Aneh

5.1K 319 1
                                    

I am not strange. I am just not normal
-Salvador Dali-

Sakha melirik jam di komputernya. 4:12 a.m. Waktunya untuk pergi ke Masjid. Sakha melepas headsetnya.

Pagi ini Sakha pergi ke Masjid tanpa Kartika. Kakak perempuannya itu sedang berada di kos sekarang. Sakha mengambil sarung, mengantongi ponsel, dan bergegas ke Masjid. Sebuah pesan teks masuk ke ponselnya. Sakha pikir itu dari Kartika. Tapi bukan. Nama Giselle tertulis disana.

Giselle: pagi

Sakha: pagi juga. Knp? Lu mau pinjem pr? Gw ae blm slese

Tak biasanya Giselle menghubunginya sepagi ini. Terlebih dia tidak dekat dengan perempuan itu. Hanya sekedar teman sekelas. Sakha membalas pesan Giselle dengan cepat dan segera berlari menuju masjid. Dia tidak ingin ketinggalan sholat subuh berjamaah.

Sebenarnya Sakha sangat malas untuk pergi sekolah hari ini. Tapi, mungkin jika Kartika mengetahui dia bolos, uang jajan akan dihentikan selama 3 bulan. Dan itu membuatnya tidak bisa menabung untuk beli game di steam.

Main game adalah prioritas Sakha yang ke 3 setelah Tuhan dan pesawat. Sakha terkadang suka ke warnet untuk turnamen atau pergi ke lapangan untuk menerbangkan drone dan main layangan.

Videography dan photography juga merupakan hobi Sakha. Tapi dia tidak terlalu mementingkan hobi itu. Itu hanya sampingan.

Sepulangnya dari Masjid, Sakha langsung mandi dan memakai seragamnya. Sedikit sentuhan gel, dan dia siap.

S_samudra: gaes gw off dulu. Ntar gua jadi moderator ya

Rif.1269: iya sip. Jam 3 sore ya

S_samudra: ok.

Sebelum mematikan komputer, Sakha mengirim chat ke grup game onlinenya. Dia lalu keluar kamar sambil membawa tas yang tidak jelas isinya. Hanya beberapa buku tulis, buku latihan UN, charger, sedikit uang, dan barang-barang tidak jelas lainnya.

Kulkas dua pintu yang berada di dapur sudah tak pantas disebut kulkas. Isi dari benda itu hanyalah 2 buah tomat, selada, 1 butir telur, dan beberapa bahan makanan yang Sakha tidak tahu namanya.

Tidak ada yang bisa dimakan. Kartika sepertinya lupa belanja. Sakha menutup pintu kulkas dan melirik meja makan. Hanya ada oreo yang isinya tersisa 2.

Hari ini Ray tidak hadir di sekolah karena harus mengikuti turnamen basket. Hal itu membuat Sakha mati gaya saat istirahat. Dia memutuskan untuk tidak ke kantin dan menghabiskan waktu istirahat di kelas.

"Gak gabung sama Jo?" sebuah suara terdengar di telinga Sakha. Itu suara perempuan. Sakha yang sedang memainkan ponselnya melirik ke arah suara tersebut.

"Eh, elu. Enggak. Lagi mager aja," suara tersebut berasal dari Giselle. "Duduk boleh?" tanya Giselle. Sakha mengangguk. Giselle duduk di kursi Dana yang berada disebelah Sakha. "Lu gak jajan?" Sakha mencoba mencari topik pembicaraan.

"Gua lagi puasa," Giselle tersenyum. "Sedap, alim banget temen gua yang satu ini," itulah Sakha, selalu mencoba ramah dengan siapapun. Termasuk Giselle. Padahal mereka tidak dekat.

Giselle hanya bisa tertawa. "Eh, tadi pagi lu ngapa nge line gua?" tanya Sakha. "Nope. Iseng aja gua."

"Eh, lu suka pesawat ya, Ka?" tanya Giselle. Sakha mengangguk. "Mang napa?" Sakha mematikan ponselnya. "Mau tau aja."

"Anyway banyak yang nanya gitu sama gua. Emang kenapa sih? Ada yang salah kalo gua suka pesawat ya?"

Giselle mengangguk. "Iya. Lu aneh," jawabnya singkat. "Hah? Aneh? Paan sih?" Sakha tertawa. "Iya. Lu aneh, Ka," Giselle mengulangi ucapannya tadi. "I am not strange. I am just not normal, Sel."

Sudah 40 menit Sakha bolak balik mengecek koneksi internet rumahnya. Internet di rumah Sakha sedang bermasalah sekarang. Hal itu menyebabkan dirinya tidak bisa bermain game. Sakha mengambil ponsel dari mengirimi Arif pesan. Arif adalah teman game online Sakha.

Sakha Samudra: Arip

Arif Alfiansyah: Paan? Kapan lu on? Ntar lagi gw mau maen 

Sakha Samudra: Mangkanye. I net w lg mati kayanya dah

Arif Alfiansyah: Owalah. Begimane jdny? Btw kalo internet lu lg mati kok bs ngeline gue?

Sakha Samudra: Paketan data cuy. Yaudahlah gw kagak maen hariini. Lu maen sama Dana ae.

Arif Alfiansyah: Yasudahlah. Gws buat internet elu

Sakha Samudra: Siap pak.

Sakha menggonta ganti saluran televisi yang isinya hanya drama. Dia ini memutuskan untuk keluar rumah dan main layangan. Sakha mengintip keadaan luar dari jendela rumahnya. Kosong. Tidak ada orang. 

Padahal dulu masih banyak anak-anak yang bermain di sore hari. Mungkin inilah dampak globalisasi. Membuat anak-anak malas bergaul. "Bantai ajalah. Main sendiri," Sakha bergumam kepada dirinya sendiri. 

Anak laki-laki ini berjalan ke kamar bapak untuk mengambil layangan. Ketika Sakha membuka pintu ruangan itu, semua memori masa lalu berhamburan menyerbu ingatannya. Sakha cepat-cepat mengambil layangan dari atas lemari dan keluar.

Dia sedang tidak ingin sedih sekarang. Sakha tidak mau menangis. Terlebih jika Kartika mengetahui hal itu. Kakak perempuannya itu bisa menjadi sosok ganas yang penasaran dengan apa yang terjadi.

Sakha mengeluarkan sepedanya dan mengendarai benda itu sampai ke tanah lapang. 

Sama saja.

Tanah lapang pun kosong.

Tidak ada anak-anak yang bermain bola.

Sakha menyandarkan sepedanya di pohon besar yang berada di lapangan itu dan menunggu angin. Belum ada angin yang bisa menerbangkan layangannya sore ini. Sakha memutuskan untuk duduk di bawah pohon sambil memandangi lapangan hijau tanpa manusia selain dirinya itu. 

Dari kejauhan terlihat seorang perempuan yang sepertinya mendekat. Postur tubuhnya tidak asing bagi Sakha. Wajah perempuan itu juga tidak terlihat jelas.

Hai! Makasih loh ya yang udah baca cerita ini. Ehehe.. :D

My PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang