VIE 50

525 25 0
                                    

Selama tiga bulan ia mengandung dan selama itu Aditya sama sekali tidak kembali kerumahnya. Terkadang adeeva merasa sedih, ia meratapi nasibnya bersama anaknya. Apa ini yang akan ia dapatkan? Apa ia harus mengakhirinya saat ini?

Setiap malam, Adeeva selalu merenung. Memikirkan nasibnya kedepan. Ia bukan memikirkan masalah uang, karena tabungannya selama kerja sudah cukup untuk kehidupannya bersama anaknya nanti. Tetapi, ia memikirkan bagaimana jika anaknya dilecehkan tidak memiliki seorang ayah?

Menyesal?

Ya, Adeeva selalu menyesali perbuatannya. Ia menyesali saat itu dimana ia harus mengandung saat ini. padahal, ia sudah merangkai kehidupan kecilnya yang begitu harmonis. Bukan seperti ini. air mata yang selalu ia keluarkan saat ini sudahlah sangat kering. Baginya, menangis pun percuma. Aditya sama sekali tidak akan mencintai dirinya. Tidak perlu mencintainya, yang terpenting Aditya bisa mencintai anaknya sendiri.

"Masih belum bisa ngeyakinin hati lo, kak?"

Aditya menggeleng. Ia hanya bisa melamun sambil melihat secangkir kopi yang dipesannya.

"Kenapa kakak ga pernah mau nyoba dulu sih? Kak jika kakak nanti kehilangan dirinya kakak akan menyesal"

Aditya kembali terdiam. Kali ini pandangannya tertuju pada seorang wanita yang sedang memasuki café ini. Aditya menatapnya begitupun wanita itu. Setelah lama wanita itu menatapnya, wanita itu memilih untuk keluar dari café.

"Dit. Ini roti yang lo pes—"

"Buat lo aja gue gak nafsu. Gue duluan ya"Aditya mengambil kunci mobilnya lalu menaruh selembar uang di atas mejanya.

"Dia kenapa, Lun?"Tanya Alex bingung. Luna hanya mengangkat bahu mengartikan diirnya sama sekali tidak mengetahui. Alex mengangguk mengerti lalu menyesap coffe yang baru dipesannya.

Adeeva mencari coffe terdekat disini. Sepertinya saat ini ia sangat menginginkan coffe hangat tetapi tidak dibuat dengan tangannya sendiri. Adeeva tersenyum sekilas melihat café yang setelah ia cari disekitaran sini tidak ada, tetapi ia menemukan café yang bisa dilihat dari luarnya pun bergaya minimalis. Ia tahu jika café ini pasti mahal. Masa bodo dengan harga, ia memilih untuk memenuhi segala keinginan anaknya agar anaknya tidak ileran.

Saat memasuki café itu tatapan adeeva langsung tertuju pada sosok pria yang notabennya ialah calon ayah dari anaknya. Selama 3 bulan ia tidak pulang akhirnya ia bisa melihat Aditya. Tetapi ia menghela nafasnya kasar saat melihat wanita didepannya. Luna. Jadi selama 3 bulan ini, ia memastikan keyakinannya bersama luna.

Jika dirinya gagal maka, luna yang akan membantunya. Itulah yang terputar diotak Adeeva. adeeva memilih keluar dari café dan kembali ke parkiran.

"Kita cari coffe di tempat lain ya, nak. Mama gak punya uang kalo ke café ini. kamu sabar ya, sayang" Gumam Adeeva sendiri sambil berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Adeeva mempercepatnya hingga dirinya sampai di mobilnya. Setelah sampai dimobil, langsung Adeeva menjalankan mobilnya dengan cepat.

Setelah mendapat coffe itu, adeeva memilih untuk kembali kerumahnya. Ini sudah hampir larut. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Adeeva mempercepat laju mobilnya hingga ia sampai di rumah.

Adeeva langsung masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian dengan pakaian tidurnya.

"Aduh, aku mau sate. Duh, nak kamu bisa menahan keinginanmu?"Gerutunya. adeeva keluar dari kamar menunggu di ruang tamu. Semoga hari ini tukang sate lewat seperti biasa.

Sampai bosan menonton, adeeva melihat kearah jam dinding. Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Tetapi perutnya masih terus berkontraksi. Sepertinya anaknya sangat menginginkan sate. Ia ingin membangunkan bu Tanti tetapi dirinya sama sekali tidak enak menganggu tidurnya.

VIEWhere stories live. Discover now