VIE 35

488 19 2
                                    

Adeeva melihat seseorang yang sangat ia rindukan lalu memeluknya erat. Ia terus menangis di bahunya.

"Daf, aku gak kuat. Aku nyerah" Ucapnya sambil terus menangis di pelukkannya. Daffa terus menenanginya tanpa berbicara. Ia membiarkan Adeeva menangis sampai puas di pelukannya. Sudah tiga puluh menit Adeeva tidak melepaskan pelukkannya. Daffa sudah tidak mendengar tangisannya lagi. Daffa melirik Adeeva. Ia sepertinya terlalu lelah.

Daffa menggendong Adeeva yang telah terlelap lalu membawanya ke rumah Mama Adeeva.

"Dia bodoh karena menyia-nyiakan dirimu, Adeeva"

Setelah menjelaskan semuanya pada orangtua Adeeva. Orangtua Adeeva paham. Adeeva butuh ketenangan. Daffa meninggalkan rumah orang tua Adeeva.

Aditya langsung memasuki rumahnya tanpa menunggu lama. Ia langsung mengetuk pintu kamar Adeeva. Adeeva tidak menjawabnya.

"Adeeva"

Aditya terus memanggilnya. Tetapi pintu itu tidak dibukakan oleh Adeeva. Aditya sedikit geram.

"Adeeva buka pintunya! Atau gue dobrak"

Adeeva tidak menjawabnya. Dengan kesal ia membuka kenop pintunya dan pintu itu terbuka. Pintu ini tidak terkunci. Aditya memasuki kamarnya melihat pakaian yang sepertinya yang ingin dia pakai hanya tergeletak di kamarnya. Kamar ini sangat wangi dengan wangi bayi.

Aditya terus menghirup wangi nyaman ini di dalam kamar Adeeva. Rasanya disini begitu nyaman baginya. Aditya terus mencari keberadaan Adeeva. Ia mengetuk pintu kamar mandinya. Tetapi Adeeva tidak menjawab membuat Aditya kesal lalu mendorong pintu tersebut. Tidak ada orang.

Aditya semakin panic dan gusar. Kemana Adeeva pergi? Kapan dirinya pergi? Aditya langsung berlari menuju garasi rumahnya. ia tidak melihat motor Adeeva. Aditya berdecak kunci mobilnya tertinggal di kamar Adeeva. Ia langsung berlari menuju kamar Adeeva. Saat ia ingin keluar dari rumahnya. ia melihat Daffa yang sedang memandangnya tajam.

Aditya menghampiri Daffa. "Daf, gue tahu pasti lo tahu dimana Adeeva. Kasih tau gue dimana dia!"Ucapnya dengan gusar.

Daffa menonjok perut Aditya. Aditya kaget dan meringis. "Itu buat lo yang udah ngebiarin Adeeva keluar rumah malam hari"

Daffa menonjok pipi Aditya. Aditya diam menerima perlakuan Daffa. "Itu buat lo yang udah bikin dia nangis sepanjang hari dan matanya sembab seketika"

Daffa kembali ingin menonjok Aditya. Aditya sudah siap menerima tonjokan Daffa tetapi Daffa mengurungkan niatnya. "Gue mohon lo sadar sedikit, Kak! Dia mencintai lo. Dia sayang sama lo! Perlakuin dia semestinya kak"

"Lo tahu seberapa pentingnya dia buat gue? Dia penting sekali kak. Kalo sampai tadi dia diperlakukan oleh orang jahat gue bakal buat lo mati sekalian. Gue gak peduli! Dan untungnya gue punya firasat gak enak saat itu. Dan benar gue ngeliat dia nangis. Dia gak peduli nangis dimanapun. Dia seperti Adik gue sendiri kak. Gue mohon jangan sakiti dia lagi" Mohon Daffa.

"Dimana dia?" Daffa diam tidak menjawab.

"DAFFA! Lo nyuruh gue buat jaga dia sekarang. Dan gue Tanya dimana dia!"

"Lebih baik lo pulang. Biarin dia nenangin dirinya" Aditya menggelengkan kepalanya sambil meringis kesakitan akibat pukulan Daffa.

"Pulang, Dit. Gue tahu dia gak bakal mau dibujuk jika lo membawanya pulang. Biarin dia tenang dulu". Daffa membopong Aditya untuk masuk kedalam rumahnya kembali.

Aditya memilih untuk berdiam diri. "Jangan hubungi dia dulu. Karena jika lo melakukan itu akan sia-sia".

"Dit, tiga hari lagi gue tunangan. Lo dateng ya?"Tanya Daffa. Aditya seketika menarik kerah baju Daffa.

"Gue tahu sekarang lo mulai peduli sama dia"Aditya melepaskan pegangannya.

"Gue tunangan sama Nada. Bukan Adeeva Shakila Afsheen. Santai, dia adik gue"

"Gue harap lo dateng. Gue balik ya? Bersihin luka lo kak. Maaf ya"Daffa meninggalkan Aditya yang terus terdiam. Ia memilih untuk kembali ke kamarnya dan mengobati lukanya.

VIEWhere stories live. Discover now