Jangan Terjadi Lagi

3.9K 246 3
                                    

Sakha duduk di atas mesin cuci front loading mereka. Sakha menikmati getaran mesin cuci sambil berkirim pesan dengan Kartika.

Sakha Samudra: ngeron atau pulang?

Ajeng Kartika: Ngeron. Km kmn hari minggu gini? Main sama David?

Sakha Samudra: Gak. Kamu ngeron dimana?

Ajeng Kartika: PNK. Tolong ke kosan aku dong, dek

Sakha Samudra: Ngapain?

Ajeng Kartika: Anterin kunci. Kak Adin mau numpang. Kuncinya di lemari bapak

Sakha Samudra: ah males

Ajeng Kartika: -__- cepet lah.

Sakha Samudra: iyalah iya. Kirim kontak line Kak Adin. Biar aku chat dia. Chat sm km panjang

Ajeng Kartika: [mengirim kontak]

Ajeng Kartika: Makasih ganteng :*

Sakha turun dari atas mesin cuci dan berjalan menuju kamar Bapak. Inilah yang Sakha benci. Memori masa lampau akan mendatanginya lagi. Yang ada di pikiran Sakha hanyalah kunci kos Kartika. Tidak ada yang lain. Setelah mendapatkan benda itu, Sakha berjalan menuju kamarnya.

Mengganti pakaian, mengambil dompet, dan kunci mobil. Sakha kemudian menyemprotkan parfum aroma cokelat itu ke tubuhnya dan mengirimi Giselle pesan.

'Gua mau cabs. Ikutan kuy. Berdua aja kok. Gak sama Gio Farah atau Kakak gw. Naek mobil'

Sakha kemudian mematikan lampu kamar dan berjalan menuju halaman rumah dan duduk di kursi kemudi mobil. Dia menyalakan mesin mobil. Dan lagi-lagi, memori di mobil ini terulang.

Dulu Bapak pernah berkata 'Ka, kamu Bapak ajarin bawa mobil ya. Biar ntar kalo SMA atau kuliah, udah bisa anterin pacarmu pulang ga kena panas atau hujan. Nakal dikit boleh lah,'

Jujur, sebenarnya mengingat kejadian itu membuat Sakha geli. Dan ini saatnya melakukan apa yang Bapak pesankan saat itu. Sangat disayangkan, Giselle bukan pacar Sakha. Tapi tak apalah.

Setelah mengeluarkan mobil dan menutup pagar, Sakha menjalankan benda itu menuju rumah Giselle. Setelah sampai di depan rumah Giselle, sebuah pesan masuk ke ponsel Sakha.

"Kuykuykuy. Wait me. 5 mnt"

Sakha tersenyum membaca pesan itu. Jemarinya dengan cepat membalas pesan dari Giselle.

"Gw di depan. Ntar langsung aja ya"

15 menit berlalu. Sosok yang Sakha tunggu akhirnya muncul juga. Giselle tampak manis sore ini. Giselle berdiri di samping pintu mobil Sakha. Pemuda itu membuka kaca mobil. "Masuk mba. Gak ada yang mau ditunggu lagi kan?"

"Lu--yang bawa mobil?"

"Manusia disini selain kita siapa lagi? Emang lu bisa?"

"Hihihi."

"Malah ngakak. Cepet masuk."

Giselle membuka pintu mobil dan masuk. "Ke kosan kaka gua dulu ya," Sakha perlahan menekan pedal gas dengan kakinya. "Ngapain? Katanya gak sama Kak Kartika."

"Nganter konci. Eh, elu kok tau nama kaka gua?" Sakha heran. "Gua followersnya dia. Resiko punya kakak selebgram," Giselle menarik seatbelt. "Anjir. Dia bukan selebgram. Dia itu orang cakep yang bisa nyanyi dan beruntung."

"Serah lu dah, Ka."

