Mungkin ini adalah hari terakhir seragam putih-biru melekat di tubuh Sakha. Pagi ini dia dan Ray mengendarai sepeda mereka ke sekolah untuk mengambil ijazah.
Sepulang mengambil ijazah, Sakha, Ray, Dana, Joshua, dan Rafael pergi ke belakang sekolah. Lebih tepatnya ke tongkrongan mereka. "Pada mau ikut nanti malem?" tanya Ray.
"Gua ikut lah pasti," kata Joshua. "Dana sama Fael? Ikutan kuy," ajak Ray. "Gua sama Dana pasti ikutlah bro. Masa gak ikut."
"Jadi cuma ber 5 gitu?" tanya Joshua. "Enggak lah." Dana menatap jalanan sekitar tongkrongan mereka. "Jadi? Sama siapa lagi?"
"Giselle, ikut sob," Rafael merangkul pundak Ray. "Seriusan?" Ray takjub. Rafael mengangguk. "Sakha seneng tuh, haha," Ray tertawa.
Setelah itu mereka hanya diam sambil menatap tempat yang sering mereka kunjungi ini.
"Nanti pasti gua kangen banget sama tempat ini." Sakha memecah keheningan di antara mereka.
"Siapa ya yang bakal nongkrong disini pas kita SMA, ya?" Ray menarik nafas dan menghembuskannya.
•
Sakha mengikat tali sepatunya dan keluar rumah. Mengunci pintu dan mengayuh sepedanya ke rumah Giselle yang berada di dekat lapangan. Tadi sore Giselle minta dijemput Sakha karena mereka akan mengantar Ray sampai bandara.
"Bos, gua di depan. Cepetan," Sakha menelpon Giselle ketika dia telah berada di depan rumah perempuan itu. Giselle keluar dari rumahnya dan menghampiri Sakha.
"Yuk cabs. Cepetan naik," suruh Sakha. "Gimana naiknya?" Giselle bingung. "Itu kan ada injekan, lu bediri di injekan. Sepeda gua kagak ada boncengan duduknya," jelas Sakha. "Ntar jatoh gua, Ka."
"Yaudah, lu yang bawa sepeda sampe rumah gua, ya," suruh Sakha. Giselle setuju. "Eh, ntar kita naik go car aja ya," kata Sakha saat mereka sampai di rumah Sakha. "Kenapa?"
"Tadi gua bilang ke Ray, ntar gua nyusul sama elu. Kan gak mungkin naik sepeda sampe bandara," jawab Sakha sambil membuka pagar. "Masuk dulu," ajak Sakha. Dia duduk di teras sambil membuka aplikasi go jek.
"Jadi lu tinggal sendiri?" Giselle duduk di sebelah Sakha. Sakha menggeleng. "Sama kakak gua."
"Kakak lu mana?"
"Lagi terbang."
"Terbang?"
"Iya, terbang. Kakak gua pramugari."
"Asik dong punya kakak f.a."
"Biasa aja sih. Yang ada gua sering ditinggal."
"Ciee, curhat."
"Hahaha, iya. Maap."
•
Sekarang Sakha dan Giselle tengah berada di Bandar Udara Soekarno Hatta dan mereka sedang menghubungi Ray dan teman-teman yang lain. "Jalan ke keberangkatan internasional aja, Ka," Ray memberi instruksi dari telpon. "Oke, sip."
"Sini. Ikutin gua," ajak Sakha kepada Giselle. Giselle mengikuti Sakha dari belakang. "Lu jalan duluan," suruh Sakha. "Kenapa?" tanya Giselle. "Gua jagain lu dari belakang. Udah, buru dah."
Sakha dan Giselle menghampiri kerumunan orang yang adalah teman-teman mereka. "Langgeng ya," kata Ray ketika melihat Sakha dan Giselle datang berdua. "Paan sih," Sakha memukul Ray pelan.
"Bentar lagi," kata Ray. Sakha mengangguk. "Lu sendirian?" tanya Sakha. "Enggaklah. Sama Abang sepupu gua. Dia udah di dalem sih."
"Yaudah. Sono, ntar telat lagi elunya," suruh Sakha. "Ntaran lagi, lah, Ka."
"Ray, kalo elu di Jerman gua pasti kangen banget dah."
"Bro, kalaupun kita udah terpisah jarak dan waktu, inget ya. Sampe kapan pun, selalu ada tempat buat sahabat kaya lu ini di hati gua," Ray kemudian memeluk Sakha.
"Terhura gua," Sakha memeluk Ray balik. "Unch.. unchh.." Giselle tertawa melihat kedua makhluk itu berpelukan.
"Guys, gua cabut dulu ya," pamit Ray kepada teman-temannya yang hadir malam ini. "See you next time, Yen," kata Rafael. "Byee," Ray melambaikan tangan dan berjalan masuk ke dalam terminal keberangkatan. "Jangan lupa balik Indo!" seru Joshua saat Ray hampir masuk. Ray hanya bisa tertawa tingkah melihat teman-temannya itu.
•
Hanya keheningan yang menemani Sakha, Giselle, dan driver go car. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Sakha sibuk memandang mobil-mobil di jalanan dan Giselle memainkan ponselnya.
Setelah sampai di depan rumah Sakha, dia membayar tarif go car. Sebenarnya Giselle ingin membayar tarifnya, tapi kata Sakha 'Masa cewe yang bayar. Cowo dong yang bayar'
"Gua anter kuy!" ajak Sakha ketika mereka sampai. "Tapi elu yang bawa sepedanya ya," kata Giselle. "Iya. Kita naek motor. Jadi elu tinggal duduk aja," Sakha memutar kunci rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pride
أدب المراهقينMenjadi pilot bukan sekedar cita-cita untuk ku. Tapi adalah impian agar bisa selalu dekat dengan ibu dan menikmati ciptaan Tuhan dari atas. Mengantarkan ratusan hingga ribuan jiwa ke tempat tujuan, juga akan menjadi kebanggaan tersendiri buatku. -Sa...