Adeeva selalu setia menemani Aditya menyalami beberapa rekan kerjanya yang begitu banyak dan membutuhkan tenaga untuk duduk-berdiri menggunakan pakaian sederhana tetapi lumayan berat.
Tidak ada ucapan antara Adeeva dengan Aditya. Hanya terakhir saat itu Aditya mengucapkan kata-kata yang begitu menusuk hati dan batinnya yang selalu membela dirinya.
Daffa selalu menemani dirinya disana. Walaupun tidak dibangku pelaminan tetapi Daffa melalu mengawasi di bangku tamu. Terkadang berpindah tempat. Sepertinya Daffa melihat kesedihan yang sudah Adeeva tutupi dalam-dalam saat ini. oleh karena itu ia sama sekali tidak bergerak untuk mengawasinya.
Tetapi perlu diketahui. Saat ini Daffa mengawasinya tidaklah dengan seorang diri. Melainkan dengan seorang wanita mungil dan imut. Memang jika dibandingkan dengan Adeeva itu sangat berbeda jauh. Wanita ini seperti Luna perawakannya.
Kali ini Daffa dan wanita tersebut menaiki pelaminan. Adeeva langsung menyunggingkan senyumannya. Ia harus terlihat tanpa kesedihan di depan Daffa. Ia tidak boleh menangis dan mengadu saat ini kepada dirinya.
Daffa mengulurkan tangannya lalu Aditya menyambarnya."Selamat ya, Kak. Jaga dia!"Pekiknya.
Aditya tidak menjawab lalu menyalami wanita dibelakang Daffa. Sementara Daffa langsung memeluk Adeeva tanpa memperdulikan Aditya. Aditya juga seperrtinya tidak peduli dengan apa yang di lakukan Daffa. Sementara wanita dibelakangnya sedikit tersentak. Lalu Daffa melepaskan pelukannya.
Adeeva berkaca-kaca. "Jangan nangis!" Adeeva tersenyum lalu sedikit mendangak agar air matanya tidak mengalir. Lalu ia tersenyum kepada daffa dan memberikan kode untuk wanita dibelakangnya.
"E-eh. Dia Nada. Em—"
"Aku tahu. Hai! Daffa hanya temanku. Beruntung sekali jika kau selalu menerimanya"Potong Adeva lalu mengulurkan tangannya kepada Nada. Sementara Nada menyambutnya dengan ragu lalu sedikit tersenyum
"Daffa tidak akan menyukai diriku. Kita bisa berteman?"Tanya Adeeva dengan senyum tulusnya. Nada mengukirkan senyumnya lalu mengangguk.
"Bisa cepet?Dibelakang masih ada tamu!"Ucap Aditya kesal. Lalu Nada, Daffa, dan Adeeva melinguk. Adeeva paham jika Aditya tidak sabar untuk menemuinya. Ya, dia Novy. Daffa menatap bola mata Adeeva. Adeeva mengangguk lalu tersenyum sekilas.
Akhirnya ia menggandeng Nada untuk pergi dari pelaminan. Sementara Aditya sedang memeluk erat Novy. Adeeva hanya bisa menghela nafas dan menormalkan pikirannya yang mulai bergemuruh untuk mengeluarkan segala amarahnya.
"Bagaimana kabarmu?Dengan siapa kamu ke sini? Apa kamu sudah memiliki seorang pria yang tulus mencintaimu?"Tanya Aditya yang begitu banyak. Novy hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. Mereka berdua seperti tidak menganggap ada seorang wanita yang sudah menjadi istri dari pria itu. Ia juga tidak menyadarinya saat Adeeva menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan lagi.
"Aku baik. Ya seperti itu. Dan he—I" Novy menoleh kea rah Adeeva lalu memeluk Adeeva erat. Adeeva tersenyum lalu menyambutnya. Sementara Aditya seperti ingin mendapat pelukan yang erat dari novy.
"Akhirnya lo jadi juga ya sama pangeran impian lo!"ledek Novy. Adeeva hanya membalasnya dengan senyuman sekilas.
"Bagaimana kalo kamu nyanyi Nov terus aku main gitar?"Tawar Aditya seperti mengalihkan pembicaraan Novy saat ini. Adeeva kembali menekan dadanya yang terasa begitu sakit saat novy menganggukan kepalanya lalu berlalu begitu saja melewati Adeeva yang sedang memandangnya dari kejauhan dengan kesedihan yang amat mendalam.