"Sel, tunggu dulu ya," Sakha turun dari mobil. Dia menghampiri seorang wanita yang tengah berdiri. "Kak Din!" panggil Sakha. "Haii," sapa Adin. "Ini Kak, kuncinya. Udah lama nunggu?" tanya Sakha. "Belom. Barusan aja. Kamu mau pergi lagi?"

"Iya, Kak. Gapapa kan aku tinggal?" Sakha memastikan. Adin mengangguk, "Gapapa kok. Btw thanks ya," wanita itu tersenyum. "Iya, Kak. Duluan ya," Sakha tersenyum ramah.

Setelah dari kosan Kartika, Sakha menjalankan mobilnya tanpa tujuan. "Kemana?" tanya Sakha kepada Giselle. "Tangcit? Gancit? Bxc? Atau mana?" Sakha memberikan pilihan. "Nonton mau ga?" tanya Giselle. Sakha mengangguk. "Dimana?"

"Terserah."

"Yaudah. Di BXC aja." jawab Sakha. "Gausah mak. Jangan lah." tolak Giselle. "Yaudah Tangcit. Anyway gua bukan emak lu, HAHA," Sakha tertawa. "Kebawa sama si Farah ini sih," jawab Sakha. "Farah emangnya emak lu, gils?"

Sakha pernah dengar, 'kadang apa yang kamu benci, bisa berubah jadi sesuatu yang kamu mau'. Dan itu yang terjadi sekarang. Sakha benci Giselle, tapi Sakha mau Giselle. Sakha benci kejadian saat itu. Ketika Giselle berkata 'Aneh karna udah bikin gue suka sama lo' Sakha hanya ingin dekat dengan Giselle. Dia tidak berharap ada hubungan lebih.

"Mba popcorn yang manis satu ya," pesan Sakha. "Jangan mba. Yang asin aja," kata Giselle tiba-tiba. "Paan sih bocah. Manis aja mba," Sakha membetulkan pesanannya. "Yaudah terserah." Giselle kemudian pergi dari Sakha. "Yaudah deh mba, yang asin aja," Sakha akhirnya menyerah.

"Lucu ya pacarnya," mba cashier tertawa. "Bukan pacar mba. Temen aja," Sakha tersenyum. Sekarang popcorn asin telah berada di tangan Sakha. Dia mencari Giselle seperti seorang ayah yang kehilangan anak.

Sakha menemukan Giselle sedang duduk dan wajahnya tampak serius menatap layar ponsel. "Sel, masih marah? Nih gua beliin yang asin," Sakha mendatangi Giselle. "Ka, sini," wajah Giselle terlihat tegang. Sakha duduk di tempat kosong di samping Giselle.

"Gua baru dapet info, dari Fahrul, nih liat," Giselle menyerahkan ponselnya. "I.. itu bukannya pesawat yang di naikin kaka lo ya? Tadi siang soalnya gua iseng dm dia," ucap Giselle berhati-hati. "Gua gak tau. Gua gak ada kontak lagi setelah tadi sore. Bentar deh," Sakha kemudian mengeluarkan ponsel dari kantongnya.

Sakha mengirimi David pesan.

"Bang Vid, kakak tadi naik pesawat apa ya? Boleh infonya? Soalnya aku liat berita pesawat jatoh. Aku sangsi"

Send.

Tak perlu waktu lama, David membalas pesan Sakha.

Sakha Samudra: Bang Vid, kakak tadi naik pesawat apa ya? Boleh infonya? Soalnya aku liat berita pesawat jatoh. Aku sangsi

David Perwira: Abang jg baru denger berita gitu dr temen. Tapi abg belom bisa pastiin itu ada kakak atau engga. Abang gatau dia naik pesawat apa. Td kita gasempet berkabar. Kalo ada info terbaru abang kabarin

Sakha Samudra: yaudah bang.

"Gimana Ka?" tanya Giselle. "Belum bisa dipastiin. Yaudahlah, kita nonton dulu. Kuy," Sakha tersenyum sambil menenangkan diri. 

My PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang