Sakha melakukan hal yang sama seperti keluarga korban yang lain. Duduk di lantai sambil menunggu kepastian yang tak pasti. Sakha duduk di dekat stop kontak, jadi dia bisa mengisi daya ponselnya.
Mata Sakha sudah berat. Mungkin beberapa hari kedepan dia akan bolos. Karena bosan, Sakha mendatangi pusat informasi. "Mba, permisi numpang tanya," kata Sakha sopan. "Iya, kenapa ya, mas?" tanya seorang wanita. Dia Rachel, teman David. "Jangan panggil mas. Saya masih SMA," Sakha tertawa kecil.
"Iya deh. Sip. Ada apa ya, dek?" Rachel tertawa melihat Sakha. "Liat ini ga, cowo, tinggi, ganteng, cakep, namanya David," Sakha menyebutkan ciri-ciri David. "Yang pilot?" tebak Rachel. "Iya. Kok tau?"
"Temen saya itu mah."
"Mba, kenalan yuk. Saya bosen nunggu kepastian yang gak pasti," Sakha mengulurkan tangannya dari luar meja informasi. Rachel membalas uluran tangan Sakha.
"Sakha Samudra, panggil Sakha aja."
"Rachel."
"Kita ngobrol gini gapapa, Mba Rachel?"
"Gapapa. Airport lagi sepi. Kamu adiknya Ajeng ya?"
"Ih, si Mba kok tau? Anak dukun ya?" canda Sakha.
"Kakakmu itu famous loh dek. Masa gak tau. Apalagi dia pacarnya Mas David."
"Azek. Terkenal dia ternyata. Haha," Sakha mencoba tertawa walau dia tahu itu sulit.
"Haha iyalah. Eh, bentar ya," Rachel sepertinya menerima panggilan masuk. Setelah beberapa menit menunggu, ekspresi perempuan itu terlihat berbeda.
"Sakha!" panggilnya. Sakha mengangguk. "Tim SAR udah nemu pesawatnya," Rachel terlihat girang. "Astaga demi apa?!" Sakha tidak percaya. "Kamu panggil David, saya mau kasih informasi dulu."
Sakha kemudian berlari ke tempat ponselnya di charge. Di sana ada Bayu yang tertidur, tapi tidak ada David. "Bang Bay, itu, pesawatnya udah nemu!" sorak Sakha. Seketika, Bayu terbangun dan mengusap wajahnya. "Ha? Seriusan?"
Sakha mengangguk. Bayu mengeluarkan ponselnya dan menelpon David. Tak lama, pria itu datang menghampiri Sakha dan Bayu. "Kita tunggu dulu sampe tempat informasi sepi. Biar jelas dapen infonya," kata David. Dia kemudian mengecek ponsel.
Rachelll: Mas, pesawatnya udah ketemu. Buat info lebih lanjut ke informasi ya. Thx
•
Kartika diam di kegelapan malam. Hanya sinar senter yang menemani mereka. Mungkin, mereka telah berlayar jauh dari bangkai pesawat. Kartika tidak tahu dimana kapten dan kru lainnya. Dia hanya berdoa semoga mereka selamat.
Di pangkuan pramugari cantik itu terdapat kepala anak lelaki. Anak itu terlelap di pangkuan Kartika. Rambutnya basah. Kartika menatap bintang-bintang yang bertebar di angkasa malam ini. Keindahan bintang malam belum bisa mengobati trauma dan kegelisahan yang dia alami.
Ada satu yang berbeda dari bintang-bintang yang Kartika lihat. Dia berkelap-kelip dan bergerak. Sampai akhirnya seorang mahasiswa menyadarkan Kartika. "Mba! Helikopter itu ya?" tanya pemuda itu. Seketika Kartika tersadar.
•
"Lama amat dah sepinya," Sakha terlihat bosan. "Sabar, Ka. Demi Kak Kartika ini," kata David. Satu jam berlalu dan akhirnya pusat informasi sepi. "Hai Mba Rachel!" sapa Sakha. "Hai." Rachel tersenyum ramah. "Cel, gimana?" tanya David. "Alhamdulillah udah ketemu, Mas," Rachel memberi informasi.
"Korbannya gimana?" tanya David. "Masih dalam proses. Nanti kita kabari lagi," Rachel tersenyum. "Yaudah sip deh. Thanks ya."
"Bang, aku misah ya. Mau muter-muter. Ntar Line aja," izin Sakha. David mengangguk, "Oke," Sakha kemudian mengambil tasnya dan berjalan entah kemana. Tanpa tujuan. Matanya tertuju ke sebuah kursi kosong. Sakha duduk di situ.
Duduk sendiri sambil memperhatikan orang lewat menjadi kegiatan Sakha sekarang. Walalupun tidak banyak orang yang lewat, setidaknya ada beberapa. Pemuda ini memutuskan untuk mengirim pesan ke Giselle.
Sakha Samudra: Sel, bilangin gua izin dong. Lu tau kan gimana keadaan gua skrg.
Awalnya Sakha pikir Giselle akan membalas pesan itu pagi hari. Tapi dugaannya salah. Giselle membalasnya saat itu juga.
Giselle Anindya: Iya ntar gua bilangi. Kabar terbaru gimana?
Sakha Samudra: Rumit sih. Btw lu kok blm tdr jam 1 gini?
Giselle Anindya: Gw khawatir sm elu
Sakha Samudra: Unch.. thx ya. Tidur gih, ntar mata pandaan
Giselle Anindya: Iyadeh. Kalo butuh apa2 line gua aja ya :) eh elu dmn?
Sakha Samudra: Soetta. Met tidur <3
Giselle Anindya: Yang terbaik buat Kak Kartika ya :))
Sakha Samudra: Terimakasih Mba Giselle
Sakha tersenyum membaca kebaikan seorang Giselle Anindya yang pernah dia benci sesaat. Seseorang yang mungkin bisa menjadi penghibur dikala duka. Ketika Sakha tengah berdoa untuk keselamatan kakaknya, sebuah pesan masuk dari Ray.
Bryan Dewanto: Bro, Kak Kartika gimana?
Sakha Samudra: idk bro
Bryan Dewanto: Gua doain yg terbaik. Maaf gw gabisa pulang
Sakha Samudra: Gapapa gapulang. Elu kan sekolah
Bryan Dewanto: Sorry juga jarang berkabar. Sampe kapanpun lu tetep yg terbaik, Ka.
Sakha Samudra: jgn bikin w makin sedih napa
Bryan Dewanto: yaudah. See you nanti lagi ya
Sakha Samudra: Iya. Baek2 disana. Jgn pecicilan
Bryan Dewanto: Siap kapten
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pride
Teen FictionMenjadi pilot bukan sekedar cita-cita untuk ku. Tapi adalah impian agar bisa selalu dekat dengan ibu dan menikmati ciptaan Tuhan dari atas. Mengantarkan ratusan hingga ribuan jiwa ke tempat tujuan, juga akan menjadi kebanggaan tersendiri buatku. -Sa...