Preferensi Hati

453 7 0
                                    

Aku terdiam, membaringkan tulang punggung yang tidak memberikan banyak pilihan ketika lelah. Ingin sejenak beristirahat, sejenak saja. Tapi sebelum semua itu kulakukan, aku menyempatkan diri membuka GOM player, men-drag beberapa lagu jadul yang kupikir lebih memiliki kedalaman makna di banding pop modern. Lalu aku tak lupa men-drop, dan alunan nada-nada mellow itupun mengisi kekosongan hati, dan menjadi kata pengantar istimewa dalam merebahkan pikiran yang sedari tadi mulai penuh menebak arah tulisan Hani dan Prisma.

Rupanya terselip lagu India, aku masih ingat betul judulnya adalah Phir Milenge Chalte-Chalte, yang memiliki arti "di ujung jalan kita akan bertemu." Ada banyak rangkaian kata India yang tak ku kenal, tapi alunan nada yang penuh semangat itu tidak hanya merasuk dan hilang ditelan keserakahan gendang telinga, namun juga ada yang merembas ke hati, seperti memicu semangat yang lain.

Maksudku selepas bosan meraba apa yang ingin mereka sampaikan. Ya, seperti mengulang sesuatu yang sama berulang kali. Satu paragraf selesai, dan ketika aku scroll, masih ada paragraf lain yang menanti. Dan rupanya masih banyak.

Kau tahu kawan? Menjadi editor juga ada enak dan tidaknya. Terlebih lagi editor amatiran seperti aku ini. Enaknya adalah aku jadi tahu lebih dulu dibanding semua yang belum membaca. Dan terkadang juga aku terpacu untuk menulis, karena ikut hanyut terinspirasi. Kurang enaknya adalah, terkadang bingung meramal arah yang penulis ingin sampaikan. Kau tahu bukan, meramal bukan pekerjaan sembarangan yang tidak membutuhkan energi besar. Terlebih lagi yang diramal adalah anak-anak jurusan Psikologi seperti Prisma dan Hani. Anak psikologi selalu penuh misteri bukan? Dan aku belum sesakti itu untuk bisa memperkirakan arah ramalan 😅

Mereka muda, mereka punya potensi. Lebih besar dari potensi yang aku miliki saat seusianya. Jika aku ingat masa mudaku, dan ketika aku membaca tulisan asal yang dulu sempat kubuat. Rasanya malah lebih aneh dibanding tulisan anak muda yang kini tengah terbuka di tab laptop dellku (sebenarnya milik kakakku yang dititipkan dalam waktu lama yang tidak disebutkan).

Aku ingin berbagi beberapa hal tentang tulisan. Ini seperti sebatas sudut pandang dariku. Maksudku, pandanganku tentang sebuah tulisan, dan orang lain bebas memilih sudut pandang yang berbeda. Dan jika memang beda, aku menghargai pandangan yang lain juga.

Bagiku tulisan adalah hadiah. Sama seperti presentasi, selayaknya hadiah tentu ada keinginan untuk menjadikannya sebagai pemicu senyum, kebahagiaan dan kelengkapan perasaan menyenangkan lainnya (termasuk prihatin). Hadiah harus dibingkai dengan indah. Dan tentu, harus dibungkus dengan rapi. Maksudku dalam menulis, jangan asal selesai menulis karena deadline, atau terlalu mengharapkan semuanya akan diperbaiki oleh editor. Karena lebih dari itu, menulis butuh kenikmatan agar apa yang ada di hati mengalir penuh irama dan kemudian terangkum pada pilihan kata-kata.

Seperti hal-hal ringan yang selalu aku ingin sampaikan. Diksi bisa dicari melalui tesaurus agar kata yang dipilih tidak monoton. Preposisi (di) yang menyatakan tempat harus dipisah. Sesudah titik harus huruf kapital. Dan jangan terlalu banyak menggunakan kata "kita". Karena menurut pelajaran bahasa Indonesia, ada banyak cara membuat kalimat semakin efektif. Apa sih sebetulnya fungsi kalimat efektif? Sederhananya agar mudah dimengerti kawan, sebab kedalaman level pemahaman seseorang berada di tingkat berbeda. Maka sebagai pemberi hadiah yang baik, kita harus bisa mengakomodasi semua yang ingin diberi hadiah. Yah, because this is present.

Maaf, hanya ingin berbagi dengan cara yang berbeda. Kalian bebas memiliki preferensi sendiri mengenai tulisan, dan itu tidak perlu diperdebatkan. Semoga bermanfaat. Aku masih ingin menikmati lagu India, sambil membaca banyak buku yang berserakan di kamar kost ini. Dan kebanyakan adalah novel, aku masih ingin belajar menyampaikan storytelling dalam tulisan. Meniru cara membuat kalimat langsung dan tak langsung dan belajar banyak hal lain. Aku selalu menemukan sesuatu jika sedang membaca. Dan cara paling sederhana adalah ATM, dan cara penyampaianku kali ini sedikit mirip dengan om Pidi Baiq. Maksudku, gaya-gaya anak muda menulis surat jaman 90-an.

100117

Pesan Kopi Kepada HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang