Bagi Adeeva didiami adalah hal biasa untuk kehidupannya saat ini. tak terasa pernikahannya dengan Aditya sudah satu bulan lamanya. Dan satu bulan itulah dimana ia merasa dirinya tidak terlihat oleh Aditya. Karena sudah terbiasa Adeeva menanggapi hal tersebut hanya bisa mengelus dadanya agar selalu tenang.
Jika ia memilih menyudahi hubungan ini apa kata orang tuanya?hubungannya baru seumur jagung dengan Aditya. Oleh karena itu ia memilih untuk sabar. Daffa sesekali menghubunginya. Ia memaklumi Daffa karena saat ini Daffa sudah mulai sibuk dengan segala cita-citanya. Adeeva memilih untuk memendam semua yang ia rasakan. Ia tidak mau semua orang tahu jika hubungan pernikahannya dengan Aditya tidak semulus cerita yang Adeeva rangkai.
Adeeva selalu merangkai cerita demi cerita jika ia berhadapan dengan orangtuanya, temannya, ataupun dengan Daffa. Daffa selalu mengkhawatirkan keadaannya. Adeeva selalu menutup ceritanya dalam-dalam. Ia sama sekali tidak ingin Daffa sampai tahu hal ini.
Seperti biasa. Setiap pagi Adeeva bangun lebih awal untuk mempersiapkan segalanya. Baik untuk sarapan, membersihkan rumah, dan menyiapkan baju kerja Aditya.
Sebelum Aditya membuka matanya. Adeeva selalu memasuki kamarnya. Ia mencari pakaian untuk Aditya bekerja dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan suaminya. Adeeva pun selalu mengambil baju kotor yang sudah dikenakan Aditya. Ia mencucinya saat pagi hari buta. Ia tidak ingin pakaiannya menumpuk jika ia mencucinya saat libur kerja.
Setelah mencuci pakaian. Adeeva memilih untuk pergi ke dapur dan memikirkan masakan apa yang mungkin Aditya suka. Terkadang Ia membuka internetnya untuk melihat beberapa menu makanan yang cocok untuk pagi hari.
Selesai memasak ia mulai membersihkan diri untuk pergi ke tempat kerjanya. Untuk masalah bekerja, Aditya sama sekali tidak memperdulikan Adeeva mau berkerja atau tidak. Itu pilihannya sendiri. Sempat memaksa Aditya untuk meminta jawaban atas izinnya tetapi hal yang didapat hanyalah sunyi tidak ada suara yang ia keluarkan.
Setelah rapih dengan pakaian kerjanya. Adeeva keluar dari kamar. Seperti biasanya ia melihat pintu kamar Aditya sudah terbuka. Artinya ia sudah bangun dan siap untuk berangkat kerja.
Dengan senyumannya Adeeva menunggu Aditya di ruang tamu. Terdengar suara hentakan kaki, ia menolehkan kepalanya. Ia melihat Aditya tidak memakai baju yang ia siapkan tadi. Dan ini juga merupakan hal biasa bagi Adeeva. Ia terbiasa dengan kondisi seperti ini selama satu bulan. Dimana ia sudah rela bangun pagi mempersiapkan segalanya untuk suaminya tetapi usahanya sama sekali tidak dilirik.
Adeeva mengendurkan senyumnya. "Kak, kemeja itu sedikit kusut dibagian depan. Biar aku setrika terlebih dahulu. Gak akan lama kak. Hanya lima menit". Ucap Adeeva melihat kemeja yang dikenakan Aditya.
"Gak perlu"Balasnya singkat. Lalu Aditya memakai jas kerjanya.
"Kalau begitu, pakai yang tadi aku siapkan kak. Untuk menggantinya paling hanya satu atau dua menit"Ucap Adeeva kembali. Aditya menghela nafasnya. Adeeva tahu jika Aditya sudah menghela nafas pasti sesaat lagi dirinya akan meninggalkan Adeeva.
"Kak, sarapannya dicicipin dulu. Sedikit saja kak. Yang penting perut kakak terisi"Aditya tidak menjawabnya. Ia meraih kunci mobilnya di atas meja lalu meninggalkan Adeeva. Adeeva kembali menghela nafas. Kembali hatinya tergores. Adeeva tersenyum sendu lalu memilih membungkus makanan yang tadi ia buat lalu ia bawa ke kantornya.
Ia keluar dari rumahnya. ia mengunci rumahnya. dan seperti biasa Adeeva melihat Aditya yang masih memanasi mobilnya. Adeeva menghampirinya.
"Aku berangkat ya kak. Jangan lupa sarapan kak"Pamit Adeeva. Ia sudah beberapa kali menawarkan makanan yang sudah ia bungkus tetapi Aditya tidak menjawabnya sama sekali. Kali ini, Adeeva memilih tidak menawarinya makanan dan membawa tempat makan itu ke kantor.
Adeeva pergi menggunakan motornya. Ia tidak ingin terlambat dijalan karena ia membawa mobilnya. Kawasan tempat Adeeva bekerja sangat rawan sekali dengan kemacetan oleh karena itu Adeeva memilih jalan antara menaiki bus atau membawa kendaraan roda duanya itu.
"Ca, aku tadi buat sandwich. Kamu udah sarapan? Kalo belum ambil sandwich ke sini aja ya. Kalau kamu gak mau juga gak apa biar aku kasih pak jono sekalian buat ngopi. Aku ke ruang direktur dulu ya".Ucap Adeeva berlalu dari hadapan caca yang kebetulan satu divisi dengannya.
"Aku mau, Adeeva. Aku ambil ya?!"Teriak caca membuat Adeeva menoleh lalu menganggukan kepalanya.
Saat jam makan siang, Adeeva memilih tidak ikut dengan caca keluar kantor untuk makan di restoran depan kantor. Ia masih ingin berkutik dengan laptopnya. Adeeva mengambil ponselnya lalu mengetik pesan.
To: Kak Adit
Kak, jangan lupa makan siang ya
Adeeva
Sama seperti biasanya Adeeva selalu mengingatkan Aditya untuk makan siang. Tetapi ia tahu jika saat ini ia menunggu jawaban pesan yang ia kirim itu sangat sia-sia. Sudah satu jam ia menunggu balasan pesan dari Aditya. Sampai caca kembali dari restoran dan kembali menduduki kursi kerjanya.
"Dev, jangan kerja terus. Inget sama perut kamu juga. Lebih baik kamu istirahat waktu jam makan siang sebentar lagi selesai"Ucap Caca pada Adeeva. Adeeva tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
"Aku beli roti dulu deh"Adeeva bangkit dari tempat duduknya lalu meninggalkan caca.
Usai bekerja Adeeva langsung beranjak pergi kembali ke rumahnya. ia harus mempersiapkan makan malam untuk Aditya.
Selesai membuat makan malam, Adeeva kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Sudah hampir tiga jam ia menunggu Aditya pulang dari kantornya. Entah apa yang akan dikatakan oleh orang lain jika ia bercerita kenyataan yang ia rasakan selama menikah dengan Aditya. Yang pasti Adeeva tahu jika ia adalah perempuan yang paling bodoh yang mau mempertahankan pernikahannya. Ia perempuan yang bodoh sudah tahu suaminya tidak akan memperdulikan atau meliriknya tetapi dirinya masih mau melakukan hal layaknya sebagai istri.
Adeeva mulai mengantuk menunggunya. Perutnya sama sekali belum terisi dengan nasi untuk hari ini. walaupun dirinya lapar tetapi ia tidak ingin makan terlebih dahulu sebelum suaminya juga makan.
Ia mulai membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Tak terasa tidurnya makin lelap. Adeeva tidak mendengar pintu rumahnya terbuka. Ia sudah larut dalam mimpinya. Aditya melangkahkan kakinya lalu melihat televise ruang tamu yang masih menyala.
Aditya meraih remote televisinya lalu mematikannya. Matanya langsung tertuju pada wanita yang meringkuk di sofanya. Aditya melirik wanita ini sekejap lalu berlalu ke kamarnya tanpa membanguninya.
Setelah bebersih diri. Aditya keluar dari kamarnya. Ia ingin mengambil air putih di dapurnya. Ia melihat ada masakan yang tersaji di meja makan. Aditya melihatnya lalu berdecak.
"Adeeva!"Panggil Aditya dengan sedikit berteriak. Adeeva terkejut langsung bangun dari sofa.
Adeeva berlari kearah dapur. "Ada apa kak?"Tanyanya sedikit takut.
"Lo itu! Udah gue bilang gue gak akan makan disini. Ini yang terakhir kalinya gue bilangin. Jangan pernah nunggu gue pulang kerja!"Ucapnya dingin lalu pergi dari hadapan Adeeva. Adeeva tak kuasa menahan rasa pedihnya. Ia melirik makanan yang sudah ia sajikan. Makanan ini kembali tidak termakan. Adeeva tidak tega melihat makanan ini tidak tersentuh siapapun. Ia menggeser bangku lalu memakan spaggeti dua piring sekaligus. Masa bodo jika Aditya jijik melihatnya.
Adeeva sedikit bersendawa. "Besok aku tidak akan menyiksa diriku lagi seperti ini kak. I'm promise!" Adeeva meraih air putih lalu ia menegaknya dan kembali ke kamarnya.
YOU ARE READING
VIE
RomanceMencintai seseorang yang tidak mencintai kita merupakan suatu tantangan bagi Adeeva. Mencintai dirinya merupakan hal yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan terutama terhadap hatinya. Mengapa? Karena setiap kali didekatnya yang diingat...