VIE 26

452 22 7
                                    

"Kak, jalanin mobilnya"Pinta Adeeva memelas. Sudah sepuluh menit mobilnya juga tidak bergerak. Bahkan orang-orang juga sudah mengetuk kaca mobil Aditya.

"Jawab gue!"

"Jalanin dulu mobilnya kak. Kakak gak malu diteriaki begitu?Hah?!"

"Adeeva!"Bentaknya lagi. Adeeva memejamkan matanya. Menahan rasa sakit saat dirinya tiap kali dibentak oleh Aditya. Perilaku Aditya saat bersamanya sangat berbeda jauh dengan perilaku Aditya dengan Luna maupun Novy.

"Aku sudah menjawabnya kak. Aku gak bisa"Jawab Adeeva.

"Kalau begitu, kita biarin mobil ini gak jalan sampai kapanpun. Biarin kita ditabrak. Gue gak peduli!"

"KAK!"Teriak Adeeva frustasi. Rasanya ingin sekali Adeeva menggeret Aditya untuk berpindah posisi tempat duduk. Tetapi Adeeva belum bisa untuk menjalankan mobil di jalan besar seperti ini.

"Gue maksa lo buat nikah sama gue!"

Adeeva menggeram. "Ya, baiklah. Kakak memaksa bukan? Jalankan mobilnya!"

Aditya tersenyum sinis lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia kembali menjalankan mobilnya. Diperjalanan kami saling berdiam diri. Adeeva merutuki ucapannya tadi. Ia menyetujuinya. Ia siap untuk masuk ke kandang buaya.

Aditya ini ternyata pemaksa. Bahkan jika dibandingkan dengan Daffa pria ini lebih seram untuk memaksa. Adeeva sama sekali tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan Aditya tadi.

Saat sampai di butik yang sudah terlihat dari kaca jika butik ini butik berisi gaun pengantin. Bukan butik yang berisi batik. Adeeva semakin takut untuk melakukan fitting baju. Ia takut keputusannya yang ia ambil ialah salah. Adeeva hanya bisa pasrah dan berserah diri pada Tuhan.

Adeeva memilih berjalan dibelakang Aditya. Jika ia berjalan disamping Aditya ia merasa tidak pantas untuk berdiri disamping seorang Aditya Naufal Faustin. Terlebih lagi saat ini ia mengenakan pakaian yang begitu classy meskipun hanya menggunakan jaket kulit berwarna Navy dengan T-shirt lalu celana panjang berwana cokelat muda.

"Tolong carikan gaun pengantin yang cocok dengan dirinya. Saya menyerahkannya pada kalian"Ucap Aditya. Adeeva menunduk. Semua karyawan melirik dirinya.

"Gue gak bisa lama-lama. Lo pulang sendiri"Suruh Aditya sebelum berlalu dari hadapan Adeeva. Adeeva tersenyum kecut.

Ini awalan yang begitu manis

Ia bisa merasakan hatinya kembali tergores begitu tajam. Yang ia takutkan mulai muncul. Adeeva ingin sekali mengeluarkan amarah dan air matanya tetapi ia selalu ingat dengan ucapan Daffa. Ia harus bisa menjaga air matanya.

Adeeva ingin menyudahi ini semua tetapi apa yang akan Aditya lakukan pada dirinya? Saat Adeeva enggan menerima pernikahan ini Aditya sudah berbuat yang begitu mengerikan. Apalagi jika ia menolaknya saat ini? Ia menolak dipakaikan gaun pernikahan ini.

"Nona, mari saya carikan baju yang cocok buat Nona"

Adeeva menggeleng. "Enggak perlu, Mba. Saya tidak jadi saja" kemudian Adeeva tersenyum pada pegawai yang sudah menawarinya baju pengatin.

"Saya permis—"

Adeeva belum melanjutkan perkataanya. Ponsel adeeva bordering dengan kencang. Ia melihat nomer yang tidak dikenal menghubungi dirinya. Dengan sedikit kesal ia menerima panggilan itu.

"Hal—"

"Jangan mencoba buat pergi dari butik!"

"Ingat, Gue selalu memegang ucapan orang lain dengan genggaman tangan gue. Jika lo berbuat macam-macam liat—"

Adeeeva mengenali suara ini. Suara tajam dan mengancamnya Aditya. Belum sempat ia melanjutkan ucapannya Adeeva memilih untuk mematikan ponselnya. Ia sedikit meremas ponselnya. Masa bodo dengan ponselnya yang akan rusak.

"Mbak, ayo kita cari bajunya!"Ucap Adeeva dengan kesal. Pegawai itu sedikit bingung lalu menganggukkan kepalanya.

Beberapa pegawai sudah memberikan gaun yang begitu mewah. Adeeva tidak bisa menemukan gaun yang sesuai dengan hatinya. Gaun ini terlalu ribet dan berat. Jika dilihat dari tampilannya pun gaun ini pasti terlalu mahal. Adeeva juga tidak menyukai keribetan gaun ini.

Adeeva memilih untuk mencari sendiri gaun itu dan menyuruh beberapa pegawai untuk duduk saja atau kembali bekerja. Ia melihat gaun cantik berwarna peach dan toscha. Gaun inisangat sederhana tetapi begitu elegant. Walaupun sedikit pernak Pernik tetapi gaun ini begitu cantik.

Adeeva mengulum senyumnya lalu menyerahkan kedua gaun sederhana itu pada pegawai. Awalnya para pegawai menyuruhnya untuk mencari gaun yang mewah. Tetapi adeeva menggeleng. Mau tidak mau pegawai ikut dengan pilihan Adeeva.

"Bayarnya gimana?"Tanya Adeeva bingung.

"Biar saya yang bayar aja"Adeeva mengeluarkan ATMnya lalu memberikannya pada penjaga kasir itu.

"Tidak, Nona".

"Kenapa?"

"Butik ini milik Ibunda Tuan Aditya"Adeeeva terkejut. Pantas saja saat Aditya tiba para pegawai langsung berkumpul dan mendengarkannya.

Adeeva terus memaksa tetapi para pegawai tetap pada pendiriannya. Akhirnya Adeeva nyerah dan kembali kerumah.

VIEWhere stories live. Discover now