Sejak saat itu Adeeva sedikit lega karena dirinya bisa sedikit melupakan masalahnya dengan Aditya. Walau terkadang dirinya kembali teringat dengan masalahnya.
Tetapi, ia kembali terganggu pikirannya dengan ucapan dan perkataan misterius yang dilontarkan Fandy. Rasanya sangat tidak mungkin ia sangat ingin tahu apa yang sedang pria itu simpan. Ia harus sadar akan dirinya saat ini yang sudah terikat dengan Aditya.
Adeeva mendengar pintu rumahnya terketuk ia segera menghampiri dan membukakan pintunya.
"Bunda"
Adeeva mencium punggung telapak tangan mertuanya. Ia langsung tersenyum lebar karena bundanya membawa cucu yang lucu ini. Adeeva langsung meminta izin untuk menggendongnya.
"Masuk bun"
Adeeva mempersilahkan Bundanya untuk masuk kedalam rumahnya. "Bunda ingin minum apa?"
"Tidak usah, Bunda hanya ingin menitipkan Revano disini"
"Loh memangnya bunda mau kemana?"
"Bunda ingin menemani Dila buat cek kandungannya. Sebentar aja kok"
Adeeva mengangguk lalu tersenyum senang melihat baby mungil berusia satu tahun ini yang berada di gendongannya. "Dengan senang hati bun"
"Yasudah bunda langsung berangkat"
Adeeva mengantar bundanya sampai depan pintu rumahnya. "Adeeva, bunda sedikit takut sama pernikahan kalian. Bunda ingin sekali menimang cucu yang sangat lucu lucu seperti Revano"
Adeeva tersentak hatinya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ingin sekali jika dirinya menceritakan segalanya kepada bunda.
"Maaf, jika kamu tidak keberatan nanti biar bunda antar kamu cek kesuburan"
Hatinya kembali tergores. ingin ia berteriak saat ini jika suaminya belum bisa menerimanya. Bukan dirinya tidak subur. Adeeva hanya menundukkan kepalanya tanpa menjawab perkataan bundanya.
"Secepatnya bunda antar ya. Jika memang kamu tidak bisa mengandung. Maka—"
Adeeva berusaha menahan segala kesedihannya. Ia tahu jika bunda ingin mengatakan hal sangat menyakiti hatinya bukan hanya hatinya tetapi harga dirinya.
"Tapi, apa kamu dari keluarga kamu ada keturunan hm.. Kamu tahu ya apa yang bunda maksud. Karena bunda sangat percaya sekali dengan Aditya jika ia normal"
Adeeva memejamkan matanya menghela nafasnya panjang berusaha untuk kuat dan menjawab segala pertanyaan ibu mertuanya.
"Maaf sebelumnya bunda jika saya sedikit tidak sopan. Pertama, Alhamdulillah keluarga saya juga normal bunda. Tetapi jika bunda penasaran dengan diri saya siap untuk melakukan pengecekan apa yang bunda mau. Saya juga sama seperti bunda ingin sekali menimang anak. Apalagi anaknya selucu revano. Jika nanti memang tesnya saya tidak bisa memberikan anak. Saya siap untuk diceraikan oleh Kak Adit, anak bunda. Mungkin memang saya bukanlah orang yang akan menemani Kak Adit sampai akhir hayat"
Bunda tersenyum sekilas lalu memegang pipi Adeeva. Adeeva tak kuasa menahan kesedihannya. Ia langsung mengeluarkan air matanya.
"Bunda percaya. Hanya saja bunda penasaran. Jangan menangis ah nanti Revano bangun loh"
Adeeva menghapus air matanya lalu tersenyum sendu. "Bunda jalan ya. Assalamualaikum"
Bunda langsung meninggalkan Adeeva. Adeeva menghela nafasnya panjang lalu memasuki rumahnya. ia menaruh Revano di sofanya. Karena ia takut jika ia ditaruh di kamar yang berada diatas jika bangun ia akan turun ke bawah. Terlebih lagi Adeeva harus menyiapkan makanan untuk Aditya pulang.
Terdengar suara tangisan dari ruang tamu. Adeeva langsung membereskan segalanya yang ada didapur. Ia beralih ke ruang tamu untuk menengok Revano. Adeeva sedikit kelagapan karena sedaritadi Revano menangis. Ia sudah mengecek pakaiannya apakah ia pup atau digigit semut tetapi tidak. Adeeva memberikan susu yang tadi di bawa bunda tetapi Revano juga menolaknya.
"Hai, Revano kenapa sayang? Tante Adeeva tidak tahu kamu mau apa. Kamu jangan menangis dong. Cup cup cup"
Adeeva mendengar ketukan pintu. Ia langsung menggendong Revano dan membukakan pintu tersebut.
"Assalamualaikum"
Aditya langsung memasuki rumahnya tanpa menunggu jawaban Adeeva. "walaikumsalam kak"
"Makan dulu kak. Aku sudah siapkan"Ucap Adeeva sambil terus mendiamkan Revano yang masih terus menangis.
"Ck! Kenapa Revano disini? Kemana ibunya sih" Ucap Aditya kesal.
"Ibunya cek kandungan kak"
"Diemin"Pekik Aditya langsung ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya. Adeeva sedikit terkejut dengan tanggapan Aditya. Kembali Adeeva memikirkan apakah dirinya kembali salah ucap?
Revano terus saja menangis. Ia tidak tahu harus bagaimana. Sudah beberapa kali ia mengasihkan susu formula itu tetapi Revano terus saja menolaknya.
"ADEEVA! BISA DIDIAMKAN ANAK ITU? BERISIK SEKALI!" Bentak Aditya. Adeeva menoleh lalu sedikit menutup telinga Revano agar tidak terdengar bentakan Aditya. Biar dirinya saja yang mendengar. Ia tidak ingin bayi tak berdosa ini juga terkena bentakan dari Aditya.
"Maaf kak"
Aditya kembali membanting pintunya. Adeeva meneteskan air matanya. Tanggapan Aditya sangatlah buruk. Sepertinya ia sangat tidak menyukai tangisan anak bayi. Bagaimana jika dirinya mengandung anaknya? Apa ini juga yang akan dia rasakan? Jika memang iya Adeeva samasekali tidak bisa menerimanya.
"Revano diam ya sayang. Nanti Om Aditnya marah sama kita lagi. Tante gak mau revano dimarahi. Jadi, kamu diam ya sayang. Kamu mau apa?"
Adeeva terus menghubungi ibu Revano ia tidak tahu apa yang Revano inginkan saat lagi menangis. Ia kembali teringat saat itu saat dimana Mama Adeeva menyusui anak dari tante Adeeva. Saat itu juga Anak itu menangis tetapi saat disusui Mamanya anak itu terdiam dan kembali tertidur.
Walaupun sedikit takut dan menimang nimang apakah ia harus menyusui Revano saat ini agar ia terdiam? Apakan sumber susunya akan meresponnya? Terlebih lagi Adeeva belum mempunyai anak.
"Ck! Kerjaan gak bisa kelar disini. Gue paling muak denger suara anak bayi nangis"
Adeeva langsung mengembalikan posisinya ia terkejut dengan Aditya yang sudah membawa tas kerjanya dan mengganti pakaiannya dengan rapih. "Kak Adit mau kemana? Aku sudah masak"
"Urusin aja tuh bayi. Aku mau keluar"
Adeeva bangkit dari tempat duduknya ingin menghampiri Aditya. Tetapi Aditya memintanya untuk tetap ditempat.
"Jangan disusuin. Nanti lo bisa hamil. Gue gak mau ngurusin bayi"
Adeeva kembali diam seketika. Rasanya tubuhnya ingin digantung saja. Mendengar ucapan Aditya membuat Adeeva semakin kacau. Aditya langsung berlalu meninggalkan rumahnya. Adeeva kembali meneteskan air mata lalu menatap Revano yang diam seketika.
Adeeva membenarkan bajunya mungkin karena bajunya sedikit terlihat membuat Aditya langsung menembakan kata-kata tersebut. "Jika nanti aku bakalan hamil anak kamu juga aku yang akan tanggung jawab mengurusinya kak. Aku berjanji"
Adeeva tersenyum sendu ia baru teringat waktu itu saat ibunya menyusui anak tantenya itu tidak lama kemudian ibunya hamil juga tetapi masa ia hanya karena menyusui tanpa melakukan hal itu bisa menghasilkan bayi mungil?
"Semoga nanti anak tante mirip sama revano ya"Ucapnya menatap Revano sendu lalu mencium kening revano.
Maaf ya temen-temen segini dulu aku sharenya. kebetulan ini juga disempetin buat next chapternya kalo banyak waktu pasti aku next kok tapi kalo gak bisa maaf ya;((( terutama yang setia banget baca VIE. Jangan bosan untuk membaca dan menunggu aku buat next ya temen-temen hehehe luy youuuu semuaaaaa. apalagi buat yang ngevote sama setia ngecommentt luv luv luv
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...