hujan salju yang putih hampir menutupi segalanya diluar. Aku tidak bisa menggerakkan badanku ataupun bersuara sama sekali, jadi aku hanya bisa menatap punggungnya. Aku mengenal postur tubuh pria di depanku dan rambut hitamnya. Aku ingin memanggil namanya agar Ia berbalik menghadapku, agar aku bisa menatap kedua mata hitamnya yang memandangku dengan lembut, agar aku bisa mendengar suaranya memanggil namaku. Tiba-tiba aku menyadari kedua tanganku yang saat ini berada di atas perutku yang membengkak, perlahan aku bisa merasakan sesuatu bergerak di dalam perutku seperti menendang. Senyumku menghilang saat sosok di depanku berbalik perlahan. Bukan wajah Blake yang sedang menatapku saat ini. Tapi Jack Hyde.