Adeeva merutuki dirinya saat melihat Aditya dan Novy sedang bernyanyi. Ia begitu serasi sekali. Makanya Aditya saat itu tidak ingin melepas Novy begitu saja. Bahkan ia rela berbohong untuk menutupi Novy yang akan membuat dirinya terputus dengan Novy. Ia berbohong jika novy memiliki keyakinan yang sama dengan dirinya,
Setelah lagu itu selesai. Aditya berbisik sesuatu pada Novy. Sementara Adeeva hanya memejamkan matanya ia tidak boleh melihatnya. Jika ia melihatnya maka air matanya saat ini akan mengalir. Adeeva berusaha mencari kekuatan. Ia mencari ibunya tetapi ibunya sedang sibuk menemani para tamu sama seperti Ayahnya.
Ia mencari Daffa. Daffa pun tidak ada saat ini di sekitarnya. Sungguh saat ini ia butuh kekuatan. Adeeva mencari Alena. Sepertinya Alena sudah pulang. Dengan sedikit kesal saat melihat pria berjas menghampirinya lalu menyalaminya.
"Selamat ya"Ucap pria tersebut. Sementara Adeeva hanya tersenyum sekilas tanpa melihat orangnya. Ia tidak ingin orang melihatny saat ini yang sedang bersedih. Bahkan didepan rekan kerja Aditya pun Adeeva tidak ingin menampakkannya.
"Selamat ya, Adeeva"Gumam beberapa rekan kerjanya. Adeeva hanya mengukirkan senyumannya. Ia ingin sekali menarik Aditya untuk berada didekatnya. Ia tidak ingin menerima pertanyaan yang merusak hatinya.
Aditya kembali ke pelaminan tersebut. Adeeva sedikit menghela nafasnya. Adeeva pikir ia akan lupa saat ini ia sedang menikah bukan mendatangi acara pernikahan seseorang. Saat Aditya baru saja duduk. Adeeva melihat ada seorang wanita mungil yang saat ini berubah menjadi wanita yang sangat cantik dengan gaun serta kerudungnya.
Aditya kembali mengukir senyumannya saat Luna menghampirinya. "selamat ya, kak Adit. Luna seneng ngeliatnya"Aditya tersenyum sekilas lalu mengelus puncak kepala Luna.
"Kamu seneng. Aku tersiksa, Luna"Jawab Aditya yang membuat Adeeva terkejut akan jawabannya. Ia kembali menahan segala amarahnya. Adeeva melirik jam besar yang menghiasi acara pernikahannya.
Sabar. Satu jam lagi. Gumam Adeeva dalam batinnya.
"Gak boleh gitu kak! Kakak harus mencintai Adeeva seperti Adeeva mencintai Kakak dengan tulus"
Aditya hanya berdeham "Kamu makan gih"Suruhnya. Luna mengangguk lalu menghampiri Adeeva yang sedang menahan rasa sedih dan emosinya saat ini. Luna memeluk Adeeva. Adeeva tersungur kaget melihat Luna yang langsung memeluknya erat.
"Selamat ya, Adeeva" Ucapnya di dalam pelukan Adeeva. Adeeva mengangguk lalu mengelus kerudung Luna. Adeeva melepas pelukannya.
"Makan dulu ya"Ucap Adeeva pada Luna. Luna mengangguk. Setelah itu Luna langsung meninggalkan pelaminan. Setelah Luna turun Adeeva sudah tidak tahan lagi menahan kesedihannya tanpa meminta izin dan memperdulikan Aditya melihatnya yang mendadak berdiri dari bangku pelaminan dengan sedikit berlari meninggalkan pelaminan.
Adeeva memasuki kamar riasnya lalu menutupnya dengan rapat-rapat. Ia melepaskan beberapa jarum pentul yang melekat dikerudungnya sambil meneteskan air mata.
Kamu senang. Aku tersiksa, Lun
Adeeva semakin mengeraskan tangisannya. Ia bahkan melepaskan jarum-jarum yang melekat dikepalanya dengan tergesa-gesa karena emosinya yang sudah memuncak.
"Jangan pernah berharap dengannya Adeeva"Ucapnya semakin sedih. Ia semakin mengeluarkan air matanya dengan deras.
"Dia tersiksa menikah denganmu, Adeeva. Sadarlah!"Pekiknya sambil memukul kepalanya kesal.
Adeeva memilih mengganti pakaian pernikahannya. Ia tidak tahan mengenakan pakaian ini. adeeva mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur berlengan panjang. Ia sengaja berlama-lama di dalam kamar mandi agar tidak mendengar ketukan pintu kamar gantinya.
Setelah puas mengeluarkan segala amarah dan emosinya dalam tangisannya. Ia keluar dari kamar mandi. Adeeva langsung memundurkan langkahnya saat melihat Aditya berdiri didepan pintu kamar mandinya.
"Menangis? Lo tau kan gue gak bakal peduli sama lo? Sekarang lo bebas mau ngapain aja. Kalo lo laku sama cowok gue gak bakal cegah. Gue bakal bersyukur ada orang yang akhirnya mau sama lo!"
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...