Bonus Chapter.
“There she goes
There she goes again
Racing through my brain
And I just can’t contain
This feeling that remains”
-Sixpence None The Richer
(2 bulan yang lalu)
Blake Leighton.
Ada dua hal yang paling penting dalam hidupku. Yang pertama membalas dendam kedua orangtuaku, dan yang kedua adalah pekerjaanku. Berbaur dengan manusia terkadang lebih sesuai untukku, daripada berbaur dengan kaumku, atau kaum yang lainnya. Pekerjaanku paling tidak bisa membuat kepalaku tetap sibuk dan membantuku melupakan beberapa hal yang memang ingin kulupakan. Pekerjaanku adalah zona nyaman untukku, tempat persembunyianku.
Blackberryku bergetar di saku jasku, aku mendengus melihat caller id di layarnya.
“Kau tahu bagaimana responku.” Gerutuku tanpa menyapanya.
“Aku tahu, aku tahu.” Dave tergelak sejenak, Ia selalu menganggap segala sesuatu lucu baginya. David Vaughan, sebagai pemilik tunggal perusahaan ini Ia bisa melakukan apa saja. Termasuk ikut campur dengan tugasku dan mengacak-acaknya. Beberapa hari yang lalu Ia mengadakan perjanjian baru dengan Forrester Inc. tanpa sepengetahuanku, walaupun perusahaan itu sudah bekerja sama dengan Vaughan Insurance sejak lama tapi tetap saja, Forrester Inc. adalah perusahaan terakhir dalam list ku.
“Jack sendiri yang memintaku, Ia jarang melakukannya sendiri, Blake. Ia tidak pernah meminta padaku secara langsung. Lagipula kau bisa membereskan sisanya, kan?”
Tanganku menekan tombol lift dengan marah, “Kau tahu Jack Hyde seperti apa, Dave.” Aku mencengkeram blackberryku dengan erat, “Ia melakukan semua ini dengan sengaja.”
“Kau sangat membencinya, eh?” Dave tertawa lagi, “Aku yakin kau bisa mengurusnya, Blake.”
Tipikal Dave. Melemparkan segala sesuatu yang berada diluar kendalinya padaku.
“…mungkin ini bukan perjanjian yang menguntungkan.” Suara Dave terdengar sedikit ragu. Aku memejamkan kedua mataku dengan frustasi.
“Aku sudah memperingatkanmu, Dave!” seruku sambil menyisir rambutku dengan tanganku, beberapa pasang mata di sekitarku memandangku. Lalu kusadari pintu lift di depanku sudah terbuka lebar. “Tolong tahan liftnya.” Gumamku sambil mendongak, sepasang mata berwarna hijau emerald memandangku. Untuk sesaat aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Ia menatapku dengan mata membesar dari balik kacamatanya, mulutnya sedikit terbuka, dan ekspresi terkejutnya yang polos menyambutku. Polos, Ia terlihat sangat muda, mungkin delapan belas tahun?
Suara Dave di blackberryku membuyarkan pikiranku. “Aku akan bicara lagi denganmu. Nanti.” Kuputuskan sambungan teleponnya lalu melangkah masuk ke dalam lift. Ia bergeser ke sudut lift lalu perlahan pintu lift tertutup, kutekan tombol lantai 15 lalu berdiri di sebelahnya. Mataku kembali ke layar blackberryku sekilas sebelum memasukannya ke dalam saku jasku.
Aku kembali memandangnya dari pantulan kaca lift, Ia sedang menundukkan kepalanya sibuk menatap sesuatu di tasnya. Rambut coklatnya yang digelung masih menyisakan sedikit rambut-rambut halus yang menjuntai di tengkuknya dengan anggun. Aku belum pernah melihatnnya sebelumnya, ekspresi gugupnya sangat tergambar jelas di wajahnya. Mungkin Ia sedang mengikuti wawancara disini?