Sakha berjalan sambil membawa sarungnya. Sore ini, sepulang dari Masjid, dia berencana datang ke kosan Kartika. Dari kejauhan, terlihat 2 orang asing yang berjalan mendekat ke arah Sakha.
Ketika Sakha dan orang asing tersebut berpapasan, mereka berkata 'Mimpi jangan ketinggian cuk' sambil menatap Sakha dengan tatapan sini. 'Paan sih si bego?' pikir Sakha, dia tidak mempedulikan orang itu dan terus berjalan sampai rumah.
Sakha memutar kunci rumah dan menghempaskan diri ke sofa sambil membuka ponselnya. Dia lalu menelpon Kartika.
"Kak, aku ke kos ya."
"Sok, dateng aja. Pergi sendiri bisa kan?"
"Bisa lah."
"Yaudah. Kunci pintu, jendela. Pager digembok. Nyalain lampu luar sekalian. Naik gojek aja."
"Iya kakak bawel."
"Ada duit?"
"Enggak."
"Yaudah. Ntar gojek aku yang bayar."
"Makasih Kakakku cinta."
"Sama-sama sayang."
Sakha kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar. Dia mematikan televisi, komputer, dan ac. Sakha mengambil waist bagnya dan memasukkan pomade, diecast mini Garuda Indonesia, parfum, topi, dan tablet. Dia kemudian mengganti bajunya.
Sakha duduk di teras rumahnya sambil menunggu gojek datang. Seorang perempuan lewat. "Hai!" sapa perempuan itu dari luar pagar. Sakha bangkit dan mendekat untuk melihat perempuan itu lebih jelas.
"Hai, Sel," dia Giselle. Sakha kemudian membuka pagar. "Masuk?" tawar Sakha. Giselle menggeleng. "Gua buru-buru. Duluan ya," Giselle tersenyum dan berjalan meninggalkan Sakha.
•
"Coba dengarkanlah sumpah ku. Dari hati.. aku cinta kamu. Jangan dengar kata mereka, yang tak ingin kita satu."
Sakha memainkan gitar Kartika ketika dia telah sampai di kos Kakaknya itu. "Kak, aku SMA di Jogja aja kali ya?" kata Sakha sambil mencari chord di ponselnya. "Yaudah. Kapan kita mau ke Jogja? Tapi kalo liburan kamu main ke Jakarta ya."
"Kamunya gimana, Kak? Pindah base ke Jogja aja napa," suruh Sakha. "Ini ketentuan perusahaan, Ka," kata Kartika. "Ntar dipikir lagi dah," Sakha kemudian kembali memainkan gitarnya.
"Temen Kakak mana?" tanya Sakha disela permainannya. "Lagi terbang. Kuy nyanyi lagi!" ajak Kartika. Sakha mengangguk dan mulai memetik gitar.
Sakha tidak bisa membiarkan Kakaknya hidup sendirian di Jakarta. Walaupun Sakha tahu, Kartika sudah dewasa dan memiliki banyak sahabat yang mengerti dirinya. Tapi Kartika adalah tanggung jawab Sakha. Bapak pernah memberi amanah untuk menjaga Kartika. Kata Sakha, lelaki tangguh adalah dia yang bertanggung jawab.
•
Secangkir kopi sudah membuat Sakha merasa tua malam ini. Tadi Kartika iseng membuat kopi yang dia dapat dari David, teman Kartika. Dan sialnya, Kartika sengaja tidak menambahkan gula ke kopi Sakha.
"Coba dengarkanlah sumpah ku. Dari hati.. aku cinta kamu. Jangan dengar kata mereka, yang tak ingin kita satu," entah berapa kali Sakha menyanyikan lagu dari Dewa 19 itu, hari ini. "Siapa sih cewenya? Tembak aja napa," komentar Kartika.
"Engga ada lah. Aku suka aja nyanyi itu," jawab Sakha sambil membawa cangkirnya ke cucian piring dan mencuci benda itu. "Mau kuy gak, dek?"
"Kuy kemana?"
"Ajeb-ajeb. Sama David."
"Si kakak mah kalo mau buat dosa jangan ngajak-ngajak lah"
"Enggak ke club beneran sih kalo sama kamu. Kita ke cafe aja. Yang ada live musicnya. Makan gitu, terus pulangnya malem. Jam 1. Kan asik. Kamu kan jarang begituan. Mau gak?"
"Yaudah mau. Tapi jangan mabok ya."
"Iya. Enggak."
•
10:00 p.m
"Jadi Bang David pacaran sama Kak Kartika?" tanya Sakha yang duduk di jok belakang mobil David. Yang ditanya hanya bisa senyum-senyum. "Sttt. Diem aja, Vid," Kartika memberi kode.
"Nah ketauan. Ciee," sorak Sakha senang. "Enggak kok, enggak, dek," kata David sambil menahan tawa. "Udah nyampe, kuy turun," Kartika berusaha mengabaikan Sakha yang terus meledeknya.
"Kuy lah, Dek. Kakakmu itu ngambek kayaknya. Haha," ajak David sambil membuka pintu mobil bagian kiri untuk keluar dari kemudi. Sakha tertawa dan keluar.
Sakha menarik kursi di depan kartika lalu duduk. Kakaknya itu duduk bersama David. "Kamu apa, Dek?" tanya David kepada Sakha. "Sama aja," jawab Sakha. "Sama kayak siapa?" tanya David. "Bang David."
"Kamu apa, yang?" David menggeser sedikit kursinya ke dekat Kartika. "Sama aja," jawab Kartika cuek. "Mas, nasi goreng tiga, pineapple tropical tiga," David memesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pride
Teen FictionMenjadi pilot bukan sekedar cita-cita untuk ku. Tapi adalah impian agar bisa selalu dekat dengan ibu dan menikmati ciptaan Tuhan dari atas. Mengantarkan ratusan hingga ribuan jiwa ke tempat tujuan, juga akan menjadi kebanggaan tersendiri buatku. -Sa...