Jogja, kota pertama yang menjadikan aku mampu kembali ke masa lalu. Seperti mengalami de javu. Aku berhasil ikut hanyut di kehidupan masyarakat, ratusan tahun sebelum disebut 2017. Di pelukan Jogja, aku seolah diajak menikmati warisan yang tersembunyi rapi. Sesuatu yang tidak akan mudah dilihat oleh mata manusia biasa.
Kota kedua itu adalah Bali, kota yang begitu dekat dengan kesejatian. Karya-karya simbolis itu, pemaknaan tentang Tuhan dan segala pernak pernik atas proses penghambaan manusia pada penguasa alam. Jujur, terkadang aku rindu untuk menetap di sana, seperti merindukan kampung halaman lengkap dengan semua kisah nostalgia. Jika Jogja selalu istimewa, maka Bali akan selalu menetap di hati.
Dan maaf, aku tidak sedang jatuh cinta dengan luar negeri manapun. Karena Negeriku sendiri paling mendekati surga, atau bahkan sudah surga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Kopi Kepada Hati
PuisiKebijaksanaan Hidup dari Secangkir Kopi Ada banyak pesan yang ingin disampaikan kopi kepada hati.. Tak hanya sekadar air kepada dahaga. Banyak pesan, seperti pahit manisnya kopi yang menyatu, kemudian manunggal. Menciptakan varian rasa, sesuatu yan...