Dongeng

1.1K 16 0
                                    

Waktu melesat cepat. Berlalu tanpa pernah menunggu. Sengaja, aku menulis setiap kisah ini di masa senggang di keseluruhan waktu dunia yang membuatku terlihat sibuk. Mungkin nampak sebatas dongeng biasa bagimu, tapi, setiap kenangan akan bernilai mahal kelak saat kita mampu mensyukuri.

Tuhan banyak memberikan kasih sayangNya. Dan ketika aku menulis titik-titik kisah itu, rasanya ada semacam bahan  yang dapat kugunakan untuk membaca pola Tuhan. Seperti Tuhan bermain teka-teki. Dan kapanpun tak cermat, aku bisa saja kehilangan banyak petunjuk.

Dari dongeng biasa itu, terkadang aku juga bisa teramat terinspirasi oleh kenanganku sendiri. Bahkan, sesungguhnya kau tak perlu menunggu bantuan orang lain untuk menghayati siapa sejatinya dirimu, semua jawaban sudah tersebar di alam. Sungguh, ada banyak tanya yang sangat bisa kau jawab sendiri.

Manusia teramat dinamis, bisa jadi masa lalu kita malah lebih baik. Tapi, sekali lagi, kita selalu diberi kesempatan untuk menjadikan masa-masa ke depan sebagai kenangan yang lebih mengesankan. Menakjubkan! Kesempatan itu hadir setiap hari. Di setiap kau membuka mata, dan keadaanmu jauh lebih baik dari manusia yang esok adalah perayaan tujuh hari kematiannya.

Aku muda, masih sangat muda. Seperempat abad di bumi bukanlah waktu yang lama jika dibandingkan seluruh masa dunia yang telah melahirkan banyak generasi. Tapi, waktu selalu berhasil menjadikan yang muda beranjak dewasa tua dan rapuh. Sementara ia tak bosan menggiringku menuju masa lemah itu, aku yang muda ini selalu ingin membingkai setiap titik penting untuk ku dongengkan dengan kalian. Dalam bait-bait kata yang tidak mampu dibaca oleh bahasa bangsa lain.

Mungkin kau tidak suka dongeng. Tapi aku suka, dan sepertinya Tuhanpun menyukainya. Dan yang ku tahu, setiap dongeng selalu menginspirasi manusia yang mengenal lakon cerita. Dan ketika dirimu banyak di cari tahu, saat itulah dongeng-dongeng itu bisa menjadi amal yang bahkan tidak harus selalu kau lakukan berulang-berulang. Seperti jariyah. Dan Tuhan pandai menghitung.

Sebagaimana pepatah bijaksana, "Jika kau bukan anak raja dan orang kaya, maka menulislah." Bagiku, seandainyapun rupanya aku adalah anak raja di kehidupan terdahulu, dan kelak aku akan kaya maka aku ingin tetap menulis. Bukan karena dorongan apapun, sebatas kehendak hati, karena aku ingin. Dalam keinginan itu, sepertinya aku lupa untuk memaksamu menyukai dongenganku.

Pesan Kopi Kepada HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang