Esoknya Adeeva memilih untuk berangkat lebih pagi untuk bekerja. Agar dirinya tidak bertemu dengan Aditya. Masa bodo dengan dirinya yang akan membicarakan hal penting dengannya.
Setelah sampai di kantor, Adeeva langsung melanjutkan kerjanya kemarin yang ia tinggalkan. "Adeeva, tumben udah sampe" Ucap Fandy.
Adeeva tersenyum sekilas. "Iya, gak enak kemarin gak masuk kerjaan pasti numpuk"Jawabnya bohong. Padahal, ia sedang menghindar dari Aditya.
"Lanjutkan pekerjaannya. Aku ada meeting siang ini"
"Baik, Pak" Jawab Adeeva sambil tertawa. Fandy menatapnya dengan tatapan sebal lalu memasuki ruangannya.
Sementara Aditya baru bersiap-siap untuk berangkat. Ia mengurungkan obrolannya dengan Adeeva nanti saja. Setelah dirinya pulang kerja.
"Adeeva"Panggil Aditya. Merasa tidak direspon, Aditya langsung berangkat kerja. Ia yakin juga jika Adeeva sudah berangkat.
Sampai disana, Alex menghampiri Aditya diruang kerjanya. "Dit"
Aditya menaruh jasnya di bangku kerja lalu berdehem saat Alex memanggilnya. Kemudian Aditya terus berkutik dengan layar laptopnya.
"Ada yang menaruh saham di perusahaan kita, dit. Makanya keadaan perusahaan kembali stabil". Alex menarik bangku yang berada dihadapan Aditya.
"Siapa?"Tanyanya singkat.
"Perusahaan pertambangan. Nanti ia akan kunjungan ke sini"
"Oke persiapkan segalanya. Gue akan berterima kasih kepada investor itu. Mau menyuntikkan dananya yang lumayan besar"
Setelah mendapat instruksi Alex berdiri dari hadapannya lalu meninggalkan ruangan Aditya.
Siang harinya, Aditya sudah menunggu diruang rapat. Mendengar ada kunjungan maka ia persiapkan segalanya.
"Mari tuan, silahkan masuk. Disana Pak Adit sudah menunggu"Ucap salah satu pegawai Aditya.
Orang itu memasuki ruang rapat. Lalu melihat Aditya yang masih menyibukkan diri dengan Laptopnya. "Akhirnya kita bisa bertemu lagi"
Aditya memberhentikan aktivitas mengetiknya. Ia menoleh ke sumber suara. "Lo?"
"Jadi lo yang nyuntikin dana ke perusahaan gue?"Ucap Aditya lalu berdiri dari tempat duduknya. Nada yang ia ucapkan begitu datar sama seperti tatapannya.
"Santai, kita ngobrol dulu"
Aditya berdecak lalu kembali duduk di bangkunya. "Jika tahu perusahaan kau yang menyuntikkan dananya, maka dengan sangat hormat saya menolak"
"Saya senang menaruh saham di perusahaan anda. Anda begitu sopan sekali menolaknya. Tetapi sayang, perusahaan Anda sudah menerimanya"Ejeknya.
"saat melihat CV perusahaan anda sedang down, saya jujur pertama tidak tahu jika Anda yang memiliki perusahaan ini. Perusahaan Anda sangat berkembang, sayang jika nanti tidak ada yang melanjutkan. Maka dengan cepat saya menyetujui penaruhan saham. Saat tadi melihat anda yang memimpin perusahaan. Saya semakin bersyukur jika saya menaruh saham disini"
"Saya tidak menerima belas kasihan, Anda. Tuan Arnaf"
Fandy tertawa mendengar Aditya berbicara. "Saya tidak merasa kasihan dengan Anda Tuan Faustin"
"tetapi saya memikirkan wanita yang bersama Anda. Adeeva" Aditya hanya menatapnya datar. Tanpa menjawab segala ucapan Fandy.
"Dengan menaruh saham disini, maka saya bisa melihat keseharian Anda. Saya tidak ingin Adeeva merasakan kesedihan akibat Anda"
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...