Setelah berkeliling kota yogyakarta menggunakan sepeda dengan Daffa hingga sore hari. Adeeva dan Daffa memutuskan untuk kembali ke rumah neneknya.
''Darimana?"Tanya pria didepannya yang sudah menatap Daffa dengan muka datar dan sinisnya.
''Keliling, Aku sama Adeeva mau langsung istirahat. Kami sudah mampir makan tadi di pinggir jalan" jawab Daffa dengan nada sedikit sinis. Sementara Adeeva bingung karena kedua lelaki ini sama sama mempertahankan sikap sinisnya.
Daffa melihat Aditya dari ujung kepalanya sampai kakinya. Dilihatnya pria ini sudah rapih sekali. "Kak Adit mau jalan kan sama Luna? Ya sudah sana. Kami mau istirahat. Ayo, dev"Daffa menarik pergelangan tangan Adeeva. Lalu adeeva mengangguk pergi berlalu mengikuti Daffa.
"Luna kecapean. Dia udah tidur" balas Adit. Daffa memberhentikan langkahnya otomatis Adeeva mengikutinya.
"Terus? Lo mau pergi sama siapa? Sendiri?"tanya Daffa sedikit khawatir. Adeeva yang melihat raut wajah Daffa langsung tersenyum dan malah mengaitkan tangannya ke lengan Daffa seperti anak kecil. Daffa yang merasakan langsung mengerutkan Alisnya seolah bingung dengan Adeeva.
"Kalo gue ngajak dia, lo ngizinin?" tunjuk Adit ke Adeeva. Sementara Adeeva tidak mendengar bahkan melihat ke Adit. Seolah kata-katanya Daffa yang tadi seperti alkohol yang membuatnya mabuk.
Adeeva semakin melendoti Daffa. "Ih lo ngapasih?!"Risih Daffa lalu menurunkan tangan Adeeva dan kemudian Adeeva seolah sadar langsung mendorong Daffa.
Daffa sedikit tersungkur. "Kalo mau lendotan di kamar aja!"Adeeva refleks menginjak kaki Daffa membuat Daffa berteriak kesakitan.
"Sukurin"
Aditya berdecak. "Aneh".lalu Aditya berlalu begitu saja. Adeeva yang merasa tersindir dengan ucapan dan sikap Aditya yang langsung meninggalkannya setelah melihat Aksinya terhadap Daffa langsung seolah tertusuk ke dalam hatinya.
"Daf, bercanda gue terlalu keterlaluan?" Tanya Adeeva lalu menunduk.
Daffa yang melihatnya langsung tersenyum sekilas. "Sama sekali engga Adeeva".
"Daf, lo ga ilfeel sama gue?"
"Engga, bahkan gue suka sama Lo"
Adeeva seolah terkejut dengan kata-kata Daffa ia langsung mendangakkan wajahnya. "Daf, lo lagi nembak gue ya?"
"Ngaco!"
"Maksud gue, gue suka sama bercanda an lo yang kasar yang buat gue makin pengen ngebunuh lo"lanjut Daffa.
"Lo nyakitin hati gue kalo gitu"Adeeva langsung meninggalkan Daffa. Daffa langsung mengikuti langkah Adeeva menuju kamarnya dengan kaki yang tertitih.
"Liat aja udah diinjek. Ninggalin lagi. Dan ceritanya ngambek ya".Ocehnya
"Bodoamat!"
Adeeva langsung menutup pintu kamarnya. Dan memilih untuk berbaring sementara Daffa hanya tersenyum geli melihat perilaku Adeeva.
Paginya Adeeva berniat untuk memasak nasi goreng untuk penghuni rumah nenek saat ini. Ia sudah meminta izin kepada nenek untuk memasak sarapan pagi ini. Nenek pun mengizinkan.
Adeeva mulai menggoreng nasinya. "Dev, gue bantu ya"ucapnya. Adeeva menoleh langsung tersenyum mengangguk.
"Dev, gue ga berniat buat ngambil apa yang lo suka. Dari dulu gue emang berusaha buat ngelupain Adit tetapi saat gue udah lupa dia dateng. Lalu gue harus gimana? Gue gamau nyakitin lo, Adeeva". Gumamnya sambil memecahkan beberapa telur lalu dimasukkan ke dalam mangkuk.
"Lo gausah mikirin gue. Gue baik. Gue juga sadar kok sama sikap dan wajah gue. Jika di bandingin sama lo beda jauh banget. Gue emang selalu berharap banget kalo kak Adit bisa sama gue. Tapi, itu semua mustahil Lun."balas Adeeva tiba tiba menghentikan proses memasaknya. Lalu menghadap ke Luna.
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...