Kereta mulai melaju perlahan, kemudian beranjak makin kencang. Selepas suara, "Hati-hati, pintu akan ditutup!" bayangan di luar jendela seperti berlari menjauh, bertebaran tak karuan. Tapi, Dana hanya diam. Ia masih terpaku. Tak lagi peduli pada aktivitas manusia di dekatnya, dinginnya AC juga tak begitu dirasa.
Pikirannya menerawang jauh. Ia ingin jadi berarti, tapi belum cukup keras melahirkan karya-karya yang penuh makna.Ia menyandar di salah satu pintu kereta. Memendam diam, merebahkan kepalanya. Membiarkan waktu berjalan sekenanya. Beberapa menit ini, ia hanya ingin diam saja. Sembari menikmati kebodohan-kebodohan masa lalu. Dan terus menanam harap, bahwa ia akan lebih baik dari masa lalu manapun. Ia cukup tahu, bahwa manusia punya batas masa di dunia. Pergi tanpa ada yang mencari, berlalu tanpa ada yang merindu, hilang tanpa ada yang mengenang, sama halnya sia-sia. Lantas, selama ini hidupnya untuk apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Kopi Kepada Hati
PoesíaKebijaksanaan Hidup dari Secangkir Kopi Ada banyak pesan yang ingin disampaikan kopi kepada hati.. Tak hanya sekadar air kepada dahaga. Banyak pesan, seperti pahit manisnya kopi yang menyatu, kemudian manunggal. Menciptakan varian rasa, sesuatu yan...