VIE 40

541 24 0
                                    

Aditya meninggalkannya seperti awal pertama pernikahannya. Pagi ini, Aditya langsung berangkat kerja tanpa berpamitan dengan Adeeva. Adeeva tersenyum murung baru sesekali ia merasakan dirinya berbunga akan sikapnya Aditya kepadanya. Tetapi, kembali terulang lagi. Aditya yang memiliki tatapan tajam dan muka tak pedulinya kepada Adeeva kembali ia menampilkan wajah aslinya.

"Aduh" Adeeva meringis. Ia sedikit tersungkur tetapi ada seseorang yang menahannya. Adeeva terkejut dan langsung membenarkan posisinya.

"Lain kali hati-hati, jangan melamun"Peringatnya kepada Adeeva.

"Maaf" jawab Adeeva sedikit malu.

"Anda ada perlu apa ke kantor ini?" Lanjut Adeeva bertanya.

"Saya juga pemilik perusahaan ini, Adeeva. Kamu lupa?"

"Oh ya saya lupa. Tapi, bukannya perusahaan ini milik Pak Revan—"

"Revan yang mengarahkan dan mempimpin di sini. Karena saya mendengar ada sedikit kekacauan disini. Saya yang akan mempimpin disini"Potongnya.

"Lalu Pak Revan?"

"Pak Revan saya pindahkan di kantor cabang pusat. Sepertinya si Revan menjadi pusat perhatian sekali disini ya?"Ucapnya sambil sedikit tertawa. Adeeva yang mendengar ucapannya langsung menggeleng cepat.

"Saya hanya bertanya. Memang, Pak Revan menjadi pria idaman wanita yang bekerja disini tetapi saya bukan salah satu dari mereka"Cela Adeeva.

"Hahaha, Oh ya saya mau ambil kunci mobil. Kamu mau menemani saya ke tempat proyek? Kebetulan sekretaris saya sedang cuti"

Adeeva menatapnya sambil memikirkan tawarannya. "Ada kerjaan?"

Adeeva terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Baik, saya ikut".

"Tunggu disini. Saya ambil kunci mobil"Perintahnya.

Sesampainya di proyek Adeeva terus menemaninya berada disamping dirinya. Awalnya Adeeva enggan untuk berada terus didekatnya karena sangat rishi dilihatnya oleh para pekerja disini. Tetapi Arnaf alias Fandy menyuruhnya untuk terus berada didekatnya.

Fandy takut jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada Adeeva. Karena tempat ini sangat berbahaya sebenarnya untuk seorang wanita. Tetapi, ia bingung ingin mengajak siapa lagi untuk menemaninya mencatat apa yang kurang disini.

"Kamu jangan menjauh dari saya, Adeeva"Peringatnya lagi. Adeeva hanya mengangguk menuruti perintahnya.

Terik matahari membuat keringatnya bercucuran. Adeeva terus mengelap keringatnya. Sejujurnya saat ini ia sangat haus. Ia ingin sekali menegakkan air mineral dingin.

"Itu saja yang perlu kamu catat"Ucapnya kepada Adeeva tanpa menoleh terus memandori para pekerja disini.

"Kalian boleh istirahat. Nanti saya kirimkan kekurangan yang sudah dicatat. Selamat berisitirahat"

Fandy melepaskan topi proyeknya, semua pekerja pun satu persatu mulai meninggalkan tempat untuk beristirahat. Sedangkan Adeeva memasukkan bukunya. Matanya terus tertuju pada Es jeruk peras yang dibawa salah satu pegawai. Rasanya ia ingin lari dari sini lalu mencari tukang es tersebut.

"Haus banget ya?"

Adeeva mengangguk tanpa menghiraukan siapa yang berbicara. Ia tertawa lalu menarik pergelangan tangan Adeeva. Adeeva membulatkan matanya mengikuti Fandy yang sedang menarik tangannnya. Ia terus berusaha melepaskan pegangan tangan Fandy tetapi tangannya ditahan begitu kencang.

"Nih"

Fandy memberikan Es jeruk tersebut. Dan ia membawakan siomay dua porsi tentunya untuk dirinya sendiri dan Adeeva.

Adeeva meneguk es tersebut. Rasanya sangat nikmat. Tanpa mempedulikan Fandy yang tengah memperhatikannya.

"Kalo haus itu bilang. Biar tadi dibelikan minum"

Adeeva terkekeh lalu menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Lagian tadi lagi asik nyatet mumpung lagi nyambung"

Fandy menggelengkan kepalanya sambil bedecak.

"Ini kamu gak malu makan disini? Aku sih udah biasa"

"Kenapa harus malu? Yang penting halal ini makanan dan juga enak".

Adeeva tersenyum sekilas lalu menyuapkan siomay kedalam mulutnya.

"Lagi ada masalah?"

Adeeva seketika terdiam bungkam. Ia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

Adeeva hanya tersenyum sekilas lalu menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh membicarakan perihal keluarga kecilnya kepada orang lain.

"Kamu sudah menikah ya?"

Adeeva mengangguk sebagai jawabannya. "Wajar didalam pernikahan terdapat masalah. Itu ujian untuk kedua pasangan. Menurut aku sih itu ujian dari cinta kalian. Hm, sepertinya aku terlambat sekali ya. Andai waktu bisa diputar"

Adeeva mengerutkan dahinya. "Terlambat untuk apa? Memangnya kenapa kamu mau memutar waktu?"

"something, Tidak-tidak"

"Tapi, kamu sama suami kamu saling mencintai?"

Deg!

Bagai disambar petir. Pertanyaan ini yang sama sekali tidak ingin ia dengar. Adeeva sama sekali tidak ingin menjawabnya. Andai, Fandy bisa tahu kehidupannya bersama Aditya saat ini. maka, ia bisa menyimpulkannya.

"Eh giliran aku yang nanya. Kamu sudah menikah? Gimana dengan wanita yang dulu sangat mencintaimu, Hm.. siapa ya. Oh Caramel"

"Sepertinya kamu mengalihkan pembicaraanku, Adeeva. Hm, biar aku jawab. Aku belum menikah. Caramel? Oh yaTuhan jadi selama ini kamu stalking aku ya? Hahaha. Dulu memang Caramel menjadi perhatianku tetapi sejak aku berkuliah entah perasaan itu hilang dan Caramel pun entah dimana aku tidak tahu".

"Kenapa tidak kamu cari? Jika memang ia jodohmu bagaimana?"

Fandy menggeleng dengan cepat. "Aku tidak bisa bersamanya. Dan aku merasa jodohku berada didekatku"

"Dulu kamu menyukai aku ya?"Ucap Fandy dengan percaya dirinya.

"Hah?"

Adeeva langsung terkejut dan membulatkan matanya. Jantungny kembali berdetak. Ia malu sekali dengan kejadian masa lalu dirinya yang dulunya sangat menyukainya. Tetapi sejak ada sosok Aditya dirinya sedikit tergeser dari hatinya tetapi walau terkadang dulu ia sempat mengharapkan keduanya bisa bersamanya. Tetapi Adeeva sangat sadar diri dirinya tidak seberapa dengan wanita-wanita yang bersama kedua pria idamannya.

"Aku tahu apa yang sedang kamu alami saat ini. Ingat Adeeva saat ini banyak orang yang telah menyesal atas apa yang dulu diperbuatnya pada dirimu. Banyak saat ini orang yang sangat memperhatikanmu bahkan bisa jadi dia mencintaimu saat ini. Jika memang ia tidak bisa memberikan kamu cinta. Maka ada cinta yang lain yang sedang menunggumu"

VIEWhere stories live. Discover now