Istirahat ini Sakha habiskan di kelas sambil mengerjakan tugas remedial bersama Gio. "A en je a ye, anjay," Sakha menatap ujung pulpennya yang sepertinya telah habis. "Abis coy, abis, padahal satu kata lagi ini. Bangke lah," umpat Sakha sambil melempar pulpennya sembarang.
"Ngakak gua anjay. Nih, pake punya gua aja. Gua udah selesai," Gio memberikan pulpennya kepada Sakha. "Thanks, brader," Sakha menerima pulpen Gio. "Ka, ntar kumpulin sekalian ya, gua mau pacaran," Gio memberikan kertasnya kepada Sakha dan berjalan keluar.
Sakha berjalan ke kantor guru sambil membawa kertas miliknya dan milik Gio. Di jalan dia berpapasan dengan beberapa cewek yang tergila-gila dengan Sakha. "Mau kemana?" tanya seorang anak kelas 10 yang bisa dibilang adalah penggemar Sakha dan Gio. "Kantor," jawab Sakha pendek.
"Ikutan boleh?"
Sakha mengangguk.
"Nama lu siapa?" tanya Sakha ketika mereka berjalan berdua. "Aghta," perempuan itu tersenyum. "Lu dari kantor mau kemana?" Sakha mengetuk pintu kantor. "Engga tau, lu masuk aja dulu," jawab Aghta yang melihat Sakha telah mengetuk pintu kantor.
"Gua ke kelas duluan ya," kata Sakha setelah mengantarkan kertas. "Yaudah. Gua ke kantin. See you," kata Aghta. Sakha mengangguk dan berjalan menuju kelas tercinta. Dia melangkahkan kakinya ke dalam kelas disambut dengan teriakan Farah yang membuatnya kaget.
"Demi apa, Ka?!" tanya Farah ketika Sakha masuk kelas. Terlihat kerumunan anak perempuan lainnya menatap Sakha dengan tatapan ingin tahu. Sakha yang tidak tahu apa-apa hanya memasang muka bodoh.
"Gils, paan sih, Far?" tanya Sakha cuek sambil berjalan ke tempat duduknya. "Demi apa seorang Sakha Arshana Samudra Angkasa Perwira Sumatera Utara jalan sama cewek selain Giselle?!" Farah mendekat ke mejanya bersama gerombolan anak cewek. "Buset. Nama gua panjang amat. Ntar UN kagak muat dong di kolom nama. Lagian lu tau darimana sih?"
"Gua punya mata, yakali gua gak liat elu jalan sama si Aghta Cabe ijo itu," nada bicara Farah masih tinggi. Seakan tidak terima melihat Sakha berjalan dengan Aghta. Sakha masih bingung dengan Farah dan teman perempuannya. Ditambah lagi mereka menatap Sakha seakan dia adalah santapan siang harimau.
"Let me jelasin, hush dulu kalian, jauhan dikit," Sakha mengusir gerombolan cewek yang membuat sekitaran mejanya pengap.
"Jadi tadi Gio nitipin remed ke gua buat di kumpul karena dia mau pacaran sama Farah. Terus gua jalan keluar dan disamperin cewek itu, kita jalan together ke kantor. Udah. Gitu ae. Puas?"
•
"Jadi ya Sel, Sakha itu jalan sama si cabe ijo, kaget dong gua," Sakha mendengarkan gosipan Farah dan Giselle yang duduk di depannya. Dua cewek ini tidak peduli dengan guru yang mengajar di depan.
"Coy, kalo nyeritain orang gak gini juga lah," bisik Sakha dari belakang. Farah melihat ke belakang sesaat dan berkata, "Bodo amat. Dari pada nyeritain orang di belakang dan di depan orangnya baik, mending kaya gua. Nyeritain orang di depan."
"Pinter."
Untung saja jam pulang sudah menanti. Begitu bel berbunyi, murid-murid berhambur keluar kelas. Sama halnya dengan Sakha, tapi dia berdiri di depan kelas menunggu Giselle.
Anak yang tempo hari mengejek Sakha lewat di depannya bersama teman-temannya dan berkata, "Ada pemimpi yang pengen jadi pilot, tapi fisika aja remed. Jatoh dong pesawatnya, ya gak guys," kata anak itu kepada temannya dan menatap Sakha sinis.
Sakha yang selalu diajarkan ikhlas oleh Almarhum Bapak hanya biasa saja. Mengabaikan orang aneh itu. Gio yang dari jauh melihat kejadian itu berlari menuju tempat dimana Sakha berdiri. "Kok gak elu lawan sih?" Gio memukul bahu Sakha ketika orang aneh itu sudah berlalu.
"Sakit bego. Lagian biarin aja sih," Sakha memegangi bahunya yang baru saja dipukul Gio. "Goblok lu emang, Ka. Orang kaya gitu tuh dilawan." Gio terlihat kesal. "Harga diri lu lagi diinjek-injek sama bajingan kaya si bangsat itu." Gio masih emosi.
"Biarin aja, Gio. Ikhlas gua," kata Sakha. "Lu ikhlas, gua enggak. Kita kan bro," Gio mengepalkan tangannya untuk tos. Setelah tos khas orang ganteng, Sakha masuk ke kelas untuk memanggil Giselle. Pemandangan tak menyenangkan Sakha dapatkan ketika dia masuk kelas.
Dia mendapati Giselle yang sedang memegangi sikunya dan Farah yang sedang membantu Giselle berdiri. Air mata yang berusaha ditahannya akhirnya menetes juga dari mata gadis itu. "Ka, pesen grab. Gua mau ngurusin Giselle ke UKS dulu," Farah berjalan cepat sambil merangkul Giselle.
"Ka, itu kenapa?" tanya Gio santai. Sakha menggeleng. "Tadi sih gua disuruh pesen grab, tau dah itu kenapa. Masuk aja bentar yuk," ajak Sakha. Kedua pemuda itu pun masuk kelas. Sakha kemudian duduk di atas meja Giselle. Ketika dia hendak duduk di atas meja itu, ada bercak darah disana.
•
Hai! Terimakasih buat 1K readersnya semua. Demi apapun aku seneng :3 anyway makasih ngets buat reader yg baca+vote. Terimakasih banyak juga buat silent readers.
Anyway, maaf kalo di part ini banyak kata kasar. Di part berikutnya janji deh, kata kasarnya gak banyak.
Sekali lagi terimakasih banyak semua :D
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pride
Teen FictionMenjadi pilot bukan sekedar cita-cita untuk ku. Tapi adalah impian agar bisa selalu dekat dengan ibu dan menikmati ciptaan Tuhan dari atas. Mengantarkan ratusan hingga ribuan jiwa ke tempat tujuan, juga akan menjadi kebanggaan tersendiri buatku. -Sa...