Curigalah

615 12 0
                                    

Aku duduk.
Pada sandaran penantian yang tidak dapat aku pastikan dengan satuan detik. Kadang menggunakan menitpun masih terlalu luas potensi kesalahannya. Ini hidup, aku tahu. Tak ada yang pasti. Satu-satunya yang selalu Tuhan ingatkan mengenai kepastian hidup adalah tentang mati.

Aku berdoa. Dengan menggunakan bahasa yang tidak aku mengerti satu-per satu makna katanya. Tapi, semua itu menjadi membahagiakan tatkala ketidaktahuanku tertutupi oleh keyakinan bahwa Tuhan memiliki media komunikasi sendiri dengan semua makhlukNya. Seperti saat aku menggunakan hati ini untuk berprasangka baik atas keputusanNya. Pasti Dia tahu. Aku sudah curiga semenjak lama. Dan semenjak aku curiga, aku akan berusaha menemukan titik temu dengan semangat. Semangat yang sebesar rasa curiga itu.

Dulu, tidak terlalu lama. Aku seringkali mengutuk Tuhan. Mengancam dengan kata-kata yang mungkin tak pernah berani kau ucapkan bahkan untuk sekali saja. "Jika memang Kau ada, cabut nyawaku sekarang juga!". Suatu ketika juga, "Ah, sok Adil!" Kalimat yang penuh amarah, untuk yang tidak pernah marah, jangan sekali-kali sok tahu mengenai betapa lega rasa memuntahkan amarah itu. Setelah ditabung sekian lama tentunya. Tapi penyesalan selalu menyertai setiap kemarahan apapun. Dan itu wajar. Berbahagialah, karena kewajaran itu, kau tergolong dalam keluarga manusia.

Dan disandaran penantian ini. Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Jika kau belum pernah merasa membenci Tuhan. Jangan mengaku kau mencintaiNya. Karena dalam mencintai juga harus dilengkapi dengan benci. Tanpa benci, cintamu tidak lengkap. Semoga aku salah. Curigalah!

Universitas Indonesia
Detik ini 12:53 WIB
12 Maret 2017

Pesan Kopi Kepada HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang