VIE 65

591 43 1
                                    

"Aku mohon jauhi aku dan anakku, Kak. Jangan pernah beri kami harapan jika nantinya harapan itu akan kakak hancurkan lagi"

Anak Adeeva

Anaknya

Tapi..

Dia, Anakku Juga!

Itulah yang sedari tadi Aditya pikirkan. Kali ini ia hanya bisa melamun di meja kantornya tanpa melanjutkan tugasnya. Ia sudah cancel meeting selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu Aditya hanya bisa melamun. Ia tidak ingin di ganggu siapapun saat ini.

Sampai ia harus mengunci pintu ruangan kerjanya di kantor. Ia berangkat pagi hari lalu pulang dini hari juga. Itulah sebabnya banyak karyawan bingung. Ada apa dengan bosnya.

"Tidak bisa, Tuan Aditya tidak ingin diganggu"Ucap seorang wanita yang notabennya sebagai sekretaris Aditya.

"Tapi, ini penting. Tolong panggilkan Aditya" Ucapnya dengan ngotot. Sekretaris itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tidak bisa, Nona. Maaf"

"Saya mohon—"

"Ada apa, Tik?" Potong Alex saat melihat keributan di depan ruang kerja Aditya.

"Begini Tuan Alex, Nona ini memaksa saya untuk memanggil Tuan Aditya. Tuan Aditya tidak ingin di ganggu oleh siapapun"

Alex hanya mengangguk, "Anda siapa?"Tanya Alex kepada seorang wanita di depannya.

"Aku Fani. Temannya Novy. Aku Cuma mau bertemu dengan Aditya. Ada yang harus aku bicarakan tentang Novy"

"Memangnya Ada apa dengan Novy?"

"Aku hanya akan memberitahukannya sama Aditya, Maaf"

"Begini, aku jelaskan ya. Untuk saat ini Novy pun tau kalo Aditya sudah punya Istri. Jadi, Aditya bukan lagi harus bertanggung jawab sama siapapun kecuali Istrinya. Aditya hanya bisa bertanggung jawab atas Istrinya. Lagipula Novy bukan siapa-siapa Aditya. Sudah cukup jelas bukan?"

"Tapi ini penting. Anda tidak akan mengerti"

"Kau keras kepala ya, Nona"Geram Alex dengan meninggikan suaranya yang membuat pintu ruang kerja Aditya terbuka.

"Ada apa ini?"Tanya Aditya dengan wajah lemas. Alex yang melihatnya hanya bisa melotot melihat sahabatnya yang seperti tengkorak hidup

"Aditya"

Aditya menengok lalu melihat wanita yang memanggilnya. "Fani. Ada apa?"

"Kita harus berbicara"

"Ini soal Novy. Urgent"Lanjut Fani dengan muka panik.

Alex hanya memandang Aditya. Ia memandang dengan tatapan penuh arti. Aditya bisa melihatnya. Kemudian, Aditya melihat kepanikan muka Fani. Ia pun menghela nafas.

"Baiklah, Masuk" Aditya mendahului sambil memegang kepalanya. Karena ia merasa kepalanya sangat pusing saat ini.

"Biarkan aku ikut"Ucap Alex tetapi Fani menahan lalu memohon. Ia harus berbicara hanya berdua dengan Aditya. Alex hanya bisa berdecak kesal saat melihat Fani menutup pintu kerja Aditya.

Aditya menduduki bangku kerjanya lalu menopang kepalanya. Sementara Fani mengikuti lalu duduk dihadapannya.

"Kamu pucat sekali, Kak Adit. Apa kakak sedang sak—"

"Bicarakan apa yang ingin kamu bicarakan, Nona Fani"Ucapnya dingin.

"Tapi bagaimana bisa—"

"Jika kau hanya ingin mengomentari saya, lebih baik Anda keluar"Kembali ucapnya pelan tetapi menusuk.

VIEWhere stories live. Discover now