VIE 59

533 30 2
                                    

Adeeva kembali merintih, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit perutnya. Perlahan Adeeva mengambil ponsel.

"Ahh—aduh, nggak". Ia sudah memegang ponselnya berniat untuk menelpon suaminya, Aditya.tetapi ia urungkan. Adeeva melempar ponselnya ke ranjangnya. Kembali menahan rasa sakitnya. Kemudia, ia merasa pahanya hangat dan ia baru tahu jika sekarang ia sudah mengeluarkan ketuban.

Adeeva berusaha untuk keluar dari rumahnya. Dengan penuh keringat Adeeva mulai menuruni tangga satu per satu. Ia melihat ke bawah, Shit. Tangganya masih banyak. Kepalanya mulai berputar. Ia berusaha untuk fokus agar dirinya tidak terjatuh dari tangga yang mengakibatkan dirinya kehilangan cintanya.

"Adeeva!" Adeeva tersenyum lemas, lalu tubuhnya pun sudah terhuyung ke tubuhnya.

Tiba di rumah sakit, tubuh Adeeva langsung dibopong. "Maaf, apa ini nona Adeeva?" dengan cepat dirinya mengangguk. Dirinya di arahkan oleh perawat tersebut. Ia langsung dibawa ke ruang bersalin.

Lo dimana, brengsek?

Sent.

1 menit

5 menit

Dirinya semakin panic. Terlebih saat dokter wanita itu keluar dari ruang bersalin. "Maaf, anda siapanya Nona Adeeva ya? Saya boleh minta bantuan Anda untuk menghubungi suaminya?" Tanya dokter tersebut.

"Saya sedang menghubunginya, Apa bayi itu mau keluar sekarang?" Tanyanya sambil panic dan terus menghubungi Aditya.

Dokter tersebut menyeritkan alisnya. "Eh—maksud saya, Hm—apa Adeeva akan melahirkan saat ini juga?"

Dokter itu hanya mengangguk. "Ini sudah masuk pembukaan kedelapan. Kalau bisa suaminya sudah harus didalam bersama Nona Adeeva"

"Tetap—"

"Saya akan menemaninya, Dok" Dokter itu hanya mengangguk lalu mempersilahkannya masuk ke dalam ruang bersalin.

"Bodoh!" Kesal Alex yang sedaritadi hanya bisa panik.

Alex melihat dia yang sedang berbicara dengan suster di sana. Tanpa berpikir lama Alex langsung menghampirinya. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun.

"Heh!"Alex menepuk pundaknya dengan kencang. Ia terkejut.

"Ikut gue"

Alex menarik tangannya. Ia sengaja berjalan dengan cepat agar dirinya tidak terlambat. "Lex, Apa-apaan sih!"

Namun, saat dirinya bersuara Alex terdiam. Ia melihat dari kaca jendela. Adeeva sudah menggenggam tangannya erat. Sementara kembarannya sudah seperti suaminya sendiri. Ia mengelap keringat yang keluar dari dahi Adeeva.

Alex menarik kerah kemejanya lalu menunjuk jendela "Lo itu bodoh atau apa sih, lo liat isteri lo di sana. Memperjuangkan anak lo. Mempertaruhkan nyawanya demi anak lo. Tetapi, lo—Ck gue ga ngerti lagi maksud lo apa, Dit" Kesal Alex sambil mendorong Aditya dan melepaskan tangannya dari kerah baju Aditya.

"Jadi, gue telat ya, Lex?"

Alex hanya diam. Sementara Aditya hanya melihat Adeeva dari jendela. Setelah melihat dokter sudah mulai memberikan aba-aba untuk Adeeva. dengan cepat Aditya memasuki ruang di sebelahnya. Alex yang melihatnya seketika bingung dan mengikuti langkah Aditya.

Alex melihat Aditya sudah berada tepat di sebelah kepala Adeeva. Jadi mereka hanya terhalang oleh tirai.

"Dit, ini kenapa bisa rumah sakit ini ada ruang bersalin seperti ini. Lo-- ?"Tanya Alex bingung ketika memasuki ruang sebelah Adeeva tetapi masih menyatu dengan ruang bersalin Adeeva.

"Sst, nanti gue jelasin"

Alex terus memandangi Aditya. Ia bisa melihat muka kecemasannya. Alex bersumpah ia baru melihat Aditya yang benar-benar cemas.

"Kak.. Aku nggak kuat" Rintih Adeeva kepada pria yang sedaritadi menggenggam tangannya. Adityo terus memberikan semangat kepada Adeeva. sesekali ia menghapus keringatnya dan mengelus puncak kepalanya.

"Tapi, ini benar-benar sakit. Aku nggak sangghup—Ah"

"Ayo, Nona terus didorong. Kepalanya sudah terlihat, jangan menyerah Nona Adeeva. dan jangan sesekali menarik nafas panjang"

Tetapi lain halnya dengan Aditya. Ia sudah tidak sabar, ia ingin menarik tirai penghalang ini. "Dit, nggak sekarang!"Ucapnya menahan Aditya.

"Seharusnya lo yang disana, Dit. Lo yang bisa nenangin Adeeva. tetapi lo telat. Dan lo nggak bisa aja masuk gitu aja"

Aditya hanya memejamkan matanya saat mendengar rintihan serta omongan Alex. Memikirkan segala kekhawatirannya dan berusaha memendam emosinya.

"Kumohon bantulah dirinya"Ucapnya dalam hati.

Satu menit.

Tiga menit.

"Jika kau mendengarkanku. Aku berjanji.."Lanjut Aditya berdoa.

"Kak Adit!!!"Teriak Adeeva terakhir kemudian anaknya. Ya, anaknya sudah mulai menghirup udara dunia. Ia menangis. Adeeva hanya bisa terdiam, ia tidak percaya. Dirinya bisa menyelamatkan cintanya.

Sementara saat Aditya mendengar namanya dipanggil Adeeva, ia terpinjat dan kembali membuka matanya. Ia mendengar Anaknya sudah menangis. Ia tidak percaya, apakah benar saat ini ia akan menjadi seorang Ayah?

"Aku harus meninggalkannya" Ucap Aditya dengan tiba-tiba membuat Alex kembali harus menampar pipi Aditya.

"Lo bodoh, Dit!"Teriak Alex.

"Kak Adit?"

Adeeva bisa mendengar tamparan yang baru saja terdengar. Dan ia terkejut saat mendengar suara Alex yang berada di balik tirai tersebut. Adityo dengan cepat menarik tirai itu.

"Adit" Ucap Adityo.

Aditya menghiraukan Adityo dan langsung berjalan menghampiri dokter yang datang bersama bayinya. "Siapa yang akan mengadzan—"

"Saya Ayahnya. Biar saya yang mengadzaninya,"

VIEWhere stories live. Discover now