So live a life you will remember
-Avicii-Malam ini Sakha mengeluarkan motor ninja Bapak dari garasi, mengambil tasnya, memakai sepatu dan helm, lalu pergi ke kafe tercinta. Hari ini dia berjanji bersama Gio dan Angga untuk membuat motovlog malam.
Almarhum Bapak sebenarnya memiliki motor ninja yang sudah lama tidak digunakan, maka dari itu, beberapa hari lalu Sakha membawa benda itu ke bengkel untuk service rutin.
•
Sakha memarkirkan motornya dan masuk kedalam tempat itu, di sana hanya ada Angga yang asik dengan ponselnya. "Sup, bro," sapa Sakha. "Hei. Siapp, yolo banget lu, Ka," komentar Angga. "Siapp," Sakha tertawa kecil, kemudia duduk di kursi samping Angga.
"Kartika mana? Emang lu dikasih keluar malem?"
"Flight ke Jeddah dia. Jadi mayan bebas dah, gua. Lu sendiri kagak terbang?"
"Libur lah. Terbang mulu remuk gua."
Angga adalah seorang pilot di maskapai yang sama dengan David. Mereka mengenal satu sama lain. Setelah mengobrol ngalor ngidul cukup lama, Gio datang.
"Sorry lama. Jemput emak gua dulu tadi," Gio menghampiri Sakha dan Angga. "Anak berbakti gini," canda Sakha. "Ntap, G. Lu bawa CBR?" tanya Angga. "Yoi. Ninja di depan punya siapa?" tanya Gio. "Abang Sakha lah, azek," Sakha tertawa. "Anjir, gua kira lu demennya naek matic doang."
•
Setelah memasang action cam di helm, merekapun beraksi, jalanan serasa milik sendiri. Kegiatan malam ini mengingatkan Sakha kepada lagu Avicii
'He said one day you'll leave this world behind, so live a life, you will remember'
Malam ini adalah malam dimana Sakha merasa bebas, berkelana mengelilingi Ibu Kota dengan teman seperkumpulan, berbelok dan mempercepat laju kendaraan dengan bebas.
Sakha melihat mobil dari maskapai Kakaknya lewat, Sakha langsung teringat wanita itu. Tapi, Kartika sedang di Jeddah, mana mungkin ada di sana.
•
1.00 a.m
Sakha membuka pintu garasi, kemudian menekan saklar lampu dan memasukkan motor ninja itu. Setelah memasukkan benda itu, Sakha masuk ke dalam kamarnya. Direbahkannya tubuh yang telah terkena angin malam itu dan bersantai.
Sakha menyalakan ponselnya, dan ada beberapa notifikasi. Salah satunya dari Adin, teman Kartika.
Adin: Dek, kamu dimana? Aku kaya liat kamu sm mas Angga tadi, sama satu cowo.
Mampus.
Berarti di dalam mobil maskapai tempat Kartika kerja terdapat Adin di dalamnya. Sakha tidak tahu akan menjawab apa. Dia berpikir keras.
Sakha Samudra: Tadi aku sama temenku
Hanya itu yang bisa Sakha jawab. Dia juga tidak berbohong, tadi Sakha memang bersama temannya, Gio.
Sakha beranjak dari ranjangnya menuju komputer. Dia menyalakan benda itu dan membuka minecraft. Arif, teman game online Sakha mengajaknya main.
•
Sekarang sudah hampir jam 4. Kalau dipikir-pikir, tanggung untuk tidur. Mungkin dia lebih baik menunggu subuh dan pergi ke Masjid. Lagipula Sakha sudah jarang salat di Masjid semenjak dia SMA. Sambil menunggu subuh, Sakha memutuskan untuk mengedit motovlognya.
Untung saja hari ini libur karena Nyepi. Sakha pernah terpikir, kita rakyat Indonesia harusnya tidak boleh mencela agama dan kepercayaan orang. Karena keragaman kepercayaan yang ada di Indonesia inilah yang memberikan kita hari libur, lagipula perbedaan itu indah. Kita bisa saling melengkapi.
•
5:30 a.m
Sepulang dari Masjid, Sakha menyempatkan mengobrol sebentar dengan Pak Ustad, setelah mengobrol, dia pulang dan mengeluarkan motor untuk mencari sarapan. Tukang jualan bubur di simpang sudah menanti para pemburu makanan dipagi hari. Sakha membeli 5 bungkus, untuknya dan keluarga Giselle. Entah kenapa Sakha ingin membelikan gadis itu.
Sakha memarkirkan motornya di depan rumah Giselle dan menekan bel. Mama Giselle keluar dari rumah dan menyambut Sakha dengan senang. Sakha pernah beberapa kali bertemu mama Giselle ketika mengantarkan perempuan itu pulang.
"Pagi, Tan," sapa Sakha ramah. "Pagi, Ka. Masuk dulu yuk," ajak mama Giselle. "Hehe, gausah, Tan. Aku mau kasih ini," Sakha memberikan bungkusan kepada mama Giselle. "Wah, apaan nih?" wanita itu tampak senang. "Aku beli tadi di depan, hehe. Aku balik dulu ya, Tan," Sakha tidak tahu lagi mau berbicara apa.
"Makasih banget ya, maaf loh, kalo udah ngerepotin. Yakin gak mau masuk?"
"Iya, Tan. Aku duluan ya."
•
Sakha masih menikmati makanannya dengan tentram sampai tiba-tiba pintu rumah terbuka. Wanita itu mendatangi Sakha yang berada di depan tv. "Enak yap," kata Kartika tiba-tiba. "Eh? Udah pulang, Kak? Kamu kan ke Jeddah?"
"Aku kan nyerep aja. Ternyata gak jadi. Enak deh jadinya,"
"Kamu mau? Aku beliin," tawar Sakha. "No, thanks. Tadi udah makan sama Adin." Sakha terkejut ketika nama itu disebut. "Dek, aku mau nanya sama kamu."
"Apa?"
"Kamu kemaren keluar malem?"
"Enggak."
"Kau jangan bohong, dek."
"Aku gak bohong, Kak."
"Jadi yang Adin bilang itu apa? Jangan kamu pikir aku gak tau. Aku nelpon Angga kemarin. Katanya kamu keluar sama dia."
"Iya, aku keluar. Bukan malem, tapi tengah malem."
"Berani sekarang ya, dek. Kamu ngomong kasar, sering main diluar, keluar malem pula itu."
"Namanya manusia memang pengen bebas lah, Kak. Aku mau juga lah main diluar, seneng-seneng."
"Kamu tau, Bapak Ibu udah gak ada. Kalo kamu ngapa-ngapain anak orang, aku yang tanggung jawab."
"Kamu boleh cap aku sebagai anak bandel. Tapi jangan pernah kau pikir, aku bisa ngerebut kehormatan seorang wanita. Seburuk-buruknya aku, aku gak pernah mau ngapa-ngapain cewek!"
Sakha meninggalkan pramugari itu dalam diam. Masuk ke kamar dan memikirkan kembali apa yang dia ucapkan tadi.
•
Btw aku mau bikin cerita baru, judulnya Evan's Journey, udah kelar 3 part. Tapi belom berani publish. Kalo udah ku publish, dibaca ya. Ehehe. Mungkin cerita ini minimal seminggu 2 kali update.Buat beberapa arti kata yg mungkin 'agak asing', aku tulis di part kamus bahasa ya :D

KAMU SEDANG MEMBACA
My Pride
Teen FictionMenjadi pilot bukan sekedar cita-cita untuk ku. Tapi adalah impian agar bisa selalu dekat dengan ibu dan menikmati ciptaan Tuhan dari atas. Mengantarkan ratusan hingga ribuan jiwa ke tempat tujuan, juga akan menjadi kebanggaan tersendiri buatku. -Sa...