Rahasia

1.5K 21 0
                                    

Manusia cenderung membatasi potensi-potensi yang melekat pada dirinya. Sebut saja jika itu untuk urusan sabar. Sabar harusnya tak terbatas, hanya saja manusia suka membatasi. Padahal semua orang tahu jika manusia kuat bukanlah manusia yang mudah menang jika dibanding orang lain, melainkan siapa saja yang mampu mengendalikan amarah. Ada titik kendali, dan Rasulullah berhasil menjadi ikonik ramah dibanding marah.

Bayi yang baru lahir, mulanya hanya menyertakan nyaman dan tidak nyaman. Kalau ia suka, ada guratan senyum tipis yang menghias bibir mungilnya. Dan apabila ia merasa terganggu, kapan saja tangis itu mudah pecah. Tangis yang juga sama sekali tidak mengurangi kelucuan-kelucuan kejujurannya. Tapi, dalam pertumbuhannya, kemudian ia banyak tahu. Melabeli dirinya dengan pengetahuan baru, dan kebanyakan pengetahuan itu malah membatasi kelapangan hatinya. Ia jadi hanya menyukai ras-ras tertentu, meyakini hanya 'agama' nya saja yang benar di mata Tuhan sekaligus mengklaim bahwa yang di luar dirinya itu tidak lebih unggul. Merasa paling pintar, paling kaya dan paling- paling yang lain hingga membatasi potensi untuk meneladani Rasulullah yang sangat akomodatif.

Dan ketika manusia beranjak tua dan menikmati usia senja. Lambat laun daya akomodatifnya meluas. Ia sangat terbuka untuk hal-hal baru. Kemampuan menyimpulkannya mulai menyertakan banyak sudut pandang. Kemudian orang lain mensyukuri kehadirannya dan memperkenalkan bahwa ia amat bijaksana. Padahal bijaksana harusnya tidak perlu menunggu dewasa. Sekali lagi, Rasulullah memberikan banyak teladan mengenai kebijaksanaan bahkan di masa kanak-kanaknya.

Setiap hal membutuhkan ruang kosong. Seperti 24 jam yang sibuk dengan berbagai tanggung jawab melelahkan, kemudian disela waktu sibuk itu tubuh diberi jatah untuk istirahat. Atau seperti rongga kosong dalam ban, dan jika tidak ada ruang kosong, maka ia amat tak akomodatif untuk diajak kompromi melakukan perjalanan selanjutnya.

Dan hatimu, harus banyak memiliki ruang kosong. Agar mampu menikmati batas diri sendiri dan batas orang lain, batas yang bukan batas mati (fixed limit). Karena sekali lagi, manusia diberikan kemampuan luar biasa melebihi batas-batas yang hari ini diterima oleh kebenaran umum. Ada banyak cara memunculkan ruang kosong, kau bisa menyaring dan menyisihkan sesuatu yang menurut nurani tidak begitu layak untuk disimpan. Atau dengan melapangkan hatimu seluas-luasnya hingga keluasan itu mampu menampung apa saja. Seperti menyukai hitam, tapi tidak pernah membenci putih. Karena putih maupun hitam, bahkan seringkali bercanda dan tertawa bersama. Hanya saja aku dan kalian tak begitu tahu sesuatu yang memang dirahasiakan.

Pesan Kopi Kepada HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang