Diecast Terakhir

3.1K 266 21
                                    

"Yang tersisa dari kisah ini hanya kau takutku hilang," Sakha menyanyikan lagu itu sambil bermain game di ponselnya. "Azek. Sama siapa tuh," komentar Fauzi, wakil ketua kelas di kelas Sakha. "Sama orang dong, bro," canda Sakha.

"Minecraft, Ka? Mabar kuy!" ajak Fauzi. "Ya kali gak kuy. Kuylah. Di word gua aja ya," kata Sakha. Fauzi mengangguk dan duduk di sebelah Sakha. Minecraft adalah permainan 3D yang diciptakan oleh Mojang yang dipimpin oleh Markus Notch. Sakha suka bermain minecraft dari pc maupun ponsel. Sakha adalah pemain setia minecraft sejak tahun 2011 sampai sekarang.

Sakha turun dari angkot dan membayar, lalu berjalan memasuki daerah perumahannya. Hari ini dia sendirian, Giselle tidak masuk sekolah. Masih terpikir oleh Sakha, 'Kenapa tangan Giselle?' Sejak tragedi hari itu, Giselle masih belum memberitahu penyebab sikunya terluka.

Sakha mendorong pagar hitam yang tidak terkunci itu, masuk, dan menutupnya kembali. "Masak apa?" Sakha memeluk Kartika dari belakang. "Ya ampun, dek. Kaget aku. Masak ayam," Kartika melihat kebelakang. "Jangan peluk-peluk. Jijik lah, pergi sana," usir pramugari itu.

"Ntar aku minta ya," Sakha kemudian berjalan menuju mesin cuci. Dia melepas kemeja putihnya dan memasukkan benda itu ke keranjang cucian baju putih. Pemuda itu lalu berjalan ke ruang tamu.

Sakha duduk di sofa sambil membuka ponselnya. Ada satu pesan dari teman Bapak, Om Andi namanya.

Om Andi: Sakha, kamu bisa ke warung deket kantor?

Sakha Samudra: Bisa, Om. Kapan ya?

Om Andi: Sekarang

Sakha Samudra: Siap.

Sakha bangkit dari duduknya dan pamit kepada Kartika. Sakha tidak mau bertanya lebih lanjut untuk apa dia pergi kesana. Yang pasti, ada hal penting.

Pemuda ini mengambil sepedanya dari garasi dan mengendarai benda itu sampai warung dekat kantor polisi tempat Bapak dulu bekerja. Sepeda ini mengingatkannya pada masa-masa akhir SMP. Dimana Sakha masih sering naik sepeda.

Sakha mengunci sepedanya ketika dia telah sampai di tempat yang Om Andi maksud. Sakha berjalan masuk ke dalam warung itu dan mendapati Om Andi yang telah menunggunya. Sakha duduk di bangku panjang di depan teman Bapak, itu.

"Hai, Ka. Apa kabar?" tanya Om Andi ramah. "Baik, Om," Sakha tersenyum dan menyalami Om Andi. "Jadi langsung aja ya," Om Andi mulai serius. Sakha menganggukkan kepala.

"Jadi, dihari waktu Bapak meninggalkan rumah untuk bertugas dia sempat kasih amanah ke Om. Beliau bilang 'Di, aku titip ini buat anakku ya. Kalo aku gak sempet kasih, Andi aja yang kasih. Bilangin sama dia, jagain kakak ya,' dan Bapak ngasih ini, Ka," Om Andi memberikan sebuah paper bag.

"Om sempet terpukul waktu denger kabar duka cita waktu itu. Jadi Om baru sempet kasih sekarang."

Sakha tersenyum kecil sambil memandang benda itu. "Makasih ya, Om," Sakha tidak bisa berkata banyak. Dia tidak tahu harus senang atau sedih. "Aku pamit dulu ya, Om. Kakak sendiri di rumah. Gapapa kan?" pamit Sakha. Om Andi mengangguk sambil berdiri. Sakha menyalami pria itu dan mengayuh sepedanya dengan kencang menuju rumah.

"Kak!" teriak Sakha saat dia sampai di rumah. "Yot!" Kartika menyahut dari dapur. Sakha mendatangi wanita yang sedang meniriskan ayam itu. "Aku sayang kamu," seketika Sakha memeluk Kakaknya. Kartika yang masih memegang spatula hanya tersenyum bingung. "Aku juga sayang kamu. Kamu kenapa sih? Kesambet?"

Sakha menggeleng dan meninggalkan Kartika yang masih diselimuti kebingungan dan berjalan menuju kamarnya. Sakha duduk di atas ranjang sambil membuka benda yang tadi diberika Om Andi dengan perlahan.

Sebuah kotak berisi diecast pesawat tempur kecil yang sudah lama Sakha inginkan. Tapi, sebenarnya Sakha ingin yang besar. Terselip sebuah kertas disana.

'Hai jagoan. Ini yang kamu mau kan? Nih, Bapak kasih buat kamu, walaupun gak yang besar gakpapa kan? Ka, Bapak lagi ada misi besar, Bapak gak tahu saat kamu baca ini Bapak masih di dunia atau tidak. Penjahat yang lagi Bapak dan tim cari cukup bahaya, Ka. Nanti kalo udah gak ada yang beliin diecast lagi, ngumpulin uang sendiri ya. Jangan minta yang mahal2 sama kakak. Uangnya kan bisa ditabung buat kalian jalan-jalan atau kamu sekolah pilot. Mungkin ini aja dari Bapak. Semoga kamu suka. Jadi Pilot yang taat agama, Bapak tugas dulu. Kalo Bapak udah gak ada, jagain Kakak ya. Ohiya, itu ada satu lagi buat kakak.

Dari Bapak Polisi Tampan'

Tangis Sakha pecah seketika. Baru kali ini air mata tidak bisa dia tahan. Sakha memegang diecast itu dan menatap benda tersebut dari dekat. "Makasih, Pak. Sakha seneng." dia terus memandangi benda itu dengan air mata yang masih menetes, sampai Kartika masuk kamar.

Kartika memandang Sakha dengan bingung. Sakha kemudian menyerahkan paper bag yang masih ada sesuatu di dalamnya. "Buka, Kak. Dari Bapak," Sakha lalu berdiri dan meletakkan diecast itu di lemari khusus koleksi dan berjalan menuju toilet.

Kartika yang penasaran langsung membuka benda yang diberikan untuknya. Sama seperti punya Sakha, disana juga ada surat.

'Hai mba mugari. Ini Bapak ada sesuatu buat kamu. Semoga berguna ya. Bapak lagi ada misi yang agak bahaya. Bapak tidak tahu kita masih bisa bertemu atau tidak. Kalau tidak, mungkin ini jadi kenang-kenangan buat kamu ya, Tik. Tika, jadilah Kakak sekaligus ibu yang baik buat adikmu. Memang gak ada yang bisa gantiin ibu, tapi seenggaknya kamu bisa berusaha. Bapak gak bisa kasih perhiasan mewah agar kamu terlihat cantik, Kak. Bapak cuma bisa kasih ini. Inshaallah ini bisa nuntun kamu ke surga. Mungkin ini aja ya, Kak. Bapak yakin, kalian sanggup hidup tanpa Bapak dan Ibu.

Dari Pria yang selalu mendoakan keluarganya.''

Hai. Makasih yg udah baca cerita ini. Btw itu di mulmed ada lockscreen gratis buatan daku. Yg mau screenshot aja. Wkwkwk :v

My PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang