Satu tahun kemudian.
Satu tahun dimana Adeeva membesarkan anaknya sendiri. Adeeva bersyukur dirinya dahulu bekerja dan memiliki penghasilan sehingga ia bisa memiliki rumah yang cukup untuk dirinya dan anaknya.
Adeeva akhirnya bebas dari baying-bayang wajah Aditya maupun Adityo. Namun,saat usia anaknya sekitar enam bulan. Adityo sempat menemui Adeeva disalah satu supermarket. Adeeva sempat menyesali pertemuannya, seharusnya ia mendengar kata sahabatnya saat itu. Biar sahabatnya yang membelikan anaknya susu.
Nasi sudah jadi bubur. Adityo pun terus mendatangi Adeeva. adeeva sebenarnya risih dengan kedatangan Adityo. Ia takut banyak orang mengira jika Adityo adalah suaminya. Jika Adeeva melarang Adityo, selalu saja ia balas dengan perkataan menikah denganku, maka semua orang akan diam.
Dia pikir hanya dengan menikah semuanya bisa baik-baik saja? Tidak. Adeeva tidak ingin hatinya kembali dijadikan umpan. Adeeva tidak ingin selalu berdekatan dengan orang-orang yang dekat dengan mantan suaminya, Aditya.
Apa kabar dirinya?
Apa dia baik-baik saja?
Dan Apa Aditya sudah menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai?
Bodo.
Dan nggak peduli.
Tetapi, hati ini? terus mengelak. Mulut berkata tidak peduli tetapi hati masih menyayangi.
Ingin rasanya Adeeva mengubur dalam-dalam perasaannya terhadap Aditya. Saat ini Adeeva memandang foto pernikahannya dengan Aditya. Ia tersenyum miris melihat wajah Aditya yang benar-benar terpaksa disana. Akhirnya Adeeva mengambil bingkai foto tersebut lalu dimasukkan kedalam kardus, kemudian ia lakban kardus itu.
"Semoga saat aku mengumpatkan segalanya tentang kamu, kak. Namamu juga ikut bersamanya di dalam sana"
"Adeeva!"
Adeeva mendengar panggilan itu. Ia langsung menyeret kardus itu ke kolong ranjangnya.
"Adeeva cepat acaranya sudah mau mulai"
"Iya sebentar"
Adeeva menutup pintu kamarnya. Lalu tersenyum melihat anaknya yang sudah tampan disana.
"Lama banget sih"
Adeeva mengambil El dalam gendongannya. "Lo bawel banget sih"
"Ya, gimana gak bawel setiap ibu-ibu dateng sama anaknya, gue disangka papanya"
"Tinggal jawab aku bukan Papanya. Susah amat." Adeeva membereskan kado-kado lalu berjalan menuju dapurnya.
"Mana gue bisa nolak jadi Papanya El. Mungkin tuh ya, Ibu-ibu itu ngeliat kegantengan gue. Jadi, El tampannya mungkin kaya gue"Ucapnya mengikuti dari belakang.
"Apaan si lo. Udah sana sih, Daf. Dari dulu lo hobinya ngintilin gue ya?"
"Nggak. Jijik!"
"Yaudah sana. And for your information. El sama sekali nggak mirip kaya Dokter Daffansyah Aqeel"
Adeeva segera meninggalkan Daffa. Daffa hanya menggeram kesal melihat sahabatnya yang semakin menjengkelkan.
"Makasih ya udah dateng di acaranya El" Ucap Adeeva sambil tersenyum.
"El, Adeeva"Adeeva menengok lalu menghampiri Tante Yane.
"Mama. El salam dulu sayang sama Oma" Adeeva mengulurkan tangan mungil El lalu Tante Yane mengambil tangannya dan mencium kening El.
"Tampan sekali cucuku"
"Mama dateng sama siapa?"
"Tuh"Tunjuk Tante Yane. Adeeva mengikuti arah tunjukannya. Ia tahu itu siapa.
"Sini, El Oma gendong"Tante yane mengambil El dari tangan Adeeva.
"Mama ke sana dulu ya sama El" Adeeva mengangguk. Lalu kembali menyapa teman-temannya yang menghadiri pesta ulang tahun Elvaro.
"Adeeva"
Adeeva menoleh, "Eh, Alex kirain—"
"Aditya?"
Adeeva menggeleng cepat. Alex yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
"Apaan sih,"
"Mana El? Ini kado buat dia" Alex menyerahkan dua kado tersebut kepada Adeeva. adeeva mengerutkan dahinya saraya bertanya.
"Yang satu dari sahabatku yang Tolol" Adeeva terdiam. Ia tau maksud dari Alex.
"Diterima ya, Dev. Kasian juga dia uring-uringan setiap hari ganggu tidur gue Cuma buat nanyain lo sama Elvaro"
"Hah?"
"Udah ini ambil. Gue haus banget pengen minum. Bye!"
Alex meninggalkan Adeeva. ia hanya melihat dua kado ditangannya. Dengan tangan yang kepo ingin sekali membuka kado pemberian dari Aditya, tetapi Adeeva mengurungkannya saat melihat Mamanya menyuruhnya untuk kembali ke ruang utama.
"Mulai acara tiup lilinnya sama potong kuenya, Adeeva"
"Tapi—"
"Udah dia udah ada di sini"
"Dia?"
Adeeva semakin bingung maksud dari Tante Yane. Ia juga takut jika dia yang dimaksud adalah mantan suaminya ada disini. Sungguh, untuk saat ini ia tidak ingin mengingat kembali Aditya.
"Adityo,"
Sementara disana Adeeva bisa melihat Adityo tersenyum sekilas menatapnya. Adeeva hanya mengangguk mengerti.
"Ayo, Tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga.." Semua orang bernyanyi El tersenyum senang yang membuat Adeeva semakin ingin menangis bahagia saat ini. senyumnya, benar-benar mirip sekali dengan ayahnya.
Setelah meniup lilin dan memotong kuenya. semua orang kembali berpencar untuk menikmati acaranya.
"Adeeva, kamu punya piring lagi, Nak? Soalnya piringnya sepertinya kurang"Ucap Tante Yane.
"Ada, Ma. Bentar, aku ambil di atas"
Adeeva menggendong Elvaro ke atas untuk mengambil piring yang di minta Tante Yane. Ia mencari piring-piring yang tertata di lemari atas.
"El, jangan kemana-mana ya, Nak. Mama mau nyari piring" Adeeva menaruh Elvaro di sofa. Lalu berjalan mencari piringnya. Sesekali ia melihat Elvaro. Cukup lama mencari piring tersebut, sampai ia tidak melihat Elvaro berada di sofanya.
"El!" Teriak Adeeva. ia menaruh beberapa piring ditangannya lalu mencari Elvaro. Padahal baru sekitar dua atau tiga menit matanya tidak melihat El. El anak yang cukup gesit. Ia sudah bisa merangkak dan sudah mengerti caranya turun dari ranjang Adeeva.
Mendengar teriakan Adeeva, semua orang tertuju pandangannya ke lantai dua. Mereka berteriak melihat El dengan senangnya merangkak menuju tangga. Dengan cepat ia menaiki tangga dan menggendong El. Adeeva yang sebelumnya ingin berlari dan menghampiri El sudah terlebih dahulu di dahului olehnya.
"Ya Tuhan, Makasih Kak. Aku gak tau kalo gak ada kakak jadinya gimana"
"Ini. lain kali hati-hati. Jangan ditinggal."
Saat Adeeva ingin mengambil El. El tidak ingin pindah darinya.
"Sini, Nak. Kasian Om Adityo nya capek tadi lari-lari ngejar, El."
"Ngga apa-apa. Mungkin dia kangen sama aku. kamu udah gesit banget ya, Elvaro"
"Aku ke sana sama, El. Ya, Adeeva?"
Adeeva terdiam sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Baru lah ia membawa El ke sana. Adeeva merasa ada yang aneh. Tetapi ia hiraukan begitu saja.
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...