Orang Aneh

3.7K 229 0
                                    

3 hari sudah Kartika dirawat di rumah sakit. Dan kondisinya mulai membaik. Om Ramli sudah pulang ke Jogja tadi pagi karena ada urusan yang harus dia selesaikan. Untung saja David sedang libur hari ini dan dia bisa menemani pacarnya itu. Sudah 3 hari pula Sakha meninggalkan sekolahnya.

Dan sekarang, disini dia berada. Sekolah tercinta. Sakha melirik Gio yang berada di sebelahnya dan memberikan salam 2 jari yang artinya meminta jawaban nomor 2. Gio menatap ke depan sebelum akhirnya menununjukkan kertasnya kepada Sakha.

Kertas itu hanya berisikan soal.

Tanpa jawaban.

Dan Sakha kembali fokus kepada kertasnya. Jujur, Sakha tidak bisa menjawab satu pun soal dalam ulangan kali ini. Sakha bukan seorang anak pintar yang selalu mendapat peringkat 1 atau 10 besar. Biasanya Sakha hanya mendapat peringkat 12-15. Disetiap ujian dia tidak selalu mendapat nilai diatas 85.

Sakha hanya menjawab ulangan hari ini dengan apa yang dia tahu saja. Masa bodoh remedial. Yang penting gak nyontek, pikir Sakha.

Sakha duduk di koridor sambil memegang diecast pesawat Garuda Indonesia yang Giselle berikan. Matanya sibuk memandangi benda itu sampai akhirnya ada seseorang yang lewat dan berkata "Udah besar kok kaya bocah. Ngimpinya jadi pilot pula. Haha"

Sakha hanya mengabaikan orang itu dan hanya bisa mengumpat dalam hati karena dia malas berkelahi.

'Kok kezel ya? Bodoamat lah'

Tak lama setelah kejadian itu, Giselle datang sambil memegangi sikunya. Sakha berdiri dan menghampiri Giselle. "Kenapa tangannya?" sejenak Giselle memandang lengan bajunya yang sengaja ia gulung di atas siku. Terdapat sedikit bercak merah di lengan baju Giselle.

Giselle menghembuskan nafas dan menggeleng. "Yuk pulang," Sakha mengangguk dan berjalan bersama Giselle menuju parkiran motor. Entah kenapa Sakha ingin membawa motor ke sekolah hari ini. Walaupun Sakha tahu itu tidak boleh.

"Nih," Sakha memberikan helm kepada Giselle. Sebelum cewek itu memakai helm, Sakha menahannya. "Eitss, tunggu dulu. Itu siku kenapa?"

Giselle hanya tersenyum dan menggeleng.

"Ini, tadi kepentok aja."

Sakha fokus menatap jalanan dari balik helmnya. Fokus mengendarai benda ini. Siang ini dia berencana ke rumah sakit bersama Giselle untuk menjemput Kartika. Kata Giselle dia juga ingin bertemu dengan Kartika.

Sakha memarkirkan motornya dan turun. Setelah menitipkan helm di pos satpam, Sakha dan Giselle masuk. Sekarang tidak ada lagi kecanggungan antara mereka berdua seperti dulu.

Sakha menekan tombol lift lantai 5. Satu hal yang Sakha suka dari Giselle adalah rambutnya. Aroma stroberi adalah yang selalu Sakha hirup ketika mereka berjalan berdua. Wangi stroberi yang berasal dari rambut Giselle selalu membangkitkan memori baik masa lalunya.

Tepat di depan pintu kamar 572 mereka berdiri. Sakha membuka pintu tersebut dan mengucap salam. Tampak Kartika yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan posisi membelakangi pintu masuk menoleh ke belakang dan menjawab salam Sakha.

Sakha dan Giselle kemudian masuk ke ruangan itu. "Ini Giselle, kak. Temen aku," Sakha kemudian menyalami Kakaknya dan diikuti dengan Giselle. "Giselle, kamu followers aku ya?"

"Hehe, iya," Giselle tertawa kecil. "Kakak udah kenal?" tanya Sakha. "Kita kan sering dm-an. Ya gak?" Kartika terlihat bahagia bisa bertemu keluarga sosial medianya di dunia nyata. Semua followers Instagramnya, Kartika anggap keluarga. Walaupun hanya di sosial media.

"Duduk, Sel," Sakha kemudian duduk di sofa sambil memangku tasnya. "Bang David mana?" tanya Sakha. "Ada urusan gitu tadi. Tapi bentaran lagi nyampe."

"Makasih ya, Ka." Giselle turun dari motor Sakha. Pemuda ini tersenyum kecil. "Masuk kuy," ajak Giselle. Sakha menggeleng. "Gua langsung pulang aja."

Setelah mengantar Giselle pulang, Sakha mengendarai motor kembali ke rumahnya. Setelah memasukkan motor ke dalam garasi, Sakha masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Dia lalu keluar kamar untuk menemui David yang sedang duduk di teras.

"Bang Vid, Kakak mana?" tanya Sakha sambil duduk di kursi sebelah David. "Tadi dia di dalem sih, kenapa?" tanya David. Sakha menggeleng.

Sakha lalu memainkan ponselnya, dia teringat oleh orang yang tadi ia temui di koridor. Kata-kata orang itu masih terngiang di otak Sakha. 'Udah besar kok kaya bocah. Ngimpinya jadi pilot pula. Haha.' Tawa ejekan itu terekam di otak Sakha dan menimbulkan sakit hati.

'Itu siapa dah? Bikin kezel. Si bego nyebelin.'

10:00 a.m

Sakha berjalan bersama Gio dari kantin. Dan dia bertemu orang aneh kemarin. Dan orang itu lagi-lagi menghina Sakha. Ucapannya sama seperti kemarin siang.

"Siapa tuh bro?" tanya Gio setelah mereka telah melewati orang itu. Sakha menggeleng. "Engga tau gua. Kenal aja kagak," Sakha menatap ke depan. "Wait, kayanya gua tau dia deh. Itu kayanya Revan, anak IPS. Tapi kayanya sih."

"Lupain ajalah."

Sakha kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.

My PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang