(22)

12.2K 1K 30
                                    

Halo! Harusnya ini gabung sama chapter kmrn tapi ternyata ketinggalan hehehe, sorry yaaa ;)

Selamat baca!

ceciliaccm.

Chapter 22

            Claire

            Getaran kekuatan dari Isabelle menghempaskan tubuhku ke aspal, Morgan terlempar cukup jauh hingga tubuhnya menabrak sebuah pohon besar di pinggir jalan. Suara gemuruh angin terdengar mendekat, kukerjapkan kedua mataku lalu melihat Seth jatuh tidak jauh dariku, Ia mengerang sedikit lalu berusaha berdiri.

            Aku tidak pernah merasakan kekuatan yang seperti ini sebelumnya, ini tidak normal. Aku hanya merasakan sedikit kekuatan Isabelle sebelumnya, bergelung  di balik tubuh manusianya. Hanya sedikit.

            Dan sekarang ledakan kekuatannya membuatku dan slayer sekuat Jack jatuh. Tubuh manusia Isabelle seharusnya belum siap menerima kekuatan sebesar itu, dan jika Ia tidak bisa menahannya maka tubuhnya bisa hancur. Suara erangan Morgan membuatku setengah berlari ke arahnya, aku menoleh ke belakang sekilas. Isabelle sedang berdiri di tengah jalanan yang gelap, aku tidak bisa melihat wajahnya di bawah sinar bulan yang kemerahan.

            “Morgan?” panggilku sambil berlutut di sebelahnya. Morgan hanya membuka salah satu matanya, sebuah lebam menutupi mata yang satunya. Ada sedikit darah di kedua sudut mulutnya. Efek kekuatan Isabelle hampir cukup untuk membunuh manusia. Hampir cukup untuk membunuh Morgan.

            “Apa yang terjadi?” wajahnya sedikit meringis kesakitan saat berbicara. Aku membantunya untuk duduk bersandar pada pohon.

            “Isabelle… aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Ia melepaskan kekuatan yang sangat besar.”

            “Bagaimana bisa? Ia baru saja berubah menjadi Valerina.”

            Aku tidak menjawab pertanyaan Morgan, perhatianku fokus pada hal lain. Aliran kekuatan Isabelle masih memancar dengan kuat, dan Ia semakin mendekat. Morgan menggenggam tanganku saat aku bangkit berdiri, menahanku.

            Isabelle berjalan dengan sangat pelan ke arah kami, tapi setiap langkahnya menghempaskan debu dan bebatuan kecil di sekitarnya. Angin malam yang semakin dingin berhembus semakin kencang menerbangkan rambutnya. Dan saat itulah aku bisa melihat wajahnya. Darah yang sukup banyak menempel di wajah dan kaosnya. Kedua matanya yang berwarna hijau berkilat memandang lurus dengan tatapan kosong, tidak ada ekspresi sedikit pun di wajahnya. Ia tidak terlihat seperti Isabelle lagi, Ia bukan Isabelle lagi. Kekuatan Valerinanya mengambil alih tubuhnya, dan Ia sedang marah.

            “Isabelle!” aku berteriak sekeras mungkin, berusaha mengembalikan kesadarannya. Tapi Ia tidak menunjukkan tanda-tanda mendengarnya sedikitpun. Pandangannya masih kosong. Lalu aku menyadari Ia tidak sedang menghampiri kami, Ia sedang mengarah ke arah Seth.

            Jack berdiri di tempatnya, kedua matanya yang merah terpaku pada Isabelle. Ia tidak bergerak sedikitpun, Isabelle tidak membiarkannya bergerak. Ia sudah mengendalikan tubuh Seth, Isabelle melakukan hal yang biasanya sulit dilakukan oleh Valerina, bahkan yang sudah berpengalaman. Bahkan aku sendiri masih sedikit kesulitan mengendalikan mahkluk lain, apalagi slayer seperti Seth.

            “Isabelle! Sayang, kumohon hentikan.” Aku berusaha maju selangkah, tapi genggaman tangan Morgan membuatku berhenti. Isabelle berhenti dua langkah dari Seth, perlahan Ia mengangkat tangan kirinya ke atas lalu tubuh Seth terangkat ke atas hingga kedua kakinya menggangtung bebas di udara. Wajahnya yang pucat masih menatap Isabelle dengan raut tegang.

            “Jangan, Isabelle! Kau akan membunuh dirimu sendiri.”

            Seth tersenyum dengan kaku, “Dengarkan Ibumu, Isabelle. Kalau kau melakukannya, sama saja kau akan membunuh dirimu sendiri.” Seth mengucapkannya dengan perlahan disela-sela nafasnya yang terputus-putus.

            Kualihkan perhatianku mencari Blake, tapi Ia tidak terlihat dimanapun. Aku tidak melihatnya sejak tadi. Keadaan jalanan cukup gelap dan angin yang berhembus keras membuat jarak pandanganku terbatas.

            “Blake!” aku berusaha memanggil namanya di dalam kegelapan. Saat ini satu-satunya yang bisa membuat Isabelle sadar hanya matenya. Diluar dugaanku, Isabelle menolehkan kepalanya sedikit ke balik bahunya. Tapi hanya sebentar sebelum Ia kembali menatap Seth dengan pandangan kosongnya.

            “Aku tidak membunuhnya, Isabelle.” Seth mengernyitkan dahinya, ekspresinya terlihat sedang kesakitan. Lalu Ia mengerang dengan sangat keras, kedua kakinya menendang udara sebelum akhirnya melemah. Darah gelap mengalir deras dari mulutnya.

            Isabelle mengangkat tangan kanannya sedikit ke atas, jari-jarinya melengkung seperti sedang memegang sesuatu. Seth menggelepar di udara selama beberapa detik, bau darahnya menguar di udara sekitar kami. Dari samping aku bisa melihat dua butir air mata yang jatuh dari sudut mata Isabelle, bukan darah lagi.

            “Isabelle! Jangan-“

            Terlambat. Isabelle tidak mendengarku sama sekali, jari-jari tangan kanannya menutup membentuk kepalan. Tubuh Seth yang menggelepar perlahan berhenti, darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Kedua matanya terbuka sangat lebar membuat wajahnya semakin mengerikan, ekspresi kesakitan di wajahnya terlihat jelas. Lalu tubuhnya yang sudah tidak bernyawa jatuh ke tanah.

            Bersamaan dengan Isabelle.

            Morgan melepaskan genggaman tangannya dariku saat teriakanku memecah keheningan malam.

Isabelle (Valerina #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang