VIE 37

471 24 1
                                    

"Kau berubah, ya?" Adeeva menyeritkan alisnya bingung.

"Andy?"Adeeva kembali memastikan. Orang itu menganggukan kepalanya dengan cepat. Adeeva sangat pangling sekali melihat penampilan Andy saat ini. ia menggunakan jas yang sangat rapih dan Adeeva juga melihat dirinya semakin bisa merawat dirinya. Makin tampan.

Adeeva tidak habis pikir Andy bisa mengingatnya. Padahal, bagi dirinya Adeeva sama sekali tidak berubah apalagi semakin cantik itu sangatlah tidak terlihat dari dirinya.

"Adeeva?"

"Kamu disini rupanya"Ucap Daffa. Daffa tersenyum pada Andy.

"Kamu mengenalinya juga?"Tanyanya Adeeva mengangguk.

"Dunia ini sempit sekali ya"Balas Daffa sambil tertawa.

"Arnaf ini sahabat gue waktu SMA. Dia sekarang jadi pengusaha batu bara loh, Adeeva. This is your—"

"Daffa lo bawel banget ya!"Kesal Adeeva. Arnaf hanya mengerutkan dahinya. Ia sangat penasaran dengan lanjutan dari perkataan Daffa.

"Siapa yang manggil gue?"Alih Adeeva dengan wajah kesal. Daffa terbahak-bahak melihat Adeeva ia menyubit pipinya. Arnaf tertawa sekilas.

"Tuh"Tunjuk Daffa. Adeeva menghela nafasnya kembali. Arnaf mengikuti arahan Daffa. Ia sama seklai tidak tahu siapa yang Daffa tunjuk. Arnaf tidak memikirkan hal tersebut.

"Gue duluan ya"Adeeva langsung meninggalkan Daffa dan Arnaf. Ia langsung menghampiri seseorang yang sedang sedikit begitu gusar.

"Ada apa kak?"Aditya menolehkan kepalanya dan memutar badannya. Ia menghela nafasnya lega akhirnya ia menemui Adeeva.

"Gue nyariin lo"Ucapnya dengan nada sedikit kesal.

"Maaf kak"balas Adeeva singkat.

"Lo kemana tadi? Ponsel lo gak lo bawa?"

Adeeva menunjuk meja prasmanan lalu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Aditya menganggukkan kepalanya mengerti. Aditya kembali terdiam. Adeeva menghela nafasnya. Ia ingin mencari teman ngobrol. Saat ingin melangkahkan kakinya. Tangannya ditahan oleh Aditya.

"Laper?" Adeeva menggelengkan kepalanya.

"Disini saja"Perintahnya lalu menggenggam tangan Adeeva erat. Adeeva tidak enak seperti ini. rasanya ia tidak pantas berada disisinya.

"Mending lo gue fotoin!"Ucap Dika yang datang menghampiri mereka.

"Sumpah, lo serasi banget. Janjian lo ya bajunya?"

Adeeva membulatkan matanya seakan tidak terima mendengarnya. Apa-apaan dia. Apa dia juling?

"Dit, bergaya dong kaya biasa. Jangan jaim. Satu.. Dua.. tigaa" Aditya tersenyum lalu tangannya merangkul Adeeva. Adeeva menoleh dengan muka polosnya lalu dipotret dengan Dika.

"KAK DIKA! AKU BELUM SIAP. YAH KOMUK UDAH"Kesal Adeeva langsung menghampiri Dika dan ingin mengambil ponsel Dika. Tetapi Dika menyimpan ponsel itu dalam genggamannya erat.

"Kak please delete"Pintanya memelas. Dika malah tertawa terbahak-bahak lalu menjitak kepala Adeeva. Adeeva meringis lalu mengejar Dika yang berlari tetapi tangannya kembali ditahan.

"Biarin aja"Tahan Aditya. Adeeva kembali bungkam lalu menuruti perkataan Aditya. Aditya menarik tangan Adeeva untuk mendekat ke acara pemakaian cincin pertunangan. Adeeva terhuyung lalu mengikuti langkah lebar Aditya.

"Temani gue disini. sebentar lagi kita pulang"

Adeeva hanya terdiam tanpa menjawab. "Mau pulang kerumah?" Tanya Aditya kembali. Adeeva tetap terdiam.


"Adeeva, jawab"Pintanya tanpa meninggikan suaranya.

"Lo masih mau dirumah Mama?"Adeeva menggangguk cepat. Aditya tersenyum sekilas. Adeeva terkejut melihat senyuman Aditya yang baru pertama kali ia lihat. walau sedikit memaksa tetapi berhasil membuatnya terpana

"Kalo gitu gue minjem baju sama Daffa"


Adeeva mengerutkan dahinya seraya bingung. Aditya menghela nafasnya. "Gue akan ikut menginap. karena dimanapun isteriku berada maka disitulah harusnya aku berada" Aditya tersenyum lalu berlalu. Adeeva terkejut dan mulai berharap kembali kepada Aditya. tetapi, ini tidak boleh terjadi lagi. Adeeva tidak ingin kembali disakiti dan Adeeva tidak ingin melakukan hal gila seperti menangis dipinggir jalan. Semua yang dikatakan Aditya kali ini membuat kata-kata itu kembali melekat dan akan selalu teringat dalam memorinya.




VIEWhere stories live. Discover now