Aku heran, benar-benar heran. Ketika menyaksikan betapa riuhnya Pilkada Jakarta mendapatkan sorotan. Sangat beda dengan Pilkada Jatim atau provinsi manapun. Aku tak begitu pintar soal politik, tapi sepertinya logika orang-orang sedikit masuk, bahwa ketika meraih DKI 1 maka jalan menuju RI 1 juga semakin terbuka.
Aku menyaksikan dengan kedua mataku sendiri, bagaimana kawan-kawanku menebar kebencian. Rupanya, ini sudah tidak murni masalah politik. Ada banyak dimensi, hingga menyebar ke isu-isu yang dari dulu sudah disepakati sebagai isu sensitif, SARA. Ah kawan, aku ingin memberikan gambaran berbeda.
Membenci itu mudah. Ada yang lebih sulit, yaitu mengenal lalu mencintai. Mencari keburukan orang lain amat sangat gampang, tak perlu sekolah tinggi-tinggi dan menunjukkan beragam premis sakti. Cukup kau tanam dan kau buka hatimu untuk menerima segala kabar buruk lalu kabar itu kau sebar kembali, maka kau sudah berhasil. Tanpa perlu repot-repot menyaring.
Membenci itu gampang, cobalah yang lebih sulit yaitu mencintai. Kau tahu permasalahan dari para pecinta? Mereka kesulitan menemukan cela dari apa yang mereka cintai. Meski ia tahu tentang kelemahannya, tapi ia mafhum bahwa setiap manusia memiliki kadar lemah masing-masing. Cinta mengakomodasi kelemahan tersebut dengan cara melapangkan hati. Dan hati yang lapang selalu berhasil menampung banyak hal.
Aku tahu, dan Tuhan lebih tahu. Ketiga pasangan calon ini teramat hebat dengan kebaikan masing-masing. Sangat mungkin ada yang lebih hebat dari ketiganya. Tapi untuk saat ini, kesempatan Tuhan dilimpahkan pada ketiga pasangan ini. Dan menemukan titik teladan dari mereka, tentu bukan perkara sulit. Kita bisa mengambil banyak suri tauladan itu, untuk menambah poin agar kita naik ke level selanjutnya.
Dan satu hal yang ku tahu dari hidup, hidup adalah tentang mencari apa yang benar bukan siapa yang benar. Hidup juga proses penemuan mana yang baik. Maka kau akan belajar banyak dari proses-proses itu. Mencari kebaikan? Ya mari mencari kebaikan dari masing-masing calon. Jika memang suatu saat kebaikan itu rupanya masih kurang, aku akan terus merindu. Seperti kata Pidi Baiq, "Jangan rindu, rindu itu berat kau tidak akan kuat. Biar aku saja."
Menjadi pemimpin itu susah, sungguh. Karena di dalam setiap terpilihnya pemimpin selalu ada tanggung jawab dan keberpihakan Tuhan. Menjadi pemimpin akan selalu susah, jika itu di kawasan Nusantara, mereka tahu dan terjebak di sistem birokrasi. Yang katanya sistem, tapi malah sama sekali tidak sistematis.
Menebar kebencian itu mudah, cobalah yang lebih sulit, menanam kebaikan. 🙏🏻😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Kopi Kepada Hati
PoezjaKebijaksanaan Hidup dari Secangkir Kopi Ada banyak pesan yang ingin disampaikan kopi kepada hati.. Tak hanya sekadar air kepada dahaga. Banyak pesan, seperti pahit manisnya kopi yang menyatu, kemudian manunggal. Menciptakan varian rasa, sesuatu yan...