Last Chapter (II)

26.9K 1.5K 139
                                    

Last Chapter (II)

“This is my call, I belong to you

This is my call I can do nothing  else,

I can do nothing else…”

-Sixpence None The Richer

           

Blake

 

            2 tahun 1 bulan.

            Atau 742 hari.

            Atau 17.808 jam.

            Atau 1.068.480 detik.

            Tanpa Isabelle.

            Kubuka kedua mataku, menatap langit-langit kamarku yang tinggi di tengah kegelapan. Jam digital di meja sebelah tempat tidur masih menunjukkan pukul 5 pagi. Satu hari lagi tanpa Isabelle.

            Beatrice pasti akan memarahiku jika Ia tahu aku masih menghitung waktu. Menghitung waktu tanpa Isabelle. Ia berpikir apa yang kulakukan tidak sehat, tapi aku tidak peduli.

            Kuputuskan untuk turun dari tempat tidur yang sekarang menjadi lebih dingin. Aku tidak memerlukan tidur terlalu lama seperti dulu lagi, hanya tiga atau empat jam. Rasanya menyedihkan jika aku harus terbangun setiap pagi lalu menggapai tempat kosong di sebelahku, tempat Isabelle. Jadi aku berusaha tidur saat tubuhku benar-benar sudah lelah dan terbangun seperti pagi ini, menghitung waktu.

            Kususupi rambutku dengan jari-jari tanganku sambil berjalan menuju lemari. Lalu mengganti piyamaku dengan training dan kaos abu-abu, seragam rutinku untuk berlari. Langit di luar masih sedikit gelap saat aku menenteng sepatu lariku lalu memakainya di depan pintu rumahku.

            Rumah.

            Aku masih memiliki apartemenku di Hampshire, yang kugunakan saat aku sedang berada di sana. Aku baru membeli rumah ini setahun yang lalu. Rasanya sayang jika aku harus membuang-buang uangku untuk hotel setiap aku berada di Jersey. Jadi aku memutuskan untuk membeli rumah dua lantai yang terlalu besar untuk aku sendirian. Tapi aku menyukai rumah ini, aku menyukai pohon cherry di halamannya. Aku menyukai interior dalamnya yang berlantai kayu oak  dan beberapa perapian di dalamnya. Walaupun lantai kayu nya harus di pernis ulang, dan harganya cukup mahal.

            Paling tidak tempat ini sedikit terasa seperti tempat untukku pulang, seperti rumah. Walaupun masih ada beberapa hal yang belum lengkap. Aku berencana untuk mengecat ulang tembok luarnya di akhir musim panas nanti.

            Kupasang earbud Ipod ku lalu mulai berlari, seperti biasa, tanpa arah. Jalanan masih lumayan sepi pagi ini, hanya ada beberapa orang dan mobil. Pikiranku kembali ke dua tahun yang lalu, setelah peristiwa malam itu. Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas apa yang terjadi setelah Isabelle mulai berubah.

            Aku tidak ingin mengingatnya.

            Hal terakhir yang kuingat malam itu aku berlari ke arahnya, aku ingat saat Jack membuatnya memilih antara aku atau Morgan. Aku ingat ekspresi wajahnya saat itu dengan jelas. Aku ingat tetesan darah pertama yang keluar dari matanya, bagaimana kedua matanya perlahan mulai kehilangan fokus hingga benar-benar berubah menjadi kosong. Aku ingat kedua kakiku yang bergerak dengan sendirinya, berlari ke arahnya untuk memeluknya, untuk melindunginya dari apapun yang akan terjadi.          

Isabelle (Valerina #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang