VIE 39

500 27 2
                                    


Adeeva terkejut melihat mobil Aditya sudah berada didepan kantornya. Baru sekali ini Aditya menunggunya. Ada apa? Adeeva mengerutkan dahinya. Ia berjalan menuju mobil Aditya.

Adeeva mengetuk kaca mobil tersebut. Aditya membukakan pintu mobilnya. "Naik"

Adeeva terdiam sambil bertanya. Tanpa menunggu lama Aditya mendorong Adeeva untuk memasuki mobilnya. Adeeva tersungur lalu masuk kedalam mobil tersebut. Ia menampilkan raut wajah kesalnya. Ia mengalihkan pandangannya pada jendela mobil.

"Tadi meeting?"Tanyanya tanpa menoleh menatap Adeeva.

"Iya"

"Berdua?"

"Tidak"

Adeeva semakin bingung ada apa sebenarnya? Mengapa Aditya jadi seperti ini?

"Bukan dikantor?"Tanyanya kembali tetap focus ke jalan.

"Dikantor"

"Di restaurant?"

"Kak Adit ada disana? Tadi aku membahas project. Sebelum itu aku meeting dikantor. Dia rekan kerjaku, And—"

"Aku gak peduli". Potong Aditya dengan dingin. Adeeva ingin menjelaskannya karena merasa tidak enak. Terlebih lagi ia masih isteri sahnya Aditya. Tetapi Adeeva ingin menjerit. Jika Aditya yang ada diposisinya apa dirinya akan marah? Tidak. Tetapi yang adeeva pikirkan saat ini apa Aditya sedang kesal?

"Dengar Adeeva. Aku sudah pernah bilang bukan aku bersyukur saat ada pria yang mau sama kamu".

Adeeva kembali terdiam. Ia memilih untuk menahan emosinya yang kembali ingin memuncak. "Tapi, kamu harus sadar diri. Kamu ini siapa!" Ucapnya dengan sedikit meninggikan suaranya. Adeeva mendengarnya hanya memejamkan matanya.

"Kamu itu masih isteri Aditya. Siapa nama pemimpin perusahaan kamu?"Tanya Aditya kemudian melirik Adeeva yang masih terdiam.

"Adeeva, jawab!"

"Revan Faj—"

"brengsek, Revan!" Adeeva kembali takut melihat Aditya memukul stir mobilnya. Dengan tiba-tiba Aditya melajukan mobilnya dengan kencang. Adeeva hanya berdoa semoga dirinya dan Aditya selamat dari kegilaan Aditya.

"Harus istri gue yang ngurusin administrasi ke lapangan!"Bentakknya membuat Adeeva tersadar lalu menoleh ke Aditya yang sedang memegang ponselnya. Adeeva melihat Aditya melepaskan kacamatanya dan rahangnya mengeras. Adeeva ingin sekali menengangkan Aditya tetapi ia takut jika dirinya kembali terkena cacian dan makian dari Aditya.

"Brengsek lo! Lo pikir dia jablay yang bisa menarik rekan kerja lo"Adeeva meringis mendengar ucapan Aditya. Adeeva bingung dirinya sedang dibela atau dihina. Apa harus kata-kata itu yang mencerminkan dirinya? Adeeva meneteskan kembali air matanya.

"Seberapa kaya dia! Sampai dia mau istri gue yang jadi babunya! Bilang sama rekan kerja lo yang sok kaya itu. Biar gue bayar pekerjaan istri gue. Dia gak usah kerja lagi"

Adeeva terus mendengar ucapan kasar yang diucapkan Aditya. "Apa?! Lo bilang perusahan gue sama usaha batu baranya gak sebanding?!"

Adeeva mulai mengerti pembahasannya. Seperti yang ia kira Aditya sedang berbicara denga revan dan ingin membicarakan soal Andy dan dirinya? Tetapi Ada apa? Adeeva hanya bekerja tidak ingin macam-macam.

"Ck, Jerk! Jika dia macam-macam maka lo orang pertama yang akan gue hancurkan, Revan" Aditya memutuskan sambungan teleponnya lalu melempar ponselnya ke depan.

Adeeva tetap terdiam tanpa bersuara. Adeeva bersyukur akhirnya ia berhenti di depan rumahnya. Aditya turun terlebih dahulu tanpa mempedulikan Adeeva. Adeeva menghela nafasnya kasar. Haruskan ia pulang ke sini seperti ini lagi? Dengan berat hati ia turun dari mobil dan memasuki rumahnya.

VIEWhere stories live. Discover now