Last Chapter (I)
Isabelle
(2 tahun kemudian)
Aku mengambil kunci mobil baruku, hadiah kelulusanku satu bulan yang lalu dari orangtuaku. Dad mengajakku ke dealer mobil dan membiarkanku memilih mobil apapun yang kuinginkan. Sebenarnya aku berharap akan mendapat mobil Dad yang sekarang, BMW hitamnya, tapi Dad tidak ingin aku mempunyai mobil bekas untuk kelulusan. Sedangkan jika kau meminta BMW yang baru, well, aku tidak ingin meminta hadiah kelulusan yang sangat mahal.
Jadi aku memilih Toyota Prius, aku jatuh cinta padanya saat pandangan pertama. Dan yang jelas harganya jauh lebih murah dari BMW.
“Kau yakin tidak melupakan apapun?” tanya Mum.
Aku terlonjak mendengar suara Mum yang tiba-tiba, kubalikkan badanku ke arahnya. Mum sedang berdiri di depan pintu kamarku sambil melipat tangannya di dada.
Sejak kapan Ia berdiri di situ?
“Mum, kau mengagetkanku.”
Mum hanya membalasku dengan tersenyum lebar lalu masuk ke kamarku, Ia duduk di sofa sebelah lemariku. “Sofa ini umurnya lebih tua darimu.” Gumam Mum tiba-tiba.
“Oh ya?” tanyaku sambil mengambil tas hitamku lalu berdiri di depan cermin. Mum membelikanku beberapa pasang pakaian formal untukku, dari yang one piece sampai two piece.
Hari ini aku memakai yang two piece berwarna hitam. Blazer dan pencil skirt berwarna hitam. Mum bilang jika aku menggelung rambutku aku terlihat tua, jadi aku hanya mengikat rambut coklatku dengan rapi. Sepasang mata berwarna hijau zamrud balik memandangku dari cermin. Aku hanya memakai sedikit make up, dan itu membuat mataku terlihat sangat menonjol.
“Aku sudah siap.” Gumamku pada cermin di depanku.
“Kau terlihat cantik, sayang.” Sela Mum dengan senyumnya. “Tunggu sampai ayahmu melihatmu.”
“Kalian selalu menganggapku cantik.” Balasku sambil tertawa kecil.
“Oh, aku punya sesuatu untukmu. Tunggu sebentar.” Mum menghilang dari kamarku lalu kembali lagi sambil membawa kotak kecil. Ia menyerahkannya padaku dan menyuruhku membukanya.
Di dalamnya terdapat sebuah kalung emas dengan liontin berlian berwarna merah yang menyerupai tetesan air. Aku membuka mulutku untuk berbicara, tapi aku terlalu terpana pada kalung di tanganku.
“Kau menyukainya?” tanya Mum sambil berdiri di sebelahku.
“Wow… Mum.” Aku mengamatinya di bawah sinar matahari yang masuk lewat jendela. Berliannya bersinar dengan cantik di bawar sinar matahari. “Aku sangat menyukainya. Ini milikmu?”
“Bukan, itu milikmu.”
“Mum, kau dan Dad sudah memberiku banyak hadiah. Dan kalung ini terlihat sangat mahal.”
“Itu milikmu, Isabelle.”
“Trims, Mum… untuk semuanya.” Balasku sambil tersenyum tulus. Mum membantuku memasang kalung baruku. Aku memandang pantulanku di cermin lagi, mengagumi bandul kalung yang berwarna merah gelap.