Adeeva kembali berterimakasih dengan Daffa. Entah lah orang ini selalu dikirim Tuhan dengan waktu yang tepat. Diperjalanan Adeeva terus berucap terimakasih sambil meneteskan air matanya. Daffa tidak membalasnya. Ia memfokuskan dirinya untuk mengemudi karena hujan ini menganggu dirinya menyetir. Daffa belum begitu lihai menyetir mobil dikala hujan.
Daffa memberhentikan mobilnya dirumahnya. Karena lokasi ini lebih dekat dengan rumah Daffa di banding Adeeva. Ia tidak ingin Adeeva jatuh sakit makanya ia lebih memilih membelokkan mobilnya ke rumahnya. baju Adeeva basah. Bahkan saat Adeeva berdiri jok mobil Daffa pun basah. Adeeva mengucapkan maaf sampai berkali-kali Daffa hanya tersenyum mengangguk. Daffa mendorong Adeeva untuk masuk kerumahnya.
"Ganti bajunya"Daffa memberikan satu stel baju dengan jilbabnya. Adeeva tidak meraihnya. Ia malah diam ditempat.
"Nanti sakit. Ini punya Delia. Gede kok bajunya". Daffa meraih tangan Adeeva lalu memberikan bajunya. Ia mendorong Adeeva untuk ke kamar mandi.
Setelah mandi Adeeva melihat Daffa sedang duduk diruang tamunya sendiri. Adeeva menghampirinya. Daffa menoleh lalu menepuk tempat duduk disampingnya.Adeeva menurut lalu duduk disampingnya.
"Minum"Suruhnya. Adeeva melihat cangkir teh hangat. Adeeva mengambilnya lalu menyesapnya sekali.
"Ibu mana Daf?" Tanya Adeeva melinguk mencari sosok ibunya Daffa.
"Tidur"Jawabnya. Adeeva hanya mengohkan jawaban Daffa.
"Apa yang dia lakukan sama lo?"Tanya Daffa menatap lekat bola mata Adeeva. Adeeva menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Adeeva! Tell me, what happen with you?"
"Nothing. I'm fine"
"Bullshit! Apa gue harus nonjok dia dulu baru lo cerita?"
Adeeva menggeleng dengan cepat. "Dia marah soalnya dia ditolak sama Luna".
"Terus?"
"Lo apa lo bilang gue nyetujuin permintaan lo? Gue gapernah mengangguk atau bilang iya"Kesal Adeeva mengingat jika Aditya juga marah akan hal itu.
"Lagian kenapa sih lo buat permintaan kaya gitu, Daf?"
"Gue udah bilang kan? Orangtua Aditya mau Aditya menikah dengan wanita yang seiman dengannya".
"Kenapa harus gue?!"Ucapnya kembali kesal dengan perkataan Daffa.
"Karena lo mencintai dirinya dengan tulus dan gue juga udah bilang dia bisa ngelindungi lo disaat gue ga ada".
"Lo bisa liat tadi, Daf? Itu maksud lo ngelindungin. Hah? Dia ngajak gue ngomong ditempat yang jauh. Dan gue gatau jalan pulang"Ucap Adeeva kembali dengan amarahnya.
Daffa menghela nafasnya lalu tersenyum sesekali."Lo yang pergi, Adeeva. Kalo lo ga pergi dia bakal nganter lo pulang. Lagian dia juga tadi nyari lo"
"Dia orang yang bertanggung jawab". Adeeva menutup telinganya. Ia tidak ingin mendengar segala ucapan tentang pembelaan terhadap Aditya.
Setelah Daffa diam akhirnya Adeeva melepas tangannya pada telingannya. "Lo gapernah ngerti, Daf. Lo ga denger apa yang ia ucapin tadi. Wajar kalo gue pergi".
"Dia emang brengsek, bodoh, jerk"
"Daf, gue lelah. Gue nyerah sama dia. Tolong, jangan paksa gue buat ketemu atau bersama dia lagi, gue mohon"Mohon Adeeva pada Daffa. Daffa menghela nafasnya.
"Lo gabisa nyerah".
"Bisa, Daf. Gue bakal mohon sama Luna buat mau nerima Aditya. Lagian luna kenapa bego sih ya? Udah tau dia cinta sama Kak Adit kenapa pake dilepasin begitu aja".
"Dia gamau lo terpuruk lagi Adeeva".
Adeeva kembali mengatur nafasnya. "Pokoknya besok gue bakal maksa Luna"
"Lo gaakan bisa. Lo tahu gak, Aditya itu hanya bertanya sekali saja jika ia menerima jawaban maka itu yang ia kunci sebagai jawabannya. Jika luna mengatakan tidak maka Aditya tidak akan bertanya lagi, Adeeva"
Adeeva semakin bingung mendengar ucapan Daffa. Ia harus bagaimana untuk bisa membuat Aditya bahagia?
Adeeva menjambak kerudungnya. Ia bingung harus melakukan apa.
"Gue harus bagaimana, Daf!"
"Lo gak harus gimana-gimana".
"Daf, gue serius"
"Adit udah nentuin tanggal pernikahannya". Adeeva terkejut. Nafasnya seakan ingin berhenti. Matanya tidak menatap Daffa lagi. Bola matanya mulai membuyar seperti bayangan. Adeeva terus mencerna dan menstabilkan pandangannya.
"Adeeva, lo baik-baik aja?"Tanya Daffa khawatir. Adeeva mengangguk lalu tersenyum menatap Daffa kembali.
"Daf, gue gabisa. Gue gabisa ngelanggar janji gue"
"Janji apa?"Daffa mengerutkan alisnya.
"Janji untuk tidak menikah dengan Direktur". Daffa tertawa mendengarnya.Adeeva bingung mendengar ucapan Daffa. Rasanya ingin pingsan mendengar tawa Daffa. Matanya sudah makin berbayang. Ia sesekalinmenutup matanya menstabilkan pandangannya.
"Aditya bukan direktur. Dia pemilik perusahaannya"
Adeeva langsung memejamkan matanya mendengar ucapan Daffa. Daffa yang melihat wanita disebelahnya jatuh terbaring disofa terkejut dan panic. Ia membenarkan posisi Adeeva. Daffa seolah mengerti dengan kondisi Adeeva ia shock mendengar ucapannya. Ia membiarkan Adeeva untuk tidur dalam pingsannya. Membiarkannya istirahat.
Daffa menghubungi Orangtua Adeeva memberi kabar jika Adeeva kemungkinan tidak pulang karena cuaca hujan yang terus menggenangi bumi. Orangtua Adeeva sempat ragu untuk memberi izin tetapi Daffa meyakinkan jika dirinya dirumah tidak sendiri. Ia bersama orangtua dan Delia. Ia juga tidak mungkin melakukan hal aneh dengan seseorang yang tidak ia cintai. Ia juga tidak mungkin melakukan hal itu sebelum menikah.
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...