(23)

16.2K 1K 18
                                    

Chapter 23

            Isabelle

            Aku terbangun di tempat asing. Kedua mataku menjelajahi seluruh interior ruangan asing ini, tembok yang berwarna putih, dua buah pintu putih, jendela dan tirai putih,  lemari kecil yang juga berwarna putih, sofa putih, bahkan ranjang yang kutempati juga berwarna putih. Satu-satunya yang tidak berwarna putih hanya sebuah vas berisi bunga matahari di atas lemari. Sebuah selang IV menempel di pergelangan tanganku. Aku berada di rumah sakit.

            Kukerutkan keningku berusaha mengingat apa yang kulakukan terakhir kali kemarin.

            Salah satu pintu putih itu terbuka, seorang suster berpakaian serab biru masuk ke dalam lalu berhenti setelah melihatku. “Kau sudah bangun.”

            Aku hanya mengangguk kecil padanya.

            “Aku akan memanggil dokter lalu orangtuamu, kau butuh sesuatu?” tanyanya sambil berjalan mendekati ranjangku dan memeriksa selang IV ku.

            “Air?” pintaku dengan suara yang sangat serak, rasanya suaraku seperti tidak pernah digunakan selama bertahun-tahun. Suster itu mengambilkan segelas air dari dispenser di ujung ruangan.

            Aku menatap gelas berisi air yang diberikannya padaku, hanya terisi seperempat gelas.

            “Kau belum boleh minum terlalu banyak.” Katanya sambil tersenyum padaku lalu meninggalkan ruangan. Kuminum seluruh air di gelas dalam dua tegukan lalu memejamkan mataku berusaha kembali mengingat apa yang kulakukan kemarin.

            Vaughan Insurance. Aku pergi ke Hampshire untuk wawancara magang di Vaughan Insurance… Lalu apa yang terjadi?

            Tidak berapa lama kemudian pintu terbuka lagi, seorang dokter berjalan masuk bersama suster yang tadi. Janggutnya yang berwarna putih mengingatkanku pada Santa Claus, Ia menatapku dengan senyum yang sama yang diberikan perawat di sebelahnya. Ia menatap map di tangannya sejenak.

            “Miss… Phillips? Kau sudah merasa baikan?” tanyanya sambil menarik salah satu kelopak mataku dengan hati-hati lalu menyorotnya dengan senter kecil.

            “Apa yang terjadi?” gumamku dengan suara serak.

            “Kau mengalami kecelakaan. Kurasa orangtuamu ingin menjelaskannya sendiri setelah ini. Kau merasa sakit di bagian tubuhmu?” tanyanya sambil memeriksa nadiku lalu menulis sesuatu di mapnya. Suster di sebelahnya melepas kateterku.

            “Aku merasa… baik-baik saja. Hanya haus.” Aku benar-benar merasa baik-baik saja. Tidak ada rasa sakit di bagian tubuh manapun, satu-satunya yang terasa sakit hanya tenggorokanku yang kering. Kuangkat kedua lenganku dan mengamatinya, lenganku masih seperti biasanya, tidak ada satupun luka di tanganku.

            “Aku akan memanggil orangtuamu dan kau bisa minum lima belas menit lagi. Beritahu aku jika kau merasa kesakitan.” Kata dokter itu sebelum keluar dari ruanganku dengan susternya.

            Aku tidak menemukan jam ataupun kalender di ruangan ini, tidak ada Tv, tidak ada telepon.

            Dad membuka pintu lebar-lebar lalu Mum masuk setengah berlari ke arahku.

            “Isabelle.” Kedua mata Mum yang besar menatapku dengan berkaca-kaca, bibirnya sedikit bergetar saat memanggil namaku.

Isabelle (Valerina #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang