"Dia lagi Dia lagi. Lama kelamaan gue bikin lagu dah"Gumam Rizal lalu kembali duduk ke bangkunya. Sementara Adeva tersenyum puas dan mengejek Rizal.
"pangeran lo dateng disaat gue pengen ngebully lo. Tunggu aja pembalasan gue Adeeva Shikil Asin"Ejek Rizal lalu dibalas dengan pelototan Adeva dengan seorang pangeran yang menolongnya.
"Dasar lo Rizaler---" Belum sempat membalas perkataan yang mendekati ejekan itu.
"Udah, Adeeva. Lo ngomong jorok nanti gue hukum"
"Ah, Daf. Lo kebiasaan setiap gue mau ngebales ejekan Rizal pasti di potong engga seru lo!"Kesal Adeeva lalu duduk dan membelakangi Daffa.
Adeeva, Daffa, Nadifa, Aufar merupakan sahabat yang dipertemukan saat di kampus. Mereka menganggap kemiripan nama panggilan merupakan suatu keajaiban yang sangat langka dan membuat mereka merasa inilah teman sesungguhnya setelah beberapa bulan bertemu dan berkumpul bersama.
Bahkan saat menuju peralihan kelas dengan konsentrasi masing-masing prodi mereka dipertemukan kembali dalam satu konsentrasi walau berbeda kelas Daffa-Adeeva sedangkan kelas sebelah Nadifa-Aufar. Ini juga keajaiban yang sangat mereka syukuri karena yang mereka liat dari perkumpulan teman-teman kampus hanya mereka yang lolos dengan satu konsentrasi.
Bagi Adeeva Daffa adalah penolongnya saat di kelas. Apalagi melihat keusilan Rizal yang membuat Adeeva manja sekali dengan Daffa. Tanggapan mengenai manjanya Adeva kepada daffa sangat menjadi topik pembahasa di kampus. Padahal mereka berdua sama sekali tidak memiliki perasaan khusus.
"kalo diterusin nanti jadinya berantem yang ribet siapa?"Tanya Daffa santai lalu duduk di samping Adeeva. Adeeva menoleh dengan wajah cemberut.
"Daffa"
"Yang dipukulin terus dimaki-maki, siapa?"
"Daffa"Jawab Adeeva lagi.
"Terus ngambek diem gitu sama siapa?"
"Daffa"
"kalo gitu harus ngapain sama Daffa setelah dipisahin dari perdebatan hebat antara Botoy sama Bongap?" mendengar panggilan ejekannya terpanggil langsung membuat Adeeva menginjak kaki Daffa.
"Aa—ww, sakit Dev"Ringis Daffa lalu mengusap kakinya pelan.
"Sukurin. Engga mau minta maaf dan berterima kasih sama lo, Daf!"
"Kebiasaan! Oo-iya gue mau kasih ini ke lo"Daffa menyodorkan undangan birthday party. Adeeva menyeritkan alisnya.
"Ultah lo bukan di bulan Januari, Bukan?"Tanya Adeeva bingung
"sosweet, you're never forget my birthday. I love you, Adeeva"Daffa memeluk Adeeva, sementara Adeeva bingung dengan ucapan Daffa yang mengucapkan I love you. Bukannya Adeeva tidak senang mendengarkan Ucapan romantic tersebut, tetapi terasa aneh jika Daffa menyebutkan kata-kata laknat itu.
Daffa melepaskan pelukannya. "itu.. party Adik gue, Delia. Malam ini, Datang ya"pintanya dengan memelaskan wajah lalu Daffa menyubit lembut pipi Adeeva.
"Kenapa lo baru bilang hari ini sih, Daf? Sementara gue belum beli kado dan hari ini kita full sampai jam lima" jawabnya kesal sambil membaca undangan yang diberikan Daffa
"gue lupa ngasihnya" Tukasnya sambil senyum dan menggaruk kepalanya pelan.
Adeeva sangat membenci sifat pelupanya Daffa. Tetapi, mengapa soal tugas kuliah dia selalu mengabaikannya? Hanya dia yang bisa menjawab.
"lo ngundang Nadifa, Aufar juga, Kan?" Tanya Adeeva.
"Ya, Lo beli Kadonya bareng mereka aja sebelum ke rumah gue. Kalo engga bawa kado juga no prob"Jawab Daffa santai.
"Akan Adeeva usahakan beli kado, Tapi Adeeva dateng kok Daf" Senyum Adeeva kepada Daffa.
Daffa membalasnya dengan mengusap puncuk kepala Adeeva. "Terima kasih. Daffa tunggu di Rumah ya, Adeeva. Dandan yang cantik biar ada yang nyantol sama lo. HAHA" Tawanya lalu dibalas dengan cubitan di pinggang yang diberikan Adeeva.
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...