VIE 66

571 47 1
                                    

"Saatnya kamu berjuang untuk kami, Kak"

Pagi harinya Adeeva sudah rapih. Ia menjadwalkan hari ini untuk pergi berlibur bersama Adityo. Adityo sudah beberapa kali mengajaknya untuk berlibur tetapi Adeeva selalu menolak tawarannya. Tetapi, hari ini ia sempatkan waktunya untuk Adityo Karena bagaimana pun Adityo baik sekali dengannya dan El.

"Jika memang Aditya masih jadi pengecut, maka aku akan memilih Adit yang lainnya untuk menjadi Ayah dari El, Lex"

Itulah yang sedari tadi memenuhi pikiran Aditya. Alex mendatanginya malam hari hanya untuk menyampaikan informasi yang membuatnya gundah sekarang. Sedari tadi Aditya hanya bisa mundar mandir memikir hatinya saat ini.

"Apa arti hati ini!" Ucapnya frustasi. Aditya terus menjambak rambutnya. Ia bingung harus menafsirkan apa arti hatinya ini.

Pengecut

Sudah tiga orang yang mengatakan hal yang sama. Dirinya pengecut. Memang. Aditya mengakui jika dirinya pengecut. Tidak berani menelaah hatinya lebih dalam.

"Baiklah"

Aditya mengeluarkan ponselnya lalu menekan tombol untuk menghubungi seseorang.

"..."

"Siapkan semuanya"

Adeeva tersenyum saat melihat Adityo sudah tiba di depan rumahnya. ia langsung mengambil tasnya dan menggendong El.

"Apa kita ingin pergi jauh? Aku hanya bawa beberapa baju itupun punya El"

"Lombok. Gak apa-apa. Kita bisa beli di sana"

"Kenapa kakak nggak bilang kalo mau ke lombok? Itu jauh banget. Dan kakak akan nyetir mobil sam—"

"Ayo cepet kita harus ke bandara"Potongnya lalu membuka pintu mobilnya dan mendorong Adeeva untuk masuk ke dalam mobil. Adeeva hanya bisa mengikuti apa mau Adityo.

Sampai di bandara, Adityo menghubungi supir pribadinya.

"Kak, kita liburan kenapa jauh banget sih? Kenapa kakak gak bilang dulu?"Tanya Adeeva kesal.

"Kalo aku bilang kamu nggak bakal mau liburan"Jawabnya lalu keluar dari mobilnya. Adeeva melihat supir pribadinya menghampiri Adityo lalu memberikan kunci mobil Adityo. Adityo berjalan dan membukakan pintu mobil untuk Adeeva.

Adityo mengambil barang-barang yang ada di mobil setelah itu ia langsung menarik tangan Adeeva untuk berjalan mengikutinya.

"Jangan kebanyakan bengong. Kalo kesambet bahaya"

"Ish."

Setelah check-in Adeeva langsung dipersilahkan duduk di bangku paling pojok. Sementara Adityo masih sibuk dengan perlengkapannya. Adeeva hanya melihat El yang masih tidur lelap di gendongannya.

"Nggak mabok, kan?" Ucapnya lalu duduk di samping Adeeva. adeeva hanya berdeham menjawab pertanyaannya tanpa menengok ke arahnya.

Adeeva merasa orang disebelahnya kembali berdiri. Adeeva hanya berdecak, kenapa sih Adityo selalu mundar mandir. Ini yang bisa bikin kepalanya pusing dan mual.

"Aku ke depan ya? Aku yang akan mengendarai pesawat ini" Adeeva langsung menengok ke arahnya lalu membulatkan matanya.

"Yaelah, biasa aja kali"Adityo mengusap wajahnya sambil tertawa.

"Emang kemana sih pilotnya?"

"Laper kayaknya"

"Ngaco."

"Yaudah aku harus ke depan. Kalo ada apa-apa panggil aja wanita-wanita cantik disana"

Adeeva hanya berdeham lalu Adityo tersenyum dan meninggalkan Adeeva. adeeva kembali merasakan betenya di dalam pesawat. Ia tidak ada teman berbicara disini. Anaknya benar-benar kebo sekali tidak bangun sama sekali untuk menemani Mamanya.

Sampai seorang pramugari datang dan memberikan minuman untuknya. "Maaf, saya ingin bertanya, memangnya pilot aslinya ini kemana ya sampai harus Adityo yang menggantikannya?"

Pramugari itu mengerutkan dahinya bingung, "Oh itu Pak Adityonya sendiri yang meminta untuk mengendarai pesawat ini. dengan alasan ada yang harus di jaga seperti itu Nona"

Kini Adeeva yang mengerutkan dahinya, "Baiklah, Terima kasih"

Tak terasa dalam tidurnya pesawat ini sudah mendarat. Ia melihat El yang sudah bangun dan sedang tertawa. Adeeva menyium kening El.

"Pinter, Anak Mama tidak rewel ya"

Ia melihat Adityo mendekat ke arahnya, "Ayo turun. Kita sudah tiba"

"Ih, El si jagoan udah bangun. Bobonya nyenyak? Nggak mabok dong ya, El?"Tanya Adityo.

Adeeva tersenyum melihat El yang begitu ingin di gendong oleh Adityo. "Eh, sini El sama Om. Dan Adeeva bawain barangnya ya. Gak berat kok. Lagi pula kita udah di jemput di sini"

Adeeva hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Adityo. Adityo memasuki mobil yang sudah menjemputnya lalu mobil itu melaju sampai tiba di salah satu hotel seperti perkiraan Adeeva.

"Mba, Dua kamar bersebelahan atau berhadapan juga tidak apa-apa"Pinta Adityo.

"Maaf Mas, hanya tersisa satu kamar"

"Coba di check lagi. Soalnya gak mungkin saya keluar lagi untuk cari hotel ini sudah larut"Ucap Adityo.

"Iya benar. Hanya ada satu kamar" Adityo melirik Adeeva. adeeva hanya mengangkat bahunya bingung.

"Kita mau satu kamar, Dev?"

"Loh, Mbak sama Masnya memangnya bukan suami istri? Justru ini yang tersisa kamar yang cukup besar. Bahkan untuk suami istri dan anaknya yang sedang liburan"

"Ada dua Kasur?"Tanya Adityo

"Tidak. Ini King bed. Untuk persediaan Kasur kami juga sudah habis"

"Jadi bagaimana? Untuk mau diambil?"

"Tidak baik sepasang laki-laki dan perempuan yang belum muhrim tidur berdua dalam satu ranjang" Ucap seseorang di belakangnya. Adeeva dan Adityo pun menengok ke belakang.

"Aku masih suami sahnya, Adeeva Shakila Afsheen"

VIEWhere stories live. Discover now